eQuator.co.id – Tujuh mahaguru Dimas Kanjeng Taat Pribadi kemarin resmi diperkenalkan ke publik kemarin (7/11). Mereka mengaku tidak pernah benar-benar mengenal Dimas Kanjeng. Sehingga, polisi belum bisa menetapkan mereka sebagai tersangka.
Ketujuh mahaguru tersebut dikeluarkan dari ruang penyidik Ditreskrimum Polda Jatim sekitar pukul 13.30. Polisi mendandani mereka dengan jubah dan sorban serba hitam. Mereka lalu diminta duduk di kursi yang ditaruh di depan gedung. Tujuh orang dengan rambut beruban itu hanya menunduk.
Jemari mereka memilin sebuah tasbih kecil berwarna hitam. Bibir mereka berkomat-kamit. Tak jelas apa yang dibaca. “Adegan ini persis seperti peran mereka di setiap acara keagamaan Dimas Kanjeng,” ujar Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Raden Prabowo Argo Yuwono.
Semua perlengkapan itu didapatkan secara cuma-cuma. Bagian dari fasilitas mereka menjadi mahaguru. “Mereka hanya perlu datang dan duduk sembari komat-kamit saja,” lanjut lulusan Akpol tahun 1991 itu.
Kendati didapuk menjadi maha guru, mereka mengaku tidak tahu apa yang dilakukan Dimas Kanjeng. Mereka hanya tahu secara fisik. Fungsi mereka yang dianggap sebagai mahaguru juga tak tahu. Nama Mahaguru diberikan secara acak oleh Dimas Kanjeng. Ratim, salah seorang mahaguru mengaku hanya diminta untuk menyambut tamu. “Vijay minta saya buat nyambut tamu,” ujar kakek 70 tahun itu.
Maklum, berdasarkan keterangan kepolisian, mereka rata-rata hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR). Bahkan ada yang tidak bersekolah. Profesi para mahaguru itu beragam. Ada yang kuli bangunan, pengangguran, bahkan ada yang musafir (selengkapnya lihat grafis). “Saya sudah lima tahun tidak bekerja. Sebelumnya jadi buruh bangunan lepas,” kata Abdul Karim.
Para mahaguru ini direkrut dalam tiga gelombang. Angkatan pertama dilantik pada tahun 2010. Saat itu, Abdul Karim dan satu orang lainnya yang sudah meninggal direkrut oleh koordinator, Karnawi. Karena paling senior, Abdul Karim adalah orang yang disetting untuk jadi yang paling sakral.
Sedangkan gelombang kedua dilantik pada tahun 2014. Mereka diangkat setelah dua mahaguru sebelumnya mulai sakit-sakitan. Bahkan ada yang meninggal.Gerbong angkatan kedua ini lebih banyak dari yang pertama. Ratim, Marno, Acep dan Sutarno masuk dalam satu angkatan.
Sedangkan Gelombang ketiga dibuka awal 2016 ini. Dua orang yaitu Sadeli dan Murjang diajak untuk bergabung. Apes, saat akan dilantik, Dimas Kanjeng tersandung masalah. Sehingga mereka belum sempat dapat nama paten.
Acara keagamaan yang dimaksud tidak hanya berbentuk istighosah saja. Dimas Kanjeng dan Vijay harus kreatif. Agar pengikutnya semakin percaya.
Seperti kegiatan ziarah ke makam tokoh-tokoh agama. Salah satunya yang pernah dilakukan adalah ziarah ke makam KH Kholil di Bangkalan, Madura. Menurut sumber Jawa Pos, Vijay bercerita jika saat itu Dimas Kanjeng mengajak pengikutnya berziarah. “Mereka diajak mengunjungi orang-orang yang dianggap pernah ditemui Dimas Kanjeng,” kata sumber tersebut.
Mereka dijanjikan jika Dimas Kanjeng bisa memanggil arwah KH Kholil. Ratusan pengikut Dimas Kanjeng ikut dalam rombongan tersebut. Termasuk ketua yayasan Dimas Kanjeng, Marwah Daud Ibrahim. Mereka tidak sadar jika Vijay telah mengatur skenario di belakang layar.
Saat sampai di lokasi, Dimas Kanjeng terlihat melancarkan jampi-jampi. Untuk menambah kesan dramatis, lampu dimatikan. Pada saat bersamaan, Sutarno dengan jubah serba hitam diminta muncul. Melihat sosok orang tua berjenggot, para pengikut percaya bahwa itu adalah sosok KH Kholil.
Tak pelak, mereka berebut mencium tangan Sutarno. Suasana tambah riuh ketika Sutarno membagi-bagikan tasbih. “Ini tasbih dari Mekkah, tolong disimpan,” ujar sumber Jawa Pos menirukan perkataan Sutarno.
Sebulan kemudian, ada pertemuan di padepokan. Saat itu, vijay ikut dalam pertemuan tersebut. Beberapa pengikut termasuk Marwah Daud cerita kepada vijay bahwa baru saja bertemu dengan KH Kholil. “Setelah cerita bagian itu, Vijay langsung tertawa terpingkal-pingkal,” lanjutnya.
Kendati demikian, pihak penyidik kemungkinan besar tidak akan menjadikan mereka sebagai tersangka. Karena, semua mahagur mengaku tidak tahu menahu modus operandi yang dijalankan Dimas Kanjeng dan Vijay. “Mereka ini sebenarnya tidak tahu menahu, cuma perlu kita sampaikan ke publik bahwa Dimas Kanjeng ini memang penipu,” tegas Argo. (aji)