eQuator.co.id-Kapuas Hulu. Masyarakat Adat Dayak Iban Menua di Sungai Utik, Kapuas Hulu, menggelar kegiatan ritual Ngampun pada perayaan Gawa’ (Gawai) atau pesta panen. Sabtu (11/6). Ritual ini digelar sebagai penutup dari rangkaian perayaan Gawa’ (Gawai), yaitu perayaan syukur atas hasil panen dalam satu masa tanam.
Diketahui bahwa, Ngampun dapat diterjemahkan sebagai ritual tolak bala dalam adat Dayak Iban sekaligus sebagai rangkaian ritual untuk mengembalikan keseimbangan kosmis dalam satu komunitas dengan menghantarkan kembali roh para leluhur dan Orang Panggau (Orang Khayangan) kembali ke dunianya.
Ritual Ngampun ini sebagai langkah untuk membersihkan kampung dari berbagai hal yang tidak tampak (roh para leluhur) dan untuk kembali menyeimbangkan energi yang ada di dalam kampung setelah dikunjungi tamu dari berbagai tempat dengan energi mereka masing- masing.
Dalam perayaan Gawa’ ini dilakukan rangkaian ritual baik untuk seisi rumah panjang maupun ritual pribadi bagi setiap bilik. Saat perayaan Gawa’, jiwa para leluhur dipanggil untuk ikut hadir dan merayakan pesta syukur melalui sesajian (pedara’) dan tabuhan gendang yang meriah pada malam sebelum Gawa’.
Roh baik maupun roh jahat semua diundang untuk hadir dan merayakannya bersama. Saat perayaan selesai, roh para leluhur dan Orang Panggau (Orang Khayangan) yang diundang dan turut hadir selama perayaan Gawa’ berlangsung akan dihantar pulang melalui rangkaian ritual Ngampun tersebut.
Herkulanus Sutomo Manna, Ketua Badan Pelaksana Harian AMAN Kapuas Hulu, mengungkapkan, Ritual Ngampun ini sebagai langkah untuk membersihkan kampung dari berbagai hal.
“Baik itu yang tidak tampak (roh para leluhur) dan untuk kembali menyeimbangkan energi yang ada di dalam kampung setelah dikunjungi tamu dari berbagai tempat dengan energi mereka masing-masing,” ungkapnya
Dalam rangkaian kegiayan ini dipimpin oleh Tuai Rumah, ketua rumah panjang, pada sore hari dan diawali dengan penjelasan aturan dan garis besar ritual. Kemudian kampung akan ditutup dengan memasang palang dan pengumunan di gerbang masuk sejak pukul 18.00 malam hingga pukul 06.00 pagi.
Dalam kurun waktu tersebut tidak boleh ada yang keluar masuk kampung. Seluruh anggota komunitas akan masuk kedalam biliknya, tidak ada yang boleh turun dari rumah dan akan dikenakan sanksi adat yang berat bagi siapa pun yang melanggar aturan ini. Suasana kemudian akan menjadi sunyi senyap, selama suasana senyap inilah kampung akan menjalani “pembersihan” sebelum memulai kehidupan baru keesokan harinya.
Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan YME dan Masyarakat Adat, Sjamsul Hadi mengatakan melalui ritual Ngampun ini nantinya menjadi simbolisasi semangat pertemuan G20 pada tahun ini.
“Yakni bersama-sama pulih, untuk menjadi lebih kuat,” pungkas Sjamsul. (Ova)