Terhempas Hingga 500 Meter, Trauma Belum Hilang Sepenuhnya

Kisah Aura, Bocah yang Selamat dari Terjangan Tsunami di Sulteng

AGUNG SUMANDJAYA BERSAMA RELAWAN. Darson (kiri) memangku Aura foto bersama istrinya dan para relawan dari Paramita Foundation. AGUNG SUMANDJAYA/RADAR SULTENG

Tsunami yang menghantam pesisir pantai Teluk Palu, memakan korban tidak sedikit. Hanya beberapa orang saja yang selamat dari bencana itu. Salah satunya bocah perempuan umur 7 tahun, yang dihempas tsunami sejauh hampir 500 meter, namun masih bisa bertahan. Kini dia bersiap untuk mendapatkan perawatan lanjutan di rumah sakit ternama di Makassar. 

AGUNG SUMANDJAYA, Nunu

eQuator.co.id – BELUM hilang rasa takut, tapi senyum manis dari bibir Aura sudah mengembang. Sang kakek, Darson (59) mencoba menenangkan sambil menghibur bocah yang selamat dari tsunami yang terjadi 28 September lalu. Siang itu, Kota Palu memang kembali diguncang gempa. Meski tidak terlalu kuat, namun cukup membuat Aura takut.

Trauma cucu Darson ini, memang belum hilang sepenuhnya. Tanpa dikomando, jika gempa, Aura dengan sendirinya berlari keluar tempat yang lapang. Saat gempa disusul tsunami beberapa waktu lalu, Aura memang menjadi salah satu korbannya. Ketika itu, bocah kelas 1 sekolah dasar ini, sedang ikut ibunya, Herlina (35) berjualan di café sekitar penggaraman, Jalan Komodo.

Beruntung, Aura masih bisa selamat, setelah terhempas sekitar 500 meter dari lokasi ibunya berjualan. Gelombang tsunami menghantam tubuh mungil Aura, hingga berada di sekitar kompleks Ruko Jalan Yos Sudarso. Dia ditemukan oleh warga sudah berada di atas seng reruntuhan dari Ruko. Sekujur tubuhnya mengalami luka. Tapi yang paling parah di bagian pipi dan kepala Aura. “Mukanya ini dijahit semua. Waktu saya berhasil temukan Aura, semua mukanya dibalut perban,” ujar Darson.

Darson dan istrinya, Aripa memang baru empat hari pasca bencana berhasil menemukan Aura. Sejumlah keluarga yang melihat postingan di facebook, melaporkan kepada Darson bahwa cucunya tersebut selamat dan tengah dirawat di Rumah Sakit Undata. Sedangkan Herlina, sang ibu atau anak dari Darson, hingga saat ini belum juga ditemukan. “Sampai sekarang mamanya Aura belum kami temukan, saat kejadian Aura bersama ibunya berjualan di café penggaraman. Kami masih berharap ibunya juga selamat,” tuturnya.

Aura sendiri, kata Darson terbilang kuat. Karena selama empat hari tidak didampingi keluarga, menurut perawat, kata Darson, cucunya tidak pernah menangis. Dua minggu dirawat, akhirnya Darson membawa pulang Aura. Dia pun membawa pulang cucunya ke tenda pengungsian. “Di tenda pengungsian, Alhamdulillah kami didatangi bapak-bapak relawan. Mereka selain berikan bantuan logistik, juga berikan pelayanan kesehatan lanjutan kepada Aura, juga hilangkan traumanya,” sebut Darson.

Relawan-relawan tersebut, tergabung dalam Paramita Foundation. Setelah dikunjungi beberapa kali, pihak Paramita Foundation, kata Darson, menawarkan kepadanya agar Aura dibawa ke Makassar untuk perawatan lanjutan, atas luka robek di wajah cucunya itu. “Saya pun mengiyakan, besok (hari ini) rencananya kami akan bertolak ke Makassar. Saya dan neneknya yang dampingi, bersama bapak dari Paramita Foundation,” tutur Darson, ditemui di Posko Paramita Foundation, yang berada di kompleks Vihara Dharma Sunya Maitreya, Jalan Sungai Lariang, Kelurahan Nunu.

Meski masih ada sisa-sisa trauma, Aura masih bisa bercerita kembali, saat-saat air bah datang menghantam dirinya dan juga sang ibu. Dia mengaku, sang ibu masih sempat memegang dirinya ketika lari bersama. Namun belum jauh berlari, gelombang tsunami sudah lebih dahulu mengantam Aura dan ibunya. “Saya sudah lepas tanganya mama (ibu), tiba-tiba yang saya ingat saya sudah ditolong orang dibawa ke rumah sakit,” katanya.

Selama dua minggu di rumah sakit, Aura mengaku jadi akrab dengan para perawat juga dokter. Ini lah yang membuat Aura bercita-cita ingin menjadi perawat atau dokter jika besar nanti. Dia juga berharap banyak bisa bertemu kembali dengan sang ibu. Sebab, sejak berumur 3 tahun, Aura sudah ditinggalkan ayahnya yang meninggal dunia.

Sementara itu Pandita Saripin Djohan, yang juga Koordinator Bantuan Paramita Foundation untuk bencana Sulawesi Tengah, mengungkapkan, keberangkatan Aura yang didampingi kakek dan neneknya itu ke Makassar untuk perawatan lanjut sudah dikoordinasikan dengan pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, dalam hal ini Sub Klaster Kesehatan Jiwa. Di Makassar, nantinya Aura akan menjalani pemeriksaan di salah satu rumah sakit ternama. “Dia akan jalani perawatan lanjutan pasca dioperasi,” jelas Saripin Djohan. (*/Radar Sulteng)

//Aura Akan Menjalani Pemeriksaan di Salah Satu Rumah Sakit Ternama