eQuator.co.id – Rasau Jaya-RK. Beberapa hari menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru, penumpang kapal kelotok tujuan Teluk Batang, Kabupaten Kayong Utara di Pelabuhan Rasau Jaya, Kabupaten Kubu Raya membeludak.
Bila hari-hari biasanya hanya dua line/trayek saja, namun musim liburan panjang ini pengusaha kapal kelotok harus menyediakan kapal cadangan lain untuk membawa penumpang.
Tujuannya, untuk menolong penumpang yang ketinggalan atau tidak mendapat tiket kapal kelotok dari dua trayek itu. Karena pelayaran diluar trayek semestinya, otomatis pihak kapal cadangan menaikkan harga tiket sebesar 25 persen.
Meski sudah disepakati bersama antara penumpang dan pihak kapal, masih saja ada sejumlah penumpang protes dengan kenaikkan tersebut. Protes yang dilakukan pun hanya di sosial media dan ketika sudah sampai di tujuan.
Seperti protes yang dilakukan penumpang atas nama Robbi Ilhami. “Minta tolonglah pihak yang berwenang, apakah ini wajar? Kenaikan tarif penyeberangan dari Rasau Jaya ke Teluk Batang dengan harga Rp100 ribu per orang, motor juga dihitung Rp100 ribu. Jika ini memang kebijakan, kenapa tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu mengenai ini. Tarif sebesar ini, bagi kami sebagai mahasiswa merasa keberatan. Ada yang ingin pulang tapi tidak jadi karena kekurangan duit, ada yang minjam demi pulang ke kampung halaman,” tulis Robbi dalam akun facebook (FB) miliknya yang disertai foto tiket, 22 Desember lalu.
Postingan mahasiswa yang di akun FB-nya mengaku kerja di PT Telkomsel ini kemudian viral. Dibagikan dan dikomentari ratusan warganet. Bahkan ada yang menyebutnya kenaikan tarif ini merupakan upaya pungutan liar (pungli).
Menanggapi hal ini, Herman, pemilik Kapal Motor (KM) Ulfa mengaku kesal. Pasalnya, postingan Robbi di FB tersebut mencantumkan foto tiket kapalnya.
Kepada Rakyat Kalbar, Man Kapak –sapaan Herman— menerangkan, apa yang dianggap Robbi tidaklah benar adanya. “Jadi begini setiap hari ada dua trayek kapal tujuan Teluk Batang. Saat itu, 22 Desember kemarin, KM Ulfa milik saya trayek pertama yang seharusnya sesuai jadwal berangkat jam 5 sore. Tapi jam 2 siang sudah penuh penumpang, jadi kami berangkat,” jelas Mas, Senin (25/12) siang.
Lanjut dia menjelaskan, KM Nabila milik Soleh merupakan kapal trayek kedua. Setelah kapal milik Man berangkat, kapal milik Saleh merapat ke dermaga untuk memuat penumpang dan motor. “KM Nabila yang seharusnya berangkat jam 8 malam pun sudah penuh jam 4 sore. Kondisi ini karena menjelang hari raya dan libur panjang,” jelas Man.
Saat itu, sambung Man, penumpang terus membeludak di Pelabuhan Rasau Jaya. “Karena sudah menjadi tradisi menjelang hari raya dan libur panjang serta faktor kasihan dengan penumpang, para pengusaha kapal kelotok berinisiatif untuk memberangkatkan KM Khatulistiwa milik Hj Mas,” terangnya.
Tujuannya, kata Man, semata hanya untuk mengantar penumpang ke tujuan dan agar tidak membuat penumpang menjadi terlantar.
KM Khatulistiwa yang diberangkatkan itu, diluar trayek semestinya. Jadi, hanya bisa mengantar penumpang dari Rasau Jaya ke Teluk Batang. Setelah itu, KM Khatulistiwa harus pulang ke Rasau Jaya lagi tanpa membawa penumpang dari Teluk Batang. Tidak seperti kapal dua trayek sebelumnya.
“Karena ini diluar trayek, wajar jika KM Khatulistiwa menaikan tarif menjadi Rp100 ribu per orang atau motor dari tarif semestinya hanya Rp75 ribu, untuk menutupi biaya operasional. Karena KM Khatulistiwa pulang ke Rasau tanpa penumpang,” tutur Man.
Sebagai bukti pembayaran, setiap penumpang KM Khatulistiwa memakai tiket KM Ulfa. Hal itu karena mendadak dan kondisi darurat. “Disini saya merasa dirugikan. Nama saya dicemarkan kalau begini. Padahal, kami hanya berniat untuk menolong penumpang jangan sampai terlantar tidak pulang,” kesal Man.
Lagi pula, lanjut Man, sebelumnya setiap penumpang sudah ditanya, apakah mau dan tidak keberatan dengan tarif yang lebih mahal dari semestinya.
“Ini kan sudah ditanya dulu ke penumpangnya. Kalau mau kami berangkat, kalau tidak juga tidak apa-apa. Ini tanpa unsur paksaan. Semua penumpang sepakat. Tapi setelah sampai kenapa ada yang protes. Kenapa tidak sebelum berangkat Tanya ke petugas tiket atau ABK,” kesalnya lagi.
Man menegaskan, ia justru protes jika ada pengusaha kapal lain yang dalam trayek menaikkan tarif.
Afif, pihak KM Khatulistiwa mengatakan, hal ini memang biasa terjadi apabila terjadi lonjakan penumpang. Tapi dengan pengecualian itu dilakukan kapal motor tambahan. Artinya kapal motor yang tidak mempunyai trayek yang menaikkan tarif.
“Ini dikarenakan dia hanya bisa mengambil penumpang dari Rasau Jaya tapi dari Teluk Batang tidak bisa. Dan untuk kemarin itu memang kapal motor tambahan yang kebetulan milik mertua saya. Jadi bukan berarti pengusaha kapal mengambil keuntungan dari itu,” tegas Afif.
Justru, lanjut dia, pihaknya bermaksud menolong supaya penumpang tidak terbengkalai dan bisa diberangkatkan ke tujuan. “Jadi tolong jangan seolah-olah pengusaha atau orang orang di pelabuhan ini ingin mengambil keuntungan dari itu,” pungkasnya. (oxa)