-ads-
Home Happy Wednesday Tantangan untuk Cucu

Tantangan untuk Cucu

Oleh: AZRUL ANANDA

eQuator.co.id – Kakek yang satu ini benar-benar punya kapasitas luar biasa. Di tengah segala urusan yang harus dia hadapi, dia masih punya waktu untuk cucunya yang berumur 7 tahun, memberinya tantangan ’’proyek besar’’.

Kakek yang satu ini memang edan. Sepanjang hidupnya dia sudah pernah melewati begitu banyak tantangan dan cobaan. Lahir dari keluarga sangat miskin, dia menghadapi segala tantangan dan menjadi orang yang begitu sukses.

Di saat mencapai puncak kejayaan, dia tiba-tiba terkena sakit parah, dan banyak orang yang sempat menduga dia tidak akan hidup lama lagi. Eh, dia kembali beating the odds.

-ads-

Kemauan keras, disiplin tingkat dewa, membuatnya kembali ’’hidup’’ dan mampu kembali berkarya. Walau kali ini tidak lagi untuk pribadi, melainkan untuk lingkungannya.

Belakangan, kakek yang satu ini lantas kembali menghadapi cobaan. Secara mental, dia sudah kebal. Tingkat toleransi dan ketahanan pribadinya sudah begitu teruji. Ditahan? Dia pernah yang lebih parah. Berbulan-bulan terkurung di dalam kamar rumah sakit, merasakan sakit yang tidak pernah dirasakan kebanyakan orang, dan melawan sakit yang merontokkan banyak orang.

Di tengah-tengah segala urusan ini, dia masih punya waktu untuk urusan-urusan lain. Masih sempat berbicara tentang orang lain yang sedang sakit, dan memikirkan bagaimana membantu supaya orang itu bisa mengalahkan sakitnya. Dan dia masih punya waktu untuk cucu-cucunya.

Anak-anak dan istrinya bisa dibilang apes. Karena dulu dia begitu sibuknya mencoba membuat hidup lebih baik, selama puluhan tahun dia tidak punya banyak waktu untuk keluarga. Cucu-cucunya (total ada enam) agak beda, karena dia sangat berusaha meluangkan waktu untuk mereka semua.

Rumah sang kakek pada dasarnya dirancang untuk para cucu. Ada rumah pohon, lahan bermain luas, kolam ikan. Para cucu benar-benar diberi kebebasan. Mau bikin berantakan ruang tamu? Silakan. Mau nyemplung berenang di kolam ikan? Silakan. Mau teriak-teriak dan memutar film atau lagu sekeras kemampuan speaker? Silakan!

Orang-orang lain bakal dibuat sakit kepala oleh para cucu yang semuanya superaktif itu (nurun kakeknya?). Tapi, sang kakek dengan tenang duduk sambil membaca di tengah segala keributan dan kerusuhan itu. Benar-benar kebal ’’cobaan’’!

Bahkan, dia masih sempat menantang para cucu. Kepada cucu laki-laki pertama, umur 7 tahun, dia bahkan memberikan tantangan khusus. Karena sang cucu itu suka air mancur, dan suka segala hal yang ’’how they are made’’ alias berbau engineering, maka sang cucu diberi proyek. Sang cucu ini harus merancang sebuah air mancur, dan kalau bagus, akan dibuatkan di kolam belakang rumah sang kakek.

’’Bilang sama ayah dan bunda, proyek ini harus kamu kerjakan. Kamu butuh apa saja untuk merancangnya, minta sama mereka. Kalau ayah dan bunda tidak mau memberi, minta ke nenek. Kalau nenek tidak mau memberi, minta ke saya.’’ Begitu pesan sang kakek (yang dipanggil dengan sebutan ’’Kaik’’ oleh para cucu).

Sang cucu pun melakukan risetnya. Menonton semua air mancur yang ada di YouTube, meng-Google semua gambar dan peralatan membuat air mancur. Awalnya pakai laptop atau iPad milik orang tuanya (anak sang kakek), walau kemudian merengek minta laptopnya sendiri. Dia begitu sibuk nge-print, mencoret-coret di kertas, menyiapkan bahan presentasi berlembar-lembar untuk disampaikan kepada sang kakek. Ketika bahan presentasi siap, dia mulai bertanya-tanya, kapan kakek siap mendengarkan presentasinya.

Nah, orangtuanya pun kesulitan menjawab. Bagaimana menyampaikan kalau kakeknya sedang ada di tahanan? Keluarga sama sekali tidak malu, malah mungkin keluarga sangat bangga dengan sang kakek. Lebih dari itu, keluarga sangat berterima kasih dan takjub, betapa kebanyakan masyarakat menunjukkan support untuk sang kakek.

Sang kakek memang tidak ditahan lama, dan sudah kembali ke rumah. Begitu tahu kakeknya sudah di rumah, sang cucu begitu excited. Dia sekarang bisa menyampaikan presentasinya, selangkah lebih dekat untuk mewujudkan air mancur yang dia inginkan. Walau mungkin dia harus mampu berdebat, melayani pertanyaan-pertanyaan berat sang kakek, untuk mempertanggungjawabkan rancangannya tersebut… (*)

Exit mobile version