Tiga Warna Busana Penari Pembukaan STQ Nasional XXV

Memadukan Etnik Melayu dengan Sentuhan Islami

JELASKAN Abdul Hadi menjelaskan makna corak busana rancangannya yang dikenakan para penari STQ Nasional XXV.

Semarak malam pembukaan Seleksi Tilawah Qur’an (STQ) tingkat Nasional XXV, salah satunya karena corak busana para penari. Sabtu (29/6) malam, tiga warna baju khas Melayu Kalbar yakni hijau, biru dan putih mampu mengeksplor kecantikan penari dengan sentuhan yang Islami.

Suci Nurdini Setiowati, Pontianak

eQuator.co.id – Busana penari dalam setiap acara selalu menjadi sorotan. Begitu pula pembukaan STQ Nasional XXV di Taman Alun Kapuas. Karya desainer lokal, Abdul Hadi jadi pilihan. “Untuk penari wanitanya, kita buat menggunakan hijab bandana biar unik, dan sedikit sentuhan bordir pada bagian dada depan penari,” ujar Abdul Hadi, Kamis (27/6).

Pria yang akrab disapa Hadi ini mengatakan, memasukan unsur khas Kalimantan Barat dalam desain baju penari. Unsur khas menjadi salah satu prioritas dalam setiap karyanya. “Kita mix and macth dengan kain lokal, yakni corak insang. Sekaligus kita coba mempromosikan budaya lokal,” jelas Hadi.

Pemilik brand ‘Badon By Hadi’ ini bercerita, baju penari yang dirancangnya terinspirasi saat dia masih SMA dulu. Dia sering mengotak-ngatik segala macam warna dan bahan yang ada di rumahnya. “Karena dulu itu banyak sarung di rumah, saya jahit. Jadi baju dan bagus. Terus ya udah kenapa enggak kita aplikasikan ke baju rancangan saya yang ini,” ucap Hadi.

Yap! baju khas Melayu Kalbar yang dipakai para penari di acara pembukaan STQ Nasional itu dibuat dengan tiga warna yaitu hijau, biru dan putih. Ketiga warna akan sangat pas ketika dipakai bersamaan saat menari.

Tak lupa, Hadi menambahkan desain pola seperti terompet, agar lentikan tangan penari terlihat. “Ditambah lagi pada bagian bawah, kita gunakan sarung tapi model celana kulot, biar penari nyaman bergerak,” papar Hadi.

Lelaki 22 tahun ini mengatakan, sudah dikontak Pemkot Pontianak untuk mendesain baju penari sejak April 2019 lalu. Kini, persiapanya sudah matang. H-3 pembukaan STQ Nasional XXV, kostum penari sudah siap 90 persen. “Sisanya tinggal gimana penari memakainya,” tutur Hadi.

Dia juga menyuguhkan kejutan unik dalam karyanya, yang akan didapatkan ketika menonton acara pembukaan STQ Nasional. Ada burung merak!. “Kita membuat efek kipas besar, nantinya akan seperti sayap merak yang menambah kecantikan estika tarian dan busana, serta budaya yang ada di Kalbar,” terang Hadi bersemangat.

Hadi mengungkapkan, proses produksi terbilang cepat. Membuat baju penari dan pemusik yang berjumlah 100 orang, hanya memerlukan waktu sebulan. Hebatnya lagi, 6 orang tim produksinya direkrut dari Balai Latihan Kerja(BLK). “Mereka itu orang-orang amatir yang kami latih, dari awal gak tahu apa-apa tentang jahit sampai tahu buat baju jadi,” kata Hadi mantap.

Pemilik rumah produksi di Gang Revolusi Nomor B34 Jalan Dr Wahidin Sudirohusodo, Kota Pontianak itu berharap, acara pembukaan STQ Nasional XXV di Taman Alun-alun Kapuas berlangsung lancar dan sukses. “Ya harapannya biar bisa banggain Kalbar dan buat mata orang-orang terpana dengan karya generasi muda Kalbar,” tutupnya.

 

Editor: Yuni Kurniyanto