eQuator.co.id – Pontianak-RK. Tak kurang 20-an orangtua murid SD Mujahidin menerima telepon secara bergilirn dari pukul 08.00-10.00 yang menyatakan anak mereka terluka parah jatuh dari lantai 3 sekolah, Kamis (2/6).
Tak ayal, mereka pun panik mendatangi sekolah di Jalan MT Haryono Pontianak yang berhadapan dengan Masjid Raya Mujahidin untuk menjemput anaknya begitu selesai ditelepon.
Bagaimana tak cemas, saat itu bertepatan para murid tengah melaksanakan ulangan umum. Suasana sontak heboh. Tak menunggu lama orangtua menghambur ke sekolah untuk menolong sang anak. Sebab, penelepon dengan suara meyakinkan membuat Ortu kalang kabut.
Dikabarkan juga ada anak yang kritis di rumah sakit. Tidak hanya itu, peneror menyatakan bahwa anak-anak yang sudah dibawa ke RS swasta di Kota Pontianak harus segera mendapatkan tebusan obat dan biaya perawatan.
Ortu yang panik langsung mendatangi sekolah untuk memastikan kondisi anaknya. Di sekolah sejumlah orangtua lainnya datang dan langsung menanyakan keadaan anaknya ke pihak sekolah.
Salah satu orangtua murid, Suhardi, mendapat telepon dan mengatakan bahwa dari pihak sekolah mengabarkan anaknya mengalami kecelakaan jatuh dari tangga lantai tiga.
“Saya ditelepon, orangnya ngaku Satpam sekolah. Penelpon bilang anak bapak ini sudah masuk rumah sakit dibawa guru namanya Dinda,” ungkap Suhardi.
Suhardi yang saat itu tengah mengajar di Fakultas Hukum Untan, tak piker panjang menghambur ke SD Mujahidin. “Saya langsung ke sekolah cek anak saya, ternyata kondisinya baik dan sedang ulangan umum,” katanya.
Suhardi cemas lantaran anaknya yang duduk di kelas V SD itu memang kondisinya kurang sehat karena demam. Namun karena ulangan jadi masuk sekolah. Syukurlah tidak ada apa-apa, panik juga mendengarnya,” katanya kepada Rakyat Kalbar.
Yang mengenaskan, adalah Darul, orangtua murid kelas II. Dia tampak shock mendapatkan telepon dari seseorang yang menyatakan anaknya kritis terjatuh dari tangga sekolah. Darul terduduk lemas menangis di warung di Jalan Suprapto Pontianak saat mendapatkan kabar buruk itu.
“Saya dari rumah di Jalan Veteran dapat kabar anak saya dari seorang penelpon. Katanya anak saya sudah di rumah sakit butuh tebus obat di apotik dan diberi waktu beberapa menit buat ngecek di apotik,” ungkapnya.
Mardianto, suami Darul, tancap gas mengendarai sepeda motor langsung melakukan pengecekan ke sekolah. “Alhamdulillah anak saya tidak apa-apa,” ujarnya kepada Rakyat Kalbar.
Dikonfirmasi, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SD Mujahidin Pontianak, Agus Priadi, SPd, mengatakan sekitar 20 lebih orangtua mendatangi sekolah untuk menanyakan kabar anaknya.
“Para orangtua itu panic. Korban teror ini orangtua siswa dari kelas 1 hingga kelas V SD,” ungkap Agus.
Yang tak habis pikir, Agus heran si penelepon gelap itu mengetahui nomor-nomor telepon orangtua siswa. Bahkan mengetahui nama anak dan wali kelas. Anehnya, dari pagi telepon sekolah tidak dapat dihubungi. Sehingga ada keterkaitan antara telepon sekolah yang “diblokir” dengan penelepon gelap tersebut.
“Hingga siang telpon sekolah seperti diblokir tidak dapat dihubungi. Orangtua ada yang menghubungi sekolah bahkan sempat marah karena tidak bisa dihubungi,” katanya.
Menurut Agus, kejadian seperti ini pernah terjadi tiga tahun lalu saat itu sedang saat bulan puasa. Ketika kegiatan pesantren kilat dan modus yang dilakukan sama.
Sampai sejauh itu, belum ada orangtua yang tertipu dengan biaya obat dan rumah sakit. Karena sejumlah orangtua langsung mengecek ke sekolah memastikan kondisi anaknya meskipun dalam keadaan panik.
“Kita langsung umumkan ke orangtua melalui pengeras suara termasuk orangtua lainnya yang belum diteror. Begitu juga kepada wali kelas diberitahu kalau kejadian ini merupakan teror penipuan,” katanya.
Agus memastikan, data maupun identitas siswa termasuk nomor telepon orangtua tidak pernah dipublikasikan keluar. Karena data-data tersebut merupakan data atau berkas internal sekolah. Siapa mencuri data siswa?
“Selain orangtua dating, kita juga sudah laporkan ke pihak kepolisian. Sudah ada polisi yang datang ke sekolah, dari Polsek, Polresta dan Polda,” kata Agus, yang berharap dapat diungkap segera karena sangat riskan.
Laporan: Isfiansyah
Editor: Hamka Saptono