eQuator.co.id – JAKARTA-RK. TW alias H yang ditangkap di Temanggung saat razia polisi ternyata sedang merencanakan aksi teror. Polri memastikan bahwa rencana aksi teror yang dirancang kelompok TW itu bakal dilakukan di Jogjakarta.
Karopenmas Divhumas Polri Brigjen Dedi Prasetyo menjelaskan, saat diperiksa diketahui bahwa TW ini bersama tiga orang rekannya berencana beraksi. Aksi yang dipersiapkan itu berupaya penyerangan terhadap polisi. ”Targetnya selain teror juga merampas senjata,” ungkapnya.
Saat ini tiga rekan TW masih dalam pengejaran. Identitas ketiganya belum bisa disebutkan. ”Mereka ini merupakan sel tidur kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD),” ujarnya ditemui di kantor Divhumas Polri kemarin.
Memang cukup sulit untuk bisa menangkap kelompok TW, sebab mereka berpindah-pindah tempat tinggal. Setelah penangkapan di Temanggung, Densus 88 Anti Teror juga melakukan penggeledahan di kos yang disewa TW di Jogjakarta. ”Hasilnya belum bisa disebut, kan terkait tersangka lain yang masih dikembangkan,” paparnya.
Menurutnya, kelompok TW ini merupakan sel tidur kelompok teroris JAD. Sel tidur ini bisa sewaktu-waktu aktif dan Densus 88 Anti Teror telah memonitornya. Apalagi, TW merupakan anggota yang berpengalaman, sudah pernah ke Filipina dan ikut pelatihan militer di Anyer, Banten. ”Monitoring kelompok TW ini sudah berbulan-bulan,” jelasnya.
Apakah masih banyak sel tidur lainnya? Dedi menuturkan bahwa hampir di setiap daerah terdapat sel tidur. Jumlahnya telah diketahui Densus 88 Anti Teror. ”Ya, monitoring sudah dilakukan,” papar jenderal berbintang satu tersebut.
Sementara Pengamat Terorisme Al Chaidar menjelaskan bahwa sel tidur kelompok teroris memang bisa aktif kembali, cara untuk mencegahnya dengan deradikalisasi. ”Selama ini deradikalisasi ini perlu penguatan,” tuturnya.
Tidak hanya kepada pelaku teror, namun juga terhadap keluarga dari pelaku teror. ”Karena paham radikal menyebar paling mudah ke anggota keluarga,” terangnya kemarin.
Sudah banyak contohnya, seperti anak dari Imam Samudera yang ternyata mengikuti perang di Suriah. Yang terbaru anak dari Santoso malah bergabung dengan Mujahidin Indonesia Timur, kelompok teror yang dipimpin almarhum ayahnya. ”Deradikalisasi ini harus menjadi pelapis penegakan hukum,” ungkapnya. (Jawa Pos/JPG)