Tidak Menyerah karena Musibah

Dari Reuni IX Konco Lawas Jawa Pos di Jogja (bagian 1)

MERAPI. Museum bencana Merapi di Desa Kinahrejo yang tidak jauh dari desa Pentingsari pun menjadi daya tarik tersendiri. Jto
MERAPI. Museum bencana Merapi di Desa Kinahrejo yang tidak jauh dari desa Pentingsari pun menjadi daya tarik tersendiri. Jto

Desa Kinahrejo 8 tahun lalu hancur akibat wedhus gembel. Sekarang desa ini menghasilkan devisa Rp 500 juta per hari. Perkumpulan Konco Lawas Jawa Pos memilih Kinahrejo untuk contoh motivasi menghadapi pensiun. Berikut laporan Joko Intarto, redaktur tamu Rakyat Kalbar.

eQuator.co.idBadan saya terguncang-guncang. Dua kali kepala saya terbentur bodi mobil saat jip itu menerobos jalan yang berbatu-batu. Untung saya memakai helm. Aman. Tidak benjol.

Begitulah kegembiraan menikmati wisata alam di bekas lokasi bencana gunung Merapi. Di Desa Kinahrejo, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.

Desa Kinahrejo hancur total. Sawah, kebun, rumah dan seluruh isinya. Lima ribu ekor sapi mati. Tersisa tulang-tulangnya saja. Sapi-sapi itu ditinggal pemiliknya yang mengungsi ke desa lain yang lebih aman sejak Merapi batuk-batuk. Beberapa hari sebelum bencana wedhus gembel terjadi.

Baca Juga: Wisata Menyulap Desa

Dua ekor sapi di antaranya masih utuh: kerangkanya. Menjadi koleksi museum bencana Merapi. Yang dibangun di sebuah bekas rumah penduduk yang separuh hancur.

Di desa itulah, tokoh yang terkenal dengan yel-yel iklan jamu “Rosa…Rosa…” tinggal: Mbah Maridjan. Berpuluh tahun ia menetap di sana. Menjadi juru kunci gunung Merapi. Sampai bencana itu terjadi: tahun 2010.

Punggawa Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat itu meninggal di rumahnya. Yang hangus tersapu wedhus gembel: lahar panas yang meleleh dari puncak Merapi dengan asapnya yang tebal menyerupai bulu domba. Bergerak. Bergulung-gulung.

Dua wartawan ikut menjadi korban dalam peristiwa itu. Pewarta itu hendak membantu mengevakuasi Mbah Maridjan, dengan mobilnya. Malang tak dapat ditolak. Wedhus gembel keburu menyambar. Kini mobil yang tinggal kerangka itu diabadikan dalam museum bencana Merapi. Bersebelahan dengan makam Mbah Maridjan.

Peristiwa bencana wedhus gembel rupanya menarik perhatian banyak orang: domestik dan asing. Setelah bencana hilang, beberapa bulan kemudian, desa Kinahrejo menjadi destinasi wisata. Sampai hari ini.

Untuk mengunjungi desa wisata Kinahrejo, Anda harus naik jip wisata. Satu mobil bisa dinaiki 4 penumpang.

Biaya sewa jip bergantung rutenya. Paling murah Rp 350.000 per trip untuk rute pendek. Untuk rute panjang yang melintasi sungai, biayanya paling mahal: Rp 550.000 per trip.

Ada 714 unit jip yang melayani wisatawan di desa Kinahrejo. Setiap jip rata-rata melayani 2 trip per hari. Berarti ada “devisa” Rp 500 juta yang dinikmati warga desa Kinahrejo dari kunjungan 6 ribuan wisatawan setiap hari. Perputaran uang yang tidak kecil untuk sebuah desa di lereng Merapi. (jto/bersambung)