Terinspirasi dari Teras Musala yang Kotor

Santri TPA Al-Barokah Peduli Lingkungan dan Sosial

INSPIRATIF Belasan bocah di Dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta berkeliling kampung. Sembari mendorong gerobak, mereka memungut sampah yang berserakan. Radar Jogya

Gerakan memungut sampah di Dusun Kembaran Tamantirto, Kasihan, Bantul berasal dari keprihatinan. Persisnya saat bocah-bocah setempat seusia kelas III hingga VI SD melihat tumpukan kardus cemilan di musala.

MEITIKA CANDRA L, Bantul

eQuator.co.id – Belasan bocah di Dusun Kembaran, Tamantirto, Kasihan, Bantul berkeliling kampung. Sembari mendorong gerobak. Seperti hari-hari libur sebelumnya, bocah-bocah seusia siswa kelas III hingga kelas VI sekolah dasar itu Minggu (20/3) telaten memungut sampah. Dari satu rumah ke rumah lainnya.

”Yang kami ambil sampah-sampah yang masih bisa dijual,” tutur Rahmad Hidayat, salah satu belasan bocah itu.

Rahmat Hidayat tercatat sebagai salah satu santri di Taman Pendidikan Al quran Masjid Al Barokah. Bersama dengan teman-teman seusianya, bocah berusia 13 tahun itu sejak akhir tahun lalu punya aktivitas baru. Memungut sampah.

Ide itu muncul spontan. Setelah Rahmad dkk melihat tumpukan kardus cemilan dan bekas botol minuman kemasan di teras musala. Seusai pengajian.

”Kemudian kami kumpulkan dan pilah. Lalu, kami tawarkan ternyata laku. Dihargai Rp 30 ribu,” kenangnya semringah.

Seiring waktu berjalan, Rahmad bersama teman-temannya semakin intens mengisi hari Minggu mereka dengan memungut sampah. Mereka terbagi dalam dua kelompok. Sama-sama membawa bekal gerobak untuk mengangkut sampah.

”Setiap Minggu sampah yang dijual sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 300 ribu,” sebutnya.

Meski masih berusia belasan tahun, Rahmat tak menggunakan uang hasil penjualan sampah itu untuk membeli makanan apalagi mainan. Tapi, untuk membantu pembangunan masjid. Ya, Masjid Al Barokah, tempat mereka mengaji saat ini sedang direnovasi. Mereka ingin turut ambil bagian dalam pembangunan.

”Setelah uangnya terkumpul kami belikan semen untuk membangun fondasi,” ucapnya bangga.

Rahmad, begitu pula dengan teman-temannya, tak punya pamrih apa pun. Mereka hanya bercita-cita Masjid Al Barokah berkembang. Dengan begitu, jumlah jamaah dan santri TPA bakal bertambah.

”Kami ingin masjid lebih ramai,” harapnya. ”Jika pembangunan masjid selesai, hasil menjual sampah ke depan juga untuk pengembangan kegiatan TPA,” lanjutnya.

Musa Sheo, takmir Masjid Al Barokah mendukung penuh semangat dan niat baik santri-santri tersebut. Inisiatif mereka bisa menjadi inspirasi.

”Upaya mereka untuk membantu agar pembangunan masjid ini segera selesai patut diacungi jempol,” katanya.