eQuator.co.id – Sudah sembilan tahun Kabupaten Kubu Raya terbentuk. Namun pembangunan infrastruktur pedesaan belum memuaskan masyarakat. Bahkan jembatan yang sudah uzur yang mengancam keselamatan warga terabaikan untuk diperbaiki.
Ambrosius Junius-Syamsul Arifin, Sungai Kakap
Inilah yang terjadi di Desa Sungai Kupah, Sungai Kakap, Kubu Raya. Tidak mampu menopang beban berat, jembatan kayu ambruk, Senin (19/12) pukul 09.30. Beruntung tidak ada korban jiwa, namun arus transportasi terhambat. Warga harus menempuh jalur yang lebih jauh agar bisa membawa hasil kebunnya ke Kota Pontianak.
“Jika dilihat dari kondisinya, jembatan itu hanya mampu menahan beban maksimal seberat satu ton saja,” kata Sabri, Kepala Desa Sungai Kupah saat meninjau jembatan, kemarin.
Diceritakan Sabri, awalnya jembatan Sungai Kupah itu dilintasi pikap yang bermuatan 2000 buah kelapa. Belum melewati separuh, jembatan terbuat dari kayu belian itu pun ambruk. Sopir dan kernet pikap berhasil menyelamatkan diri. Sedangkan pikapnya tenggelam ke sungai. Warga bergotong-royong menarik pikap tersebut ke daratan. “Pikap kosong saja sudah berat, belum lagi ditambah muatannya,” jelas Sabri.
Jalan dan jembatan di desanya itu selalu dilintasi kendaraan yang mengangkut hasil bumi seperti kelapa, pisang dan tangkapan nelayan. Jembatan dengan lebar tiga meter dan panjang 50 meter itu satu-satunya sarana transportasi menuju Desa Sungai Kupah. Selain dilintasi pikap, juga mobil pribadi warga sekitar maupun pendatang. “Jembatan itu setiap harinya dilintasi beban seberat 15 ton,” ungkap Sabri.
Jembatan Sungai Kupah itu dibangun tahun 2000. Saat itu Kecamatan Sungai Kakap masih masuk wilayah Kabupaten Pontianak. Sejak tiga tahun lalu pemerintah Desa Sungai Kupah sudah mengajukan proposal ke Pemkab Kubu Raya, agar membangun jembatan yang baru. Sambil menunggu dibangun jembatan baru, jika ada kerusakan, warga bergotong-royong memperbaikinya. Karena jembatan itu menghubungkan Dusun Sepakat dengan Dusun Sejahtera maupun menuju Kota Pontianak.
“Setelah diperbaiki, hanya bisa bertahan empat hingga lima bulan saja. Warga kembali memperbaikinya. Kayu yang patah atau lapuk diganti dengan pohon kelapa yang dibelah. Pendanaannya kadang meminta bantuan pengusaha kopra,” papar Sabri.
Menurut Sabri, proposal yang diajukannya tiga tahun silam sudah ditanggapi Pemkab Kubu Raya. Rencananya tahun 2017 akan dibangun jembatan baru. Anggarannya juga sudah ada. Namun karena ambruk sebelum dibangun, pemerintah desa akan membahas pembangunan objek vital tersebut dengan instansi terkait. “Kita masih menunggu, apakah akan dibuat jembatan darurat atau seperti apa nantinya,” ujarnya.
Menurut kepala desa, ada tiga jembatan di aliran Sungai Kupah. Semuanya bisa dilintasi mobil. Jarak antarjembatan sekitar satu kilometer. Sedangkan 80 persen warga Sungai Kupah merupakan petani kelapa. Tentunya jembatan dan jalan menjadi sarana pendukung membawa hasil kebun mereka, begitu juga hasil tangkapan nelayan. Jika jembatan yang ambruk itu tidak ditindaklanjuti, maka akan berimbas terhadap perekonomian desa yang berpenduduk 3.915 jiwa. Belum termasuk desa yang ada di sekitar Sungai Kupah.
Sabri berharap, jika dibangun jembatan baru nantinya, jangan lagi terbuat dari kayu. Tetapi dibangun permanen dari beton. Walaupun jembatan dari kayu belian yang terkenal tahan dan kuat, hanya bisa tahan 5-10 tahun saja. Bahkan mungkin hanya 2-3 tahun saja, karena air sungai asin, kayu akan mudah keropos.
“Jembatan dari kayu usia sepuluh tahun harusnya sudah diganti. Semoga saja nanti dibuat jembatan beton yang bisa bertahan lama hingga 40 tahun,” harapnya.
Pantauan Rakyat Kalbar, meskipun jembatan sudah putus, namun masih dilintasi warga yang berjalan kaki. Warga menyambung jembatan yang putus itu dengan titian kayu. Tentunya lebih rawan jika dilewati pada malam hari. Apalagi tidak ada pegangan dan penerangan di jembatan tersebut.
Anggota DPRD Kubu Raya Dapil Sungai Kakap, Zulkarnaen meminta jembatan Sungai Kupah harus segera dibangun. Jembatan itu satu-satunya akses masyarakat Dusun Sepakat dan Dusun Sejahtera.
“Jembatan ini merupakan akses satu-satunya bagi masyarakat. Sehingga pembangunannya harus dilakukan. Baik itu dengan konstruksi kayu ataupun beton, bisa disesuaikan dengan kondisi keuangan daerah,” ujar legislator PDI Perjuangan itu.
Ia menuturkan, sekitar 300 kepala keluarga (KK) terdiri dari kurang lebih 1.700 jiwa sangat tergantung dengan keberadaan jembatan itu. Apalagi posisinya berada di jalan poros Sungai Kupah Tanjung Intan. “Jembatan ini sebagai urat nadi. Makanya akan saya sampaikan ke bupati seperti apa solusinya untuk pembangunannya,” janjinya.
Jika konstruksi kayu, Zulkarnaen memprediksikan pembangunannya menelan anggaran Rp2 miliar hingga Rp3 miliar. Sementara kalau beton diperkirakan Rp5 miliar hingga Rp6 miliar. “Semuanya tergantung dengan kondisi keuangan daerah,” jelasnya.
Kepala Dinas Bina Marga Kubu Raya, Ir. H. Chairi Rahmi, MT mengaku akan duduk bersama, mencari solusi pembangunan jembatan Sungai Kupah tersebut. “Itu harus dilakukan pembangunan, karena akses masyarakat. Tapi masyarakat masih bisa lewat jalan arternatif,” katanya.
Bertolak belakang dengan ucapan Kepala Desa Sungai Kupah, Chairil mengatakan tidak ada anggaran tahun 2017 untuk membangun jembatan yang putus itu. Dinas Bina Marga akan melibatkan instansi terkait, termasuk DPRD untuk membahasnya. “Apa menggunakan dana tanggap darurat atau dana lain. Yang jelas, dalam waktu dekat kami akan membahasnya,” jelas Chairil. (*)