Tak perlu menunggu jadi sempurna untuk dapat bermanfaat bagi orang lain. Kalimat itulah yang mungkin mewakili kehidupan Mohammad Wahyono.
NOVIA R, LUTFI HANAFI, Blado
eQuator.co.id – Lahir sebagai penyandang disabilitas, tak menyurutkan semangat pria 20 tahun itu untuk menginspirasi, terutama bagi yang memiliki kesempurnaan fisik. Dengan semangatnya, ia mendalami ilmu agama dan berbagi pengetahuan bagi masyarakat sekitarnya.
Lahir sebagai penyadang disabilitas tentu bukanlah takdir yang diinginkan Wahyono ataupun orang lain. Meski begitu, warga Dusun Kebonagung, Desa Kembangan, Kecamatan Blado, Batang, yang akrab disapa Gus Amad ini berusaha untuk menjalankan kehidupannya dan bermanfaat bagi orang sekitar. Meski sehari-harinya mengandalkan dukungan dan bantuan dari orang-orang, ia tak mau hanya berpangku tangan saja.
Justru dengan kekurangannya tersebut, membuatnya semakin mendekatkan diri dengan Tuhan. Dan hingga dengan jalan inilah, ia memantapkan diri untuk lebih bermanfaat bagi orang di sekitarnya dengan menjadi guru ngaji.
Tak memiliki kedua tangan dan kedua kaki tak menghalanginya untuk memperdalam ilmu agama. Dia adalah bungsu dari 9 bersaudara. Kedua orangtuanya, Darsono dan Warni, telah lama berpulang.
Kakak ke delapannya, Sahudi, mengajarkan Wahyono membaca huruf latin dan mengaji. Ketika sudah bisa membaca Alquran dengan baik, Wahyono diajak mondok di Pesantren Miftahul Huda di Boja, Kendal. Di pesantren ini, Wahyono langsung dibimbing oleh pimpinannya KH Hasyim Masduqie yang dikenal sebagai Al Hafidz atau penghafal Alquran. Di pesantren itu, Wahyono terus mengasuh kemampuannya menghafal Alquran.
Selain memiliki kemampuan menghafal Alquran, Wahyono juga memiliki kemampuan melantunkan salawat dengan suara yang bagus. Itu pula karenanya, dia sering diundang orang untuk mengisi acara-acara, seperti maulidan atau hajatan lainnya.
Memiliki tubuh yang tidak sempurna sekaligus memiliki kemampuan yang luar biasa ini, membuat Wahyono sering dikunjungi orang. Di kampungnya, hampir sepanjang hari rumah Wahyono tak sepi dikunjungi tamu. Para tamu yang datang berkunjung tentu memiliki niat dan tujuan yang berbeda.
Karena tidak memiliki tangan dan kaki, setiap harinya dalam beraktivitas, ia pun dibantu Sahudi. Ia siap mengantar kemanapun adiknya pergi menggunakan kursi roda maupun dengan digendong untuk menghadiri majelis – majelis pengajian maupun belajar.
“Saya tidak mengajar mengaji Alquran, tapi saya berusaha untuk belajar bersama – sama untuk selalu mendekatkan dengan Sang Khaliq yang menciptakan kita,” katanya merendah saat menerima kunjungan Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Batang, Uni Kuslantasi Wihaji, di rumahnya, Jumat (6/4).
Hebatnya lagi, meski sulit berjalan, Wahyono tak pernah absen untuk salat berjamaah di masjid terdekat. Tanpa ragu Wahyono menggelindingkan tubuhnya agar sampai ke barisan (saf). Saat mendirikan salat, Wahyono lebih memilih berbaring karena akan lebih memudahkannya. Berkat ketaatannya dalam menjalani ibadah, sejumlah orang mengungkapkan kekagumannya terhadap Wahyono.
Menurut Uni, dengan segala keterbatasan yang dimiliki Wahyono, malah membuat dirinya menjadi orang yang istimewa. Karena bisa bermanfaat bagi orang banyak.
“Kita seharusnya instrospeksi betapa kayanya kita yang memiliki kesempurnaan fisik dari ujung kaki sampai rambut, tapi terkadang kita lupa dengan semuanya,” ujarnya.
“Setelah kita bersilaturahmi dengan saudara – saudara kita yang memiliki keterbatasan fisik atau difabel, kita harus banyak bersyukur dan banyak belajar dengan mereka, karena kita terkadang lupa melihat dunia dan kita belum memberikan mafaat bagi masyarakat banyak,” tambah Uni.
Ia juga mengