eQuator.co.id – Hampir sebagian besar hunian di kota-kota besar bertipe dua lantai, khususnya di pusat-pusat kota. Hal ini berkaitan erat dengan jumlah persediaan lahan di kota yang semakin menipis yang berdampak semakin kecilnya jatah kapling yang disediakan developer untuk satu unit hunian. Akibatnya pengembangan ruang harus didesain secara vertikal. Tangga merupakan hal wajib yang harus “ada” dalam desain hunian bertingkat, akibatnya desain tangga juga harus menjadi bagian dari gaya bangunan.
Persoalan yang sering kali muncul dalam setiap kali mendesain denah rumah, mengatur tata letak ruang yaitu: menentukan ukuran “space” untuk tangga. Hal ini cukup menyita waktu dalam mendesain denah rumah, karena ukuran ruang tangga juga sangat menentukan nilai estetika ruangan. Untuk menentukan “ruang tangga” dibutuhkan beberapa “patokan” supaya estetika dan spesifikasi ideal sebuah tangga dapat tercapai. Aturan ideal tinggi pijakan tangga tidak lebih dari 18cm, lebar pijakan minimal 27cm atau lebar tangga min 80 cm.
Selain bermanfaat secara fungsional sebagai alat transportasi vertikal dalam suatu bangunan dua lantai. Tangga juga bermanfaat sebagai elemen dekoratif yang mempunyai nilai estetika tinggi. Berikut beberapa hal yang harus anda ketahui untuk merencanakan sebuah tangga yang berfungsi secara fungsional maupun estetika.
- Anak Tangga. Anak tangga berfungsi sebagai pijakan. Anak tangga harus menggunakan material yang tidak licin, terutama pada bagian tepinya yang disebut nosing. Bila menggunakan keramik, pilihlan keramik unpolish atau keramik yang bertekstur atau mempunyai alur.
- Induk Tangga. Induk tangga adalah penyokong kekuatan utama pada konstruksi sebuah tangga. Induk tangga bisa menyatu dengan anak tangga (tangga beton) atau terletak di tengah atau di tepi anak tangga (tangga besi dan kayu). Pada beberapa konstruksi tangga yang anak tangganya seakan terlihat melayang, sebetulnya induk tangga tetep ada, yaitu berupa balok beton yang disembunyikan di dalam dinding.
- Railing / pegangan / balustrade. Adalah pagar yang terletak di tepi tangga. Fungsinya sangat jelas, yaitu untuk keamanan tangga. Tinggi railing antara 80-100cm. Terbuat dari bahan yang cukup kuat untuk menahan beban berat tubuh manusia. Bila balustrade terdiri dari kisi-kisi, maka jarak maksimal antar kisi adalah 15cm. Pada bagian atas yang menjadi pegangan tangan, haruslah memenuhi standar ergonomis yang aman dan nyaman untuk digenggam.
- Biasanya terletak pada belokan tangga. Bordes berfungsi juga sebagai tempat untuk beristirahat setelah menaiki tangga. Bordes harus disediakan pada setiap 12 pijakan anak tangga (atau setiap tinggi 1,5-2m). Lebar bordes harus cukup untuk 3-4 langkah mendatar sebelum mendaki tangga. (minimal 90 cm)
- Ruang pengantar dan penerima. Ruang ini adalah area imajiner yang terletak tepat sebelum dan setelah tangga. Meskipun secara fisik ruang ini tidak terlihat, tetapi berperan penting untuk menunjang fungsi tangga dan keselamatan pemakai. Idealnya terdapat clearance sebesar minimal 90cm di awal dan di akhir tangga.
Berikutnya, dalam merencanakan desain ruang tangga anda juga harus memahami konsep ruangan rumah anda. Hal ini berkaitan dengan bentuk desain tangga yang akan menjadi penghubung antar ruang. Berdasarkan geometrinya bentuk tangga dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
- Tangga Lurus. Tangga lurus adalah tangga yang tidak mempunyai belokan. Demi kenyamanan, harus diingat bahwa untuk tangga lurus yang cukup panjang, tetap harus disediakan bordes.
- Tangga berbentuk ‘L’. Biasanya terletak di pojok ruangan, menempel pada dinding. Tangga bentuk ini memiliki satu bordes yang terletak di belokan tangga.
- Tangga berbentuk ‘U tertutup’. Yang dimaksud tangga bentuk ini adalah tangga yang mempunyai 1 bordes berukuran besar dan mempunyai 2 tanjakan pada arah berlawanan. Ini adalah bentuk tangga yang paling sering kita jumpai. Keuntungan tangga jenis ini adalah bagian bawah tangga bisa dimanfaatkan sebagai gudang atau lemari penyimpanan.
- Tangga berbentuk ‘U terbuka’. Yaitu seperti tangga berbentuk L, tetapi mempunyai 2 bordes dan 2 belokan, serta 3 tanjakan. Biasanya terletak pada ruangan yang berukuran sedang.
- Tangga spiral. Tangga spiral biasanya dipergunakan untuk dua macam fungsi. Yang pertama adalah tangga servis. Pada fungsi servis ini tangga spiral dipilih karena space yang lebih efisien. Fungsi yang kedua adalah sebagai elemen dekoratif yang dipilih karena keindahannya. Pada fungsi dekoratif ini, tangga spiral justru diletakkan di tengah-tengah atrium yang justru memakan tempat lebih banyak. Kelemahan tangga jenis spiral ini adalah bagian bawah tangga sulit untuk dimanfaatkan.
Terakhir, anda harus memahami desain interior ruang dalam rumah anda. Material apa yang paling banyak digunakan, konsep warna apa yang digunakan hingga perabotan apa yang menjadi bagian pelengkap ruang. Hal ini berkaitan dengan penggunaan material dasar tangga. Namun yang paling utama adalah memahami struktur bangunan rumah anda.
- Tangga beton. Beton adalah bahan konstruksi tangga yang paling sering dipakai. Kelebihan tangga beton adalah kuat dan mudah dibentuk apa saja. Kelemahan tangga beton adalah kerepotan ketika masih dalam proses perakitan bekisting dan pengecoran, serta waktu pengerjaan yang cukup lama, karena harus menunggu beton kering betul. Untuk konstruksi tangga yang dibuat bersamaan dengan konstruksi bangunan, material beton lebih disarankan. Pemilihan semen yang baik sebagai bahan utama penyusun beton sangat penting untuk memperoleh tangga beton yang baik dan kuat.
- Tangga Kayu. Tangga kayu biasanya dipilih untuk memunculkan kesan eksotis atau etnik. Kelemahan tangga kayu adalah bentuknya kurang fleksibel. Saat ini juga sulit untuk menemukan material kayu dengan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau. Selain aspek estetika, waktu pengerjaan yang cepat juga merupakan pilihan digunakannya material kayu.
- Tangga Besi atau Baja. Material baja dipilih untuk memunculkan kesan ringan, minimalis, dan moderen. Tangga besi juga unggul dalam kekuatan dan kecepatan pengerjaan. Tangga kayu dan baja disarankan untuk konstruksi tangga yang dibuat menyusul kemudian pada saat renovasi bangunan, karena pengerjaan dengan material tersebut lebih bersih dan cepat.
Ketiga bahan konstruksi utama tangga tersebut dapat digabungkan dengan material yang lain sebagai pegangan tangga. Material pegangan tangga bisa berupa dinding bata, beton, kaca, kayu, besi galvanized, besi tempa, atau aluminium.