Tiga Restoran Ternama Gunakan Gas Bersubsidi

Rela Antre Demi Dapatkan LPG 3 Kg Sesuai HET

TERPASANG REGULATOR. Tim gabungan mendapati lima tabung gas elpiji 3 kg di Pondok Kakap, satu diantaranya terpasang regulator, Jumat (21/12). Maulidi Murni-RK

eQuator.co.id – PONTIANAK-SINTANG-RK. Tiga restoran besar dan ternama di Kota Pontianak ternyata menggunakan gas elpiji 3 kilogram. Yaitu Restoran Gajahmada, Mutiara dan Pondok Kakap.

Ketiga restoran tersebut terciduk menggunakan gas bersubsidi setelah tim gabungan menggelar razia, Jumat (21/12). Tim terdiri dari Satpol PP, Diskumdag, DPMTK-PTSP Kota Pontianak dan Pertamina. Di Restoran Gajahmada, petugas gabungan menemukan 2 tabung gas elpiji 3 kg, di Restoran Mutiara 4 tabung, dan Pondok Kakap 5 tabung.

Kepala Satpol PP Kota Pontianak Syarifah Adriana menuturkan, yang terciduk menggunakan gas bersubsidi merupakan restoran besar semua. “Alasan dia (restoran yang kedapatan) untuk dipakai sesaat saja,” ujarnya.
Tim mencatat identitas penanggung jawab tempat usaha tersebut. Pelaku usaha hanya diberikan surat pernyataan. Walau surat edaran sudah pernah diberikan kepada pelaku usaha mengenai penggunaan gas melon ini.
Kedepannya, apabila masih kedapatan menggunakan gas elpiji 3 kg, tempat usahanya akan ditutup. “Sekarang gas-gasnya kita sita, diamankan. Nanti mereka akan dipanggil ke kantor,” jelasnya.
Ditegaskan dia, pengawasan rutin akan terus dilakukan di tempat-tempat usaha. Agar distribusi gas tabung melon tidak disalah gunakan. Tapi benar-benar tepat sasaran untuk masyarakat miskin. “Pokoknya yang tidak boleh (pelaku usaha) gunakan gas 3 kg adalah omzetnya lebih dari Rp800 ribu,” tegas Adriana.
Saat razia yang dilakukan tim gabungan banyak dalihnya. Ketika petugas menanyakan dari mana gas bersubsidi itu dibeli, beberapa pelaku usaha ini mengaku lupa. Baik waktu membeli dan harganya. Walau petugas sudah mendesak mereka untuk kooperatif.
Misalnya saja Iin Fitriana, salah seorang karyawan Restoran Gajahmada. Saat ditanya kapan waktu membeli dan harganya wanita yang berumur 42 tahun ini hanya menjawab sudah lama. Ia berkilah lupa tempat membeli dan harganya. Alasannya menggunakan gas elpiji 3 kg dipakai hanya untuk tour karyawan beberapa waktu lalu.
“Kalau kami bawa yang besar masuk di dalam kendaraan kan susah jadi bawa yang kecil saja. Kalau dak kami dak makai,” dalihnya.

Menurutnya, keseharian mereka tidak pernah menggunakan gas elpiji 3 kg. Padahal barang bukti ditemukan berada di dapur tersebut. Meski ketika ditemukan gas tidak terpasang regulator.
“Masa kami mau jalan keluar bawa yang besar, cuma satu hari kok, udah itu kami simpan tidak pakai-pakai, nanti mau tour tahun depan baru di pakai,” tuturnya.

“Kebetulan itu ada isinya jadi mau kami habiskan, dari pada sayang kan. Jadi mau kami isi kembali, mau dipakai kembali biar habis gitu, udah itu kami simpan lagi,” tambah Iin.
Sedangkan karyawan Restoran Mutiara, Rizal mengatakan 4 tabung gas elpiji 3 kg yang ditemukan di pojok dapur dengan posisi tersusun dua tingkat dan ditutup kardus itu tidak dipakai. Karena dulunya untuk kompor kecil. Setelah ada razia tim gabungan, gas tersebut tidak pernah digunakan lagi. “Mau untuk kompor kecil maupun besar. Jadi kita simpan di pojok,” ucapnya.
Menurutnya, keberadaan tabung gas 3lpiji 3 kg tersebut membuat serba salah. Jika dibawa pulang, itu milik restoran. Bukan punya dia. Kalau disembunyi lebih parah lagi. Jadi mereka simpan di pojok dan tidak pernah dipakai. “Maka di kompor kita pakai yang 12 kilogram semua,” jelas dia pria 28 tahun ini.
Sedangkan Kris, salah seorang karyawan Pondok Kakap juga menuturkan, gas tabung melon ditemukan di dapurnya tidak digunakan secara rutin. Melainkan untuk makanan kecil saja. “Tapi sudah tidak kita pakai lagi,” ujarnya singkat.
Di Pondok Kakap, tampak jelas gas tabung melon tersebut digunakan untuk memasak. Lantaran pas razia satu tabung gas terpasang regulator disalah satu kompor. Untuk tabung gas elpiji 3 kg yang disita tim, tidak akan dikembalikan. Melainkan pelaku usaha harus menukarnya dengan gas tabung non subsidi.
“Dua tabung kosong 3 kg bisa ditukarkan dengan tabung yang beratnya 5,5 kg tanpa dikenakan biaya,” ungkap Senior Administrator Depot Sales Point PT Pertamina (Persero) Pontianak, Syukra Mulia Rizki.
Sistem tersebut juga berlaku untuk masyarakat lainnya. Warga harus dengan kesadaran sendiri bisa menilai apakah dia berhak menggunakan gas elpiji 3 kg atau tidak.”Kalau treatment dari Pertamina kita siap menerima tukaran dari masyarakat,” katanya.
Diakuinya, hasil razia terbukti masih ada pelaku usaha yang menggunakan gas bersubsidi. Kondisi tersebut menjadi salah satu penyebab kelangkaan gas elpiji 3 kg. Padahal kuota dan alokasi sudah disalurkan sebagaimana mestinya.

