Maluku Utara terbukti kaya raya ketika arus lautnya layak diubah menjadi energi terbarukan. M. Rizqi Mubarok, peneliti muda asal Jawa Timur, baru saja membuktikan. Jika hasil penelitannya dikembangkan pihak terkait, sebagian warga Malut tak perlu lagi bergantung pada pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Rusdi Abdurrahman, Ternate
eQuator.co.id – Pemuda itu tampak serius meneliti lembaran peta Maluku Utara berskala 1:935.000. Begitu menemukan lokasi Selat Capalulu di antara Pulau Mangoli dan Taliabu, ia tampak kegirangan.
”Nah, ini dia lokasi arus laut terkuat di Indonesia. Kalau di dunia, dia urutan ketiga,” ungkap peneliti muda bernama M. Rizqi Mubarok itu, Selasa (13/3).
Saat itu Rizqi tengah berada di kantor Malut Post (Jawa Pos Group). Ia jauh-jauh datang dari Surabaya, Jawa Timur, untuk meneliti arus laut di Maluku Utara. Meski baru saja turun dari pesawat, wajahnya sedikit pun tak menampakkan keletihan.
”Bisa dilihat arus di Selat Capalulu secara morfologi berasal dari Samudera Pasifik,” tunjuknya.
Antara Pasifik dan Capalulu nyaris tak ada pulau yang menghalangi jalannya arus. Praktis hanya ada dua pulau mungil dari utara ke selatan itu, yakni Tifure dan Mayau yang masuk Kecamatan Batang Dua, Kota Ternate.
”Nah, karena dari Pasifik ke Capalulu tidak ada daratan yang menghalangi, sementara di bagian selatan sini ada dua pulau besar yakni Mangoli dan Taliabu dengan celah kecil, maka celah ini menjadi pusat jalannya arus. Jadilah kekuatan arus berkumpul di selat kecil ini,” ungkap alumni Institut Teknologi Surabaya itu.
Proyek penelitian arus laut Malut yang dilakukan Rizqi berawal dari karya ilmiahnya yang diikutkan sebuah perlombaan tingkat nasional tahun 2017. Kala itu, bungsu dua bersaudara ini membahas tentang analisis kekuatan arus Selat Capalulu yang mencapai 5 meter/detik (18 kilometer/jam atau 9.72 knot/jam).
Rizqi meraih juara 1 dan berhasil menarik perhatian mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan. Dahlan yang selalu antusias terhadap inovasi energi terbarukan lalu meminta Rizqi melengkapi karyanya.
”Kata Pak Dahlan, setelah dilengkapi saya disuruh menemui beliau lagi,” tuturnya.
Begitu melengkapi karyanya, Rizqi kembali menemui Dahlan. Tanpa banyak basa-basi, mantan Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara itu langsung menantang Rizqi untuk melakukan penelitian. Ia diminta berangkat ke Malut untuk meneliti langsung situasi arus laut.
Kesempatan langka tersebut langsung disambar Rizqi. Alumni SMA Negeri 1 Blitar ini segera bertolak ke Malut usai mengikuti wisuda 11 Maret. Selain Capalulu, Dahlan juga menyarankan Selat Tanjung Bala untuk lokasi penelitian Rizqi. Tanjung Bala terletak di antara Pulau Obi dan Obi Latu, Kabupaten Halmahera Selatan.
”Tapi yang paling kuat arusnya memang Capalulu. Makanya hanya kapal berkapasitas minimal 45 grosston yang bisa melewati selat itu,” ujarnya.
Saat meneliti peta Malut, Rizqi layaknya anak-anak yang menemukan mainan baru. Secara morfologi, katanya, Malut tak hanya punya Capalulu dan Tanjung Bala. Selat Jailolo yang terletak antara Pulau Muor dan Gebe, serta Selat Morotai di antara Morotai dan Halmahera Utara juga disebutnya memiliki arus laut yang potensial.
”Kalau mau ngikutin kemauan sih semuanya mau saya ukur,” katanya tertawa. (Malut Pos/JPG)