eQuator.co.id –Pontianak-RK. Sudah sepekan akses kendaraan roda empat untuk melewati Jembatan Bansir, Jalan Imam Bonjol, Kota Pontianak, ditutup. Jembatan dalam perbaikan. Sayangnya, aktivitas pengerjaan proyek tersebut minim pascapenutupan.
Alhasil, Wali Kota Pontianak, Sutarmidji kesal bukan buatan. Menurut dia, saat weekend pun, kontraktor proyek itu mesti bekerja.
“Seharusnya mereka itu Sabtu-Minggu kerja, udah tahu kan itu vital jembatan Bansir, harusnya mereka mengerjakan itu, kalau perlu tiga shift, 24 jam, dengan cepat,” tukasnya, Senin (10/10).
Jembatan tersebut ditutup Rabu (4/10). Bergeser dua hari dari rencana semula: Senin (2/10).
“Nah, saya pantau beberapa hari ini tidak ada aktivitas pekerjaan, Sabtu-Minggu juga tidak ada pekerjaan, mau diapakan itu? Barang sudah ditutup separuh, sudah dibongkar, kendalanya apa harus segera dikoordinasikan,” sambung calon Gubernur Kalbar ini.
Ketika dikunjungi Rakyat Kalbar siang kemarin, lantai jembatan telah dibongkar, dua alat berat terlihat stand by di sana. Sejumlah material seperti tiang beton pun sudah ada. Akses jalan hanya dibuka untuk pengendara kendaraan roda dua.
Sutarmidji mengatakan, proyek tersebut bukan besutan Pemerintah Kota Pontianak. “Ini proyek provinsi,” beber pemilik akun Twitter @BangMidji ini.
Lanjut dia, komitmen penutupan jalan yang telah disepakati selama 51 hari harus sesuai. Midji menyebut, waktunya dibuat seperti main-main. Sehingga ia bertanya, apakah kualitas jembatan yang terbuat dari beton tersebut bisa maksimal?
Sebab, Midji menerangkan, beton memiliki umur. Paling kurang 21 hari.
“51 hari itu kan kalau dicor dua tahap, 21 hari umur beton itu tidak cukup waktunye, dari mana bisa cukup? Apalagi itu nanti dilalui kontainer 40 feet dan lain sebagainya,” paparnya.
Wali Kota Pontianak dua periode ini menambahkan, “Saya minta supaya perusahaan (kontraktor) ini betul-betul, kalau tidak mampu jangan bongkar dulu”.
Tidak hanya menyoroti proyek jembatan Bansir itu, Midji juga menyoroti kondisi Jalan Ahmad Yani sekarang ini. Akibat ditutupnya Jalan Imam Bonjol, maka kendaraan roda empat ke atas diperbolehkan melewati jalan protokol tersebut dengan sejumlah ketentuan.
“Sementara tronton juga tidak sabar, bahkan pakai konvoi malam-malam di sepanjang-panjang (jalan A. Yani) itu. Otaknya itu tak dipakai. Kan itu membahayakan orang, sampai 20-30 konvoi, nah kekuakatan jalan juga bahaya kan,” ucapnya.
Kalau rombongan kontainer seberat 40 ton, ia menyebut, melewati jalan yang berkemampuan –misalnya hanya 100 ton— dalam waktu bersamaan, maka akan membahayakan kondisi badan jalannya. “Makanya saya minta itu cepat, kalau perlu dia (kontraktor) kerja siang dan malam, jangan dibiarkan kayak begitu,” tandas Midji.
Dikonfirmasi, Kepala Seksi (Kasi) Pembinaan Teknis, Jalan, dan Jembatan dari Bidang Bina Marga, Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Tata Ruang Provinsi Kalbar, Manuel. Ia menjelaskan, jembatan Bansir secara teknis sudah dilakukan penelitian. Dan memang baru sebelah badan jembatan yang dibongkar.
Lamanya progres atau seperti tidak ada aktivitas proyek, Manuel menyatakan, karena kebetulan sekarang ini curah hujan tinggi. Rencana awal akan membuat kisdam atau pengeringan tidak mungkin dilakukan. Sebab, arus air parit di bawah jembatan terlalu deras.
“Menjelang siang, air mengarah ke sungai dan menjelang malam air mengarah ke arah darat. Jadi ada arus di lokasi tersebut,” ungkapnya.
Menurut dia, rapat untuk menangani hal ini sudah dilakukan. Pihaknya menemukan langkah dan tinggal melakukan pengesahan. Bahkan, tim ahli sudah dikumpulkan termasuk pihak perencana yang melakukan perencanaan tahap awal. Artinya, pihaknya sudah menemukan jalan keluar mengatasi level air yang tidak pernah turun karena curah hujan yang tinggi belakangan ini.
“Kami juga sempat bingung, tapi alhamdulillah, kami sudah mendapatkan solusi dan tinggal melakukan eksekusi. Mudah-mudahan bisa dipercepat, satu atau dua hari ini kami berupaya kerja siang malam,” terang Manuel.
Dia menambahkan, para pekerja tidak hanya bekerja di lokasi jembatan itu saja. Mereka juga bekerja di workshop untuk mencetak box beton. Saat ini sudah siap diangkut. Pemasangan Box itu, diperkirakannya, tidak sampai sepekan.
“Jadi kita tidak bekerja di lokasi saja, pertimbangannya kan lokasi yang sempit dan padat. Kami menghindari hal yang tidak diinginkan, jadi kami berkerja di workshop. Nah, ini tinggal mobilisasi saja, dan kami juga melakukan pemadatan tanah dasar tempat bertumpunya box itu,” paparnya.
Hal ini, lanjut dia, sudah dilakukan kajian teknis. Manuel berharap, setelah pemadatan tanah dasar, box bisa dipasang. Sehingga nanti tinggal mengecor lantai jembatannnya.
Lantas, apakah akan tekejar hingga waktu penutupan yang telah direncanakan selama 51 hari? Ia meyakinkan bahwa pekerjaan akan tepat tepat waktu dan kualitas jembatan juga bisa dipertanggungjawabkan.
“Ini demi keselamatan juga,” tutur Manuel.
Ia juga menjelaskan, jika melihat dari kacamata awam, struktur awal jembatan itu adalah kayu belian. Dilihat sepintas, memang masih bagus. Tapi, kata dia, tidak bisa melupakan tumpuan kayu belian yang hanya menggunakan laci.
“Jadi pondasi tiang dan diapit laci. Hanya bertumpu di situ, karena tongkat belian tidak sampai ke tanah keras,” bebernya.
Hal ini diketahui setelah sonder dilakukan di lokasi. Didapati data bahwa kedalaman tanah keras sedalam 24 meter. Sedangkan tiang kayu belian tidak sampai 6 meter.
“Di situ, pondasi kami menggunakan tiang pancang, panjangnya 24 meter. Sementara, tiang pancang dari kayu belian, enam meter pun tidak sampai. Mudah-mudahan dapat melaksanakan penyelesaian jembatan ini lebih cepat dari waktu yang sudah direncanakan,” ungkap Manuel.
Mewakili Dinas PU dan Tata Ruang Kalbar, ia pun menerangkan alasan penutupan jalan. “Kami khawatir, kalau terjadi keretakan itu kan langsung ambruk, sehingga kami mengambil keputusan untuk keselamatan pengguna jalan,” terangnya. Toh, kata Manuel, banyak alternatif jalan yang bisa dilalui.
Laporan: Maulidi Murni
Editor: Mohamad iQbaL