“Hanya saja masih ada oknum yang kategori tidak berhak menggunakan malah menggunakan gas bersubsidi ini,” tutup Syukra.
Terpisah, Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono mengimbau dan mengajak pelaku usaha tidak lagi menggunakan gas yang bukan haknya. Karena gas bersubsidi hak masyarakat miskin. Pelaku usaha beromzet di atas Rp800 ribu jangan memanfaatkannya untuk kepentingan sendiri.

“Selayaknya mereka tidak menggunakan itu. Tapi kalau masih saja melanggar kan ada sanksi, peraturan menteri yang melarang penggunaan gas 3 kg,” pungkas Edi.

Sementara itu, ratusan warga Kecamatan Kayan Hilir rela mengantre dari pagi di depan Polsek setempat demi mendapatkan gas elpiji 3 kg sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET), saat Operasi Pasar (OP), Kamis (20/12). Meski beberapa kali hujan menerpa, tak menurunkan keinginan mereka untuk mendapatkan salah satu kebutuhan pokok rumah tangga tersebut. Baik orangtua maupun anak-anak tampak antusias menunggu panggilan namanya sebagai tanda giliran mendapatkan gas bersubsidi tersebut.

Warga Dusun Niaga Kecamatan Kayan Hilir, Marianto ditemui Rakyat Kalbar saat ikut antrean merasa senang dengan adanya OP gas ukuran melon tersebut. Karena menurut pria 46 itu, dapat membantu mengurangi beban pengeluaran sehari-hari.

“Di sini udah langka, harganya pun mahal. Mau sekitar dua bulan harga capai Rp30 hingga Rp40 ribu. Tentu itu sangat berat bagi kami yang pendapatan sehari sebagai buruh begitu-begitu saja,” katanya.

Ia mengaku telah datang ke lokasi OP sejak pukul 07.00 WIB. Namun sekitar pukul 11.30 WIB, namanya dipanggil. “Tak apalah mengantre lama, yang penting bisa dapat. Meski sempat meninggalkan pekerjaan sebentar bukan masalah,” terangnya.

Diakui Marianto, di wilayahnya ada pangkalan gas. Namun susah untuk dapatkan gas melon. Karena begitu datang langsung habis. Ia menduga ada permainan di pangkalan, karena orang banyak duit bisa dapat hingga 50 tabung. “Tak tau kemana larinya, tau-tau langsung habis aja, makanya tak boleh telat kalau datang ke pangkalan,” ungkapnya.

Pengantre lainnya, Amori. Warga Desa Nanga Mau ini mengaku sejak pukul 09.00 WIB menunggu antrean. Meski resah karena hujan, tapi dirinya tetap menunggu dengan sabar.

“Kami di sini sudah dari pagi hanya untuk menunggu pembagian gas 3 kg ini, karena kalau beli di eceran harganya tinggi sekali, ” ucapnya.

Pria 40 tahun ini mengatakan, OP tersebut sangat membantu warga. Mengingat menjelang Natal dan tahun baru, kebutuhan akan gas lebih tinggi dari hari biasanya.

“Sangat membantu, apalagi selama ini kami tidak pernah merasakan HET, karena warung yang jual di sini antara Rp30 ribu – Rp40 ribu per tabung,” terangnya.

Amori berharap, pihak terkait bisa rutin menggelar OP elpiji 3 kg. Agar dapat membantu warga yang kurang mampu seperti dirinya. “Karena dengan seperti ini para pengecer di luar sana tidak seenaknya meletakkan harga,” sebut Amori.

Direktur PT Kapuas Melawi Indah, Tuti Suryati mengatakan, OP yang dilaksanakan pihaknya dalam rangka mengantisipasi kelangkaan gas jelang natal dan tahun baru. Selain itu, agar masyarakat kecil yang ada di wilayah pedalaman bisa mendapatkan gas 3 kg sesuai HET. “Karena selama ini mereka mengeluh dengan tingginya harga di tingkat pengecer,” ucapnya.

Dijelaskannya, sebanyak 566 tabung gas elpiji 3 kg disiapkan saat OP kemarin. Per tabung ijual dengan harga Rp18.000. Syaratnya warga menunjukkan Kartu Keluarga (KK), maka akan mendapatkan dua tabung gas bersubsidi.

“Setiap warga yang sudah dapat, kita beri tinta dijarinya agar mereka tak mengantre lagi. Biar semua warga di sini dapat merasakan elpiji sesuai HET,” pungkasnya.

 

Laporan: Maulidi Murni, Saiful Fuat

Editor: Arman Hairiadi