Setelah menempuh perjalanan ratusan kilometer, rombongan Dewan Adat Dayak (DAD) Kabupaten Kapuas Hulu, peserta ekspedisi napak tilas damai 1894 Tumbang Anoi tiba di Palangkaraya, Kalteng, Sabtu (20/7).
Andreas, Putussibau
eQuator.co.id – Rombongan yang dibawa tujuh kendaraan darat itu akan melanjutkan perjalanan menuju Desa Tumbang Anoi Kecamatan Damang Batu, Kabupaten Gunung Mas, Kalteng. “Dalam perjalanan kita harus beberapa kali singgah, karena memang perjalanan luar biasa jauhnya,” ujar Petrus Kusnadi, Sekretaris DAD Kapuas Hulu.
Dari Putussibau, rombongan yang berangkat pada Kamis (18/7) langsung menuju Tayan, kemudian dari Tayan, Jumat (19/7) mulai bertolak menuju Kalteng dan singgah di Sampit, Kabupaten Kotawaringin Timur. Dari Sampit, Sabtu (20/7) rombongan kembali melanjutkan perjalanan menuju Palangkaraya, Ibukota Provinsi Kalteng dan tiba sekitar Pukul 15.00 WIB.
“Setelah sampai di Palangkaraya, kita nginap juga, namun kita sempat dulu mampir ke rumah Betang mengkonfirmasi pihak panitia kegiatan dan Minggu (21/7) pagi kita langsung ke tempat kegiatan yang perjalannya juga masih lumayan jauh,” tutur Kusnadi.
Kusnadi mengatakan, napak tilas damai Tumbang Anoi itu punya makna penting bagi masyarakat Suku Dayak. Oleh karenanya perlu dikenang kembali kilas balik peristiwa bersejarah itu. “Karena di Tumbang Anoi itulah lahir sebuah kesepakan masyarakat Dayak terdahulu, untuk bersama-sama menghapus sistem ngayau, sistem dendam dan tidak ada lagi tradisi harus mengorbankan sesama manusia,” jelas Kusnadi.
Konteks jaman sekarang, tambah Kusnadi, memang sudah sangat tidak relevan, karena bertentangan dengan hak asasi manusia. Maka Kusnadi menilai, moment perjanjian sekitar 125 tahun silam itu harus dikenang, karena para leluhur Dayak saat itu sudah punya pemikiran yang bijaksana, bagaimana menghargai sesama manusia.
“125 tahun silam itu masyarakat Dayak sudah punya pemikiran toleransi, rasa cinta damai dan persaudaraan, itu yang harus kita pupuk,” ajak pria yang juga menjabat Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kapuas Hulu ini.
Melalui Napak tilas ini, lanjut Kusnadi, maka harus dikenang kilas balik, bagaimana pemikiran orang tua dulu yang dianggap tidak bersekolah, penuh kekurangan namun saat itu mereka sudah punya pemikiran yang sangat maju. “Peristiwa ini sangat menarik bagi kita, khususnya Dewan Adat Dayak Kapuas Hulu, kita bergembira sekali dalam perjalanan, menikmati suasana alam lingkungan, baik perkotaan, perkampungan,” ucap Kusnadi.
Kusnadi berharap napak tilas itu berjalan lancar. Informasi yang ia dapat bahwa, acara sangat banyak. Selain itu, kata Kusnadi, dalam rangkaian acara selain seminar, akan ada ritual adat.
“Mungkin ritual itu yang sudah ditampilkan 125 tahun lalu dan pasti menarik, karena di Tumbang Anoi juga akan bergabung seluruh masyarakat Dayak yang ada di pulau Borneo, dan Sarawak,” pungkas Kusnadi.
Kontingen Kapuas Hulu dipimpin langsung oleh Ketua DAD Antonius L. Ain Pamero, dengan peserta 28 orang. Dengan agenda acara dijadwalkan tanggal 22-24 Juli 2019 di Desa Tumbang Anoi.
Editor: Ambrosius Junius