Tuak Bali Buleleng Jadi Satu Unggulan Kuliner

eQuator.co.id-Pontianak. Berlokasi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Desa Les memiliki keunikan tersendiri, lokasinya yang berjarak 116 kilometer dari ibukota Provinsi Denspasar, Desa yang masuk dalam kategori 50 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) ditahun 2024 ini memiliki hasil alam yang berlimpah.

Melewati pegunungan jalan yang berliku-liku dirasakan oleh peserta Jurnalis Kalimantan Barat, saat mengikuti kegiatan Capacity Building yang di helat Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Kalbar.

Setelah mengikuti pelatihan AI, jurnalis diajak ke Desa Les yang merupakan satu diantara Desa Wisata yang ada di Bali. Letaknya yang tak jauh dari pesisir pantai, membuat daerah ini memiliki kekayaan alam yang melimpah.

Seperti pembuatan garam tradisional dan arak/ tuak wayah khas Bali, dimana dalam proses pembuatannya yang masih tradisonal tidak menggunakan mesin dan mengambil dari air laut di kawasan pantai di desa tersebut.

Sama halnya dengan arak Bali, yang menjadi produk unggulan bahkan primadona bagi wisatawan yang berkunjungan di kawasan ini.

Arak Bali yang merupakan minuman beralkohol tradisonal yang dibuat dari bahan fermentasi nira kelapa atau lontar yang memang tumbuh ditanami oleh warga setempat.

Dalam proses pembuatannya, bahan baku buah lontar menggunakan penyulingan dari bambu. Arak/ tuak ini memiliki rasa manis dan ada pula yang beralkohol, tergntung dari pada pohon dan proses pembuatannya, namun untuk tuak manis digunakan gula lontar sebagai bahan baku.

“Untuk yang manis, setiap pohon lontar yang dipanen oleh petani, buahnya langsung dibersihkan diproses pemasakan, sampai berbentuk caramel, ketika benar-benar mengental ini akan jadi gula lontar yang manis,” ujar Staff Dapur Bali Mula, Sri Anggaraini kepada sejumlah media

Sementara untuk membuat Tuak, air nira yang ada didiamkan terlebih dahulu selama 1×24 jam, lalu di destilasi, kemudian dimasak didalam panci dengan api tungku sampai busanya keluar.

“Ketika busanya keluar kita bersihkan, ditutup kembali kemudian diseal menggunakan buah lontar yang telah matang, ini dilakukan agar uap yang dihasilkan tidak kemana-mana, nanti uap ini yang ditampung di suling dengan bambu dan menjadi tetesan tuak/arak,” terang Sri

Dijelaskan Sri,hasil tuak yang telah diproses tidak begitu banyak, hanya lima botol dalam sekali pembuatan, dengan kadar alkohol yang dihasilkan juga berbeda-beda.

“Kadar alkoholnya antara 45-55 persen, kadar ini biasanya ada di tetesan pertama lebih tinggi, kalau sudah beberapa kali kadarnya mulai berkurang,” tuturnya

Kemudian, sebagai pengrajin Arak Bali, Gede Yudiawan mengungkapkan bahwa untuk pembuatan Arak sendiri, tidak dapat dilakukan secara sembarangan, dibutuhkan keterampilan sesuai dari pembuatan secara turun temurun.

“Arak ini busa di aging atau dapat disimpan dalam kurun waktu yang cukup lama, bahkan produksi yang sudah kita buat sudah dilakukan pengujian bisa disimpan satu sampai lima tahun rasanya sudah sempurna bahkan mirip wine,” tutur Yudiawan

Untuk produksi sendiri. Dijelaskannya, disesuaikan dengan permintaan pasar, bahkan dijual langsung ke pengunjung yang datang.

“Produksinya sendiri juga sangat bergantung pada musim, seperti kalau sering hujan kualitasnya agak berbeda turun, jadi ketika cuaca membaik kita produksi dan menyimpannya,” lugasnya (Ova)