eQuator.co.id – IKATAN batin orang tua dengan anak tak bisa dipisahkan oleh jarak dan waktu. Begitu pula yang dirasakan Suharsono Harsosaputro, ayahanda Sutopo Purwo Nugroho.
Batin pria 75 tahun itu sangat gelisah menjelang akhir hayat kepala Pusat Data informasi dan Humas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), Minggu dini hari (7/7). Jantungnya berdetak sangat kencang. Sampai-sampai ketika malam itu menjalankan salat tahajud, dia sulit melafazkan surat Al-Fatihah.
Ahmad Jadmiko, 50, adik ipar Sutopo mengungkapkan hampir setiap malam ayah mertuanya itu selalu salat tahajud. Dalam munajatnya, Suharsono memohon agar penyakit yang diderita anak sulungnya itu diangkat Allah. Namun saat salat tahajud malam itu, Suharsono mengaku sangat berbeda.
“Malam itu bapak mertua saya (ayah Sutopo) sulit konsentrasi. Bahkan, saat membaca surat Al-Fatihah pun lupa menghafalnya,” ujar Jadmiko ditemui di rumah duka kemarin.
Apa yang dialami ayah Sutopo itu langsung diceritakan pada istri Jadmiko, Rini Satiti Wulandari. Bahkan saat bercerita, air mata Suharsono tak bisa dibendung. Sebab, dia mendapatkan firasat anak sulungnya bakal pergi untuk selama-lamanya.
“Bapak sangat sedih,” ujarnya.
Jadmiko yang terakhir ketemu tiga bulan lalu tak merasakan firasat apapun. Hanya saja, beberapa hari lalu dia mendengar langsung dari almarhum kalau dia akan segera dibawa pulang ke Indonesia. Hal itu seiring dengan membaiknya kondisi kesehatan dia setelah sebulan menjalani perawatan di Guangzhou, Tiongkok.
“Seharusnya Pak Sutopo pulang dari pengobatan di Guangzhou pada 15 Juli lalu. Namun, takdir berkata lain, Pak Sutopo meninggal dunia setelah sempat kondisinya membaik dan drop lagi Minggu dini hari,” kata tambahnya.
Seperti diketahui, Sutopo Purwo Nugroho meninggal di Rumah Sakit St Stamford Modern Cancer Hospital, Guangzhou, Tiongkok, Minggu (7/7). Sutopo meninggal dunia di usia 50 saat sedang menjalani perawatan sakit kanker paru stadium empat selama sebulan.
DIMAKAMKAN DI TPU
SONOLAYU BOYOLALI
Persiapan menyambut kedatangan jenazah almarhum Sutopo sudah mulai dilakukan di kampung halamannya di Kampung Surodadi, RT 07, RW 09, Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali Kota sejak kemarin (7/7). Rencananya, jenazahnya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Sonolayu, Boyolali.
Pantauan Jawa Pos Radar Solo, rumah orang tua Sutopo yang masih berada di Kecamatan Boyolali Kota ini, sudah tampak bersih dan rapi. Di ruang tamu yang biasanya ada meja dan kursi sudah berganti dengan gelaran tikar.
Beberapa relawan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali dan para tetangga sedang membersihkan rumput di halaman depan rumah yang dihuni kedua orang tua Sutopo, Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari. Sedangkan beberapa warga sedang sibuk mempersiapkan keperluan pemakaman.
Adik ipar Sutopo, Ahmad Jadmiko, mengatakan, pemakaman Sutopo di kampung halamannya ini atas permintaan sang ayah. Untuk itu berbagai persiapan penyambutan jenazah langsung dilakukan, meskipun belum diketahui secara pasti waktu jenazah kakak iparnya tersebut tiba.
“Permintaan ayahnya memang dimakamkan di sini. Karena kalau di Jakarta yang mengurusi jenazah kan jauh (dari keluarga),” kata suami Rini Satiti Wulandari yang merupakan adik kandung Sutopo.
Dia mengaku mendapatkan kabar kematian kakak iparnya tersebut dari isterinya, Retno Utami Yulianingsih, yang setia menunggui selama menjalani perawatan di Guangzhou, Tiongkok, Minggu dini hari sekitar pukul 02.00 WIB. Dia yang tinggal tak jauh dari rumah mertuanya tersebut langsung datang bersama sang isteri menemui kedua metuanya.
“Bapak (Suharsono) juga sudah dikabari oleh isterinya Pak Sutopo (Retno Utami Yulianingsih),” ujarnya.
Setelah mendapatkan kabar tersebut, Suharsono Harsosaputro dan Sri Roosmandari dengan ditemani isterinya langsung persiapan berangkat ke Jakarta untuk mengurus kepulangan jenazah almarhum. Dari informasi kemungkinan jenazah Sutopo akan tiba di Boyolali hari ini. (Jawa Pos/JPG)