Tiket Pesawat Rp5 M? Merampot

Polisi Bantah Ringkus Ahmad Mussadek

Drs. Christiandy Sanjaya, MM.

Jadi dana Pemprov itu APBD 2016 bukan 2015, ada mencadangkan dana bencana sekitar Rp5 miliar, namun bukan semuanya dipakai buat (evakuasi eks Gafatar) ini,”

Wakil Gubernur Kalbar, Drs. Christiandy Sanjaya, MM.

Pontianak-RK. Wakil Gubernur Christiandy Sanjaya mengklarifikasi pemberitaan mengenai dana Rp5 miliar digunakan membeli tiket pesawat Lion Air, untuk memulangkan eks Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ke kampung halamannya.

“Pembiayaan evakuasi terhadap penanganan eks Gafatar juga melibatkan APBD kabupaten. Misalnya saat dari Mempawah menuju lokasi penampungan Bengkangdam XII Tanjungpura, pembiayaan dari APBD setempat,” jelas Christiandi yang ikut mengantar dan meninjau KRI Teluk Gilimanuk, sebelum berangkat membawa eks Gafatar ke pulau Jawa, Jumat (22/1) malam.

Sebanyak 350 jiwa eks Gafatar dipulangkan ke daerah asalnya dari Pelabuhan Dwikora Pontianak menggunakan KRI Teluk Gilimanuk 531. Saat akan berangkat, ada lima eks Gafatar diturunkan dari kapal, lantaran ditemukan dua anak-anak yang sakit dan langsung dibawa ke rumah sakit menggunakan ambulan milik TNI Angkatan Laut (AL).

Pemprov Kalbar bekerjsama dengan semua unsur melalui Forkopimda, didukung Pangdam, Kapolda dan Danlantamal serta semua pihak, menginginkan eks Gafatar sampai ke tujuan dalam kondisi sehat.

“Sebagaimana diinformasikan oleh Mensos (Menteri Sosial), di tempat tujuan sudah terkoordinasi dengan baik. Jadi, jangan dipikir kita pulangkan mereka, macam anak ayam kehilangan induknya,” tegas Christiandy.

Pemprov Kalbar terus melakukan koordinasi dengan Pemkab/Pemkot yang masih melakukan evakuasi. Hingga saat ini tercatat sekitar 4.500 jiwa yang ditampung di camp penampungan di Pontianak. “Bisa saja jumlah ini berubah, sesuai kondisi lapangan, karena adanya penambahan dari beberapa kabupaten,” jelasnya.

Sementara pemberangkatan eks Gafatar menggunakan transportasi penerbangan, ada lima maskapai yang diberangkat Jumat (22/1) malam. Kemudian empat maskapai diberangkatkan Sabtu (23/1) malam. “Kalbar ini menjadi sasaran kedatangan warga Gafatar. Ini tentu akan kita antisipasi dan melakukan langkah-langkah bersama pemerintah pusat,” ungkap Christiandy.

Batah Bekuk Nabi Palsu

Di tengah kesibukan pemerintah, Polri dan TNI mengevakuasi ribuan eks Gafatar di Kalbar, Jumat (22/1) sore, muncul issu polisi membekuk 22 pengurus Gafatar yang baru tiba di Kota Pontianak. Mereka dibekuk di Wisma Korpri Pontianak, Jalan Veteran, Pontianak Selatan.

Informasi yang didapat Rakyat Kalbar di lapangan, 22 pengurus Gafatar itu datang ke Kota Pontianak menggunakan kapal. Mereka langsung mencari tempat penginapan, Wisma Korpri jadi pilihan.

Polisi yang mendapatkan informasi, langsung mendatangi Wisma Korpri dan melakukan pemeriksaan. Mereka semuanya diduga kuat eks Gafatar yang baru tiba. Polisi berkoordinasi dengan Kodam XII Tanjungpura. Akhirnya 21 orang dievakuasi di Bekangdam XII Tanjungpura, seorangnya lagi diamankan polisi.

Satu orang yang diamankan itu, diisukan pimpinan rombongan Gafatar. Dia diduga yang selama ini menjadi aktor di balik adanya Gafatar, tak lain adalah Ahmad Mussadek yang mengaku Nabi setelah Nabi Muhammad SAW dengan ajaran yang disebut Al Kaidah.

Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Agung Risdhianto membenarkan adanya 22 eks Gafatar yang ditemukan polisi di Wisma Korpri Pontianak. “Tadi (kemarin) malam dibawa ke Polda. Mereka 22 orang itu dari Jawa, saya belum tahu, yang mengurusi dari Polda. Informasinya, sudah ada dikembalikan, namun satu ada yang ditinggal. Mungkin kecurigaan polisi, yang bersangkutan sebagai koordintaor, pengarah, sehingga dilakukan pemeriksaan, atau mungkin saja ada faktor lainnya,” jelas Agung ditemui di Pelabuhan Dwikora Pontianak, usai meninjau pemulangan eks Gafatar ke Semarang menggunakan KRI Teluk Gilimanuk, Sabtu (23/1).

Menyikapi eks Gafatar di Kalbar, Pangdam menggerakan intelijen. Banyak data dan fakta yang didapatkan TNI. “Tentunya bukan di forum ini untuk kita buka. Kita sedang mendalami dan mengkaji fakta yang ada untuk kita follow up,” tegas Pangdam.

Kapendam XII Tanjungpura, Kolonel Mukhlis menambahkan, dari 22 eks Gafatar tersebut, sembilan anak-anak dan 13 orang dewasa. “Sebenarnya dua puluh satu orang itu akan kita pulangkan tadi malam. Karena penerbangan hanya sampai kloter kelima saja, maka 21 orang itu dievakuasi ke Bekangdam XII Tanjungpura terlebih dahulu,” jelas Mukhlis.

Dikatakan Kapendam, untuk satu orang yang diamankan polisi, juga memang benar adanya. “Mungkin satu orang itu sedang dimintai keterangan,” terangnya.

Sementara Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulystianto belum bias memberikan keterangan, terkait ditemukannya 22 eks Gafatar di Wisma Korpri. “Nanti ya, nanti. Saya mau antar Mensos pulang dulu, nanti habis itu saja (wawancara),” jelasnya yang terlihat buru-buru menaiki mobilnya usai meninjau eks Gafatar di KRI Teluk Gilimanuk di Pelabuhan Dwikora Pontianak.

Sementara Kabid Humas Polda Kalbar, AKBP Arianto tidak memiliki data lengkap atas ditemukannya 22 eks Gafatar itu. “Kalau yang diamankan baru tiba di Pontianak itu, memang benar. Jumlahnya 22 orang. Tapi kalau mengenai ada yang diperiksa satu diantaranya oleh pihak kepolisin, saya belum mengetahui seperti apa. Bahkan satu orang itu pimpinan rombongan, saya juga belum tahu,” kata AKBP Arianto kepada Rakyat Kalbar. “Nanti (kemarin) sore silakan konfirmasi lagi, saya akan coba tanyakan perkembangan seperti apa,” sambungnya.

AKBP Arianto yang dikonfirmasi ulang oleh Rakyat Kalbar, membantah jika jajarannya mengamankan Nabi Palsu Ahmad Mussadek. Namun sayang, dirinya tak menyebutkan siapa yang diamankan serta diperiksa jajarannya tersebut. “Polda Kalbar tidak ada mengamankan yang bersangkuan (Ahmad Mussadek),” bantah Kabid Humas Polda Kalbar.

Pilot Takut Terbang

Pemulangan eks Gafatar menggunakan sembilan maskapai Lion Air ternyata membuat pilot ketakutan. Pangdam XII Tanjungpura dan Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulystianto menerjunkan anggota khusus untuk mengawal proses penerbangan. Dua anggota TNI pakaian biasa dan empat anggota polisi berseragam dan bersenjata lengkap. “Tadi (kemarin) malam, kami lakukan pengamanan atas penerbangan untuk memulangkan eks Gafatar. Pilotnya takut, dan tidak mau terbang kalau tidak dikawal,” kata Pangdam XII Tanjungpura, Mayjen TNI Agung Risdhianto.

Sementara pemulangan menggunakan KRI Teluk Gilimanuk, dipastikan Pangdam keamanannya. “Mereka aman, tidak perlu dikawal seperti menggunakan maskapai,” ujar Pangdam.

Fasilitasi Kelompok Tani

Keberadaan warga eks Gafatar mengatasnamakan kelompok tani Manunggal Sejati, di Jalan Moton Asam, Dusun Pangsuma, Desa Antibar, Kecamatan Mempawah Timur, difasilitasi oleh Supardan. Warga asli Jawa Timur ini memang merupakan bekas Ketua Pengurus Gafatar Jawa Timur. Namun warga menampik kelompok tani itu berada dibalik kegiatan mereka. “Kami di sini niatnya cuma mau kerja sebagai petani. Tidak ada kegiatan lain atau penyebaran ajaran tertentu,” tegas Soeharto, 42, beberapa hari sebelum insiden penyerangan dan pembakaran barak.

Kelompok tani Manunggal Sejati sedianya terdiri dari 110 KK atau 327 jiwa kebanyakan dari Jawa Timur, temasuk anak-anak di dalamnya. Kelompok ini membangun sebuah kawasan pertanian terpadu di lahan bergambut seluas 43 hektare milik Supardan yang disebut sebagai investor. Jaraknya sekitar delapan kilometer dari ibukota kabupaten di Mempawah.

Di kawasan pengembangan berbagai jenis tanaman palawija dan hortikultura ini juga menjadi lokasi permukiman bagi anggota kelompok beserta keluarga. Ada delapan barak yang difungsikan sebagai tempat tinggal. Setiap barak terdiri atas 10 pintu sebagai kamar keluarga juga dilengkapi dengan fasilitas dapur dan toilet umum. Begitu pula untuk kebutuhan makan, ada 12 warga yang bertugas secara bergiliran di dapur umum untuk memasak setiap hari. Penggarapan lahan dimulai sejak pukul 05.30 hingga 11.30 WIB. Kerja keroyokan itu dilanjutkan kembali pada pukul 14.00 hingga 17.00 WIB, setelah rehat siang sekitar 2,5 jam. Kala itu mereka juga tengah membangun aula dan surau yang nantinya dinamakan surau Al Muslimin.

Selain menyiapkan lahan beserta fasilitas, Supardan juga menanggung semua kebutuhan hidup anggota kelompok beserta keluarga selama satu tahun pertama. “Hasil pertanian hingga dua tahun pertama seluruhnya untuk kita (penggarap). Selanjutnya baru sistem bagi hasil, yakni 80 persen untuk kita, 20 persen untuk investor,” kata Soeharto di pos penjagaan barak kelompok tani Manunggal Sejati.

Koordinator Kelompok Tani Manunggal Sejati, Deni Sulistiawan mengaku separoh anggota kelompok tani memang bekas anggota Gafatar. Termasuk Deni yang sudah bergabung di Gafatar sejak 2011. Namun, dia menegaskan tidak ada lagi aktivitas organisasi itu di kelompok tersebut, karena Gafatar sudah dibubarkan. Deni juga memastikan tidak ada doktrinisasi atau penyebaran paham tertentu di kelompok mereka saat ini. “Kalau diisukan silakan saja. Orang ngomong apa bebas, demokrasi kan kita hari ini. Kalau mantan, iya,” kata Deni menegaskan bahwa ia mantan anggota Gafatar. “Kalau diisukan organisasi itu buruk, saya sendiri yang mengikuti tidak bilang buruk. Mau bilang buruk silakan. Itu hak orang berbicara,” cetus pria berperawakan gemuk pendek ini.

Laporan: Isfiansyah, Achmad Mundzirin, Ocsya Ade CP

Editor: Hamka Saptono