eQuator.co.id – KAYONG UTARA-RK. Pengolahan minyak kelapa setengah jadi menggunakan inkubator mulai dilirik oleh masyarakat di Kabupaten Kayong Utara. Alat berbentuk lemari ini berfungsi sebagai pemanas, menggantikan proses memasak tradisional menggunakan kayu bakar atau Elpiji maupun kompor minyak tanah.
Penggunaan Inkubator merupakan inovasi yang ditawarkan pada saat sosialisasi gagasan proyek perubahan Diklat Kepemimpinan Tingkat III oleh Kepala Bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (SP3APMD) Kabupaten Kayong Utara.
Gagasan proyek perubahan itu berjudul Pemberdayaan Petani Kelapa melalui pembuatan incubator minyak kelapa dalam menciptakan jejaring produksi dan pemasaran, yang diarahkan ke Desa Teluk Batang Utara dan Desa Alur Bandung, Kecamatan Teluk Batang.
Hal tersebut didasari lantaran seringnya mendengar keluhan petani kelapa atas harga kelapa yang sangat rendah yang berkisar Rp300-400 per butir pendapatan bersih, sedangkan harga kopra Rp3000 per kilogram.
Mirisnya lagi minyak goreng kelapa yang biasa disebut minyak kampung tidak laku dijual, kalah bersaing dengan minyak sawit. Padahal komuditas kelapa di Kabupaten Kayong Utara sangat banyak dan cukup luas.
Dalam sosialisasi di Desa Alur Bandung, masyarakat sangat antusias dan berminat ingin membuat minyak kelapa setengah jadi dengan inkubator ini. Bahkan pihak pemerintah Desa Alur Bandung pun membiayai pelatihan pembuatan minyak kelapa setengah jadi yang bersumber dari APBDes TA 2019.
Sekretaris Desa Alur Bandung, Kecamatan Teluk Batang, Mohammad Bustami mengungkapkan, pengolahan dengan menggunakan inkubator masyarakat mulai membuat minyak kelapa setengah jadi. Bahkan ada yang langsung berhasil memproduksi.
Walau ada yang masih belum sempurna. Makanya pengolahannya terus didampingi petugas dari Bidang Pemberdayaan Masyarakat agar produksi minyak sesuai standar buyer.
“Jejaring produksi yang dirancang adalah dibentuknya kelompok – kelompok kecil petani kelapa ( Poktan ) yang tersebar disemua dusun agar jejaring produksi menjadi lebih efektif. Di Desa Teluk Batang Utara pun juga demikian,” bebernya belum lama ini.
Bahkan, dalam hal ini timbul pertanyaan masyarakat mengenai pemasaran hasil produk seperti apa. Tentunya, sambung dia, hal tersebut akan dirancang jejaring pemasaran dengan melibatkan BUMDes, sebagai penampung hasil produk kelompok tani dan dijual ke PT Krambil Idjo, Sleman Yogyakarta, sebagai buyyer utama.
“Buyer utama yang sudah bersedia membeli hasil produksi petani di Kayong Utara, dan akan mengolah lebih lanjut minyak kelapa setengah jadi tersebut menjadi bermacam-macam produk seperti minyak goreng sehat, Virgin Coconut Oil (VCO), sabun, kosmetik dan lain-lain, untuk dieksport,”jelasnya.
Inovasi pembuatan minyak kelapa setengah jadi dengan menggunakan inkubator ini diadopsi dari PT Krambil Idjo, yang selama ini sudah membeli minyak kelapa setengah jadi dari berbagai Provinsi.
“Inovasi pada prinsipnya tidak hanya menciptakan sesuatu yang benar-benar belum ada menjadi ada. Tetapi adopsi dari tempat lain ke tempat kita yang belum pernah ada pun juga inovasi dan biasa disebut ATM (Adopsi, Terapkan, Modifikasi),” ungkapnya.
Sementara itu, untuk diketahui, bidang Pemberdayaan Masyarakat Dinas SP3APMD, akan selalu terus mendampingi Desa Alur Bandung dan Desa Teluk Batang Utara untuk memproduksi minyak kelapa setengah jadi hingga dapat terwujud ke jejaring produksi dan jejaring pemasaran dengan baik.
Sehingga hasil yang ingin dicapai dari gagasan tersebut masyarakat mendapat ilmu pengetahuan baru pengolahan kelapa, pendapatan petani kelapa meningkat, menciptakan lapangan kerja, mengurangi angka pengangguran, terwujudnya kesejahteraan keluarga petani kelapa.
Dalam hal ini, tentunya bukan kerja mudah, perlu kerjasama berbagai pihak. Dinas SP3APMD menggandeng Dinas pertanian dalam hal membantu petani berkebun yang baik dan benar. Dinas Perdagangan dalam hal pengetahuan petani berwirausaha yang baik. Dinas PMPTSP dalam hal perizinan nantinya kalau usaha sudah mapan, Dinas Kesehatan dalam hal penyediaan produk yang sehat, hygienis dan Bupati Kayong Utara sebagai pemangku kebijakan daerah.
Bahkan, dalam jangka panjang, tidak hanya daging kelapa satu-satu yang bisa mendatangkan uang yang olah. Tetapi diharapkan tempurung kelapa, sabut kelapa, yang akan diajarkan PT.Krambil Idjo membuat arang briket dari tempurung kelapa, asap cair dari tempurung kelapa, serat sabut dan sekam ( serbuk )sabut, yang semuanya memiliki nilai ekonomi mendatangkan uang, dan perlu peralatan harganya lumayan mahal, untuk itu dalam hal ini sangat perlu adanya dukungan dari pemerintah daerah. (lud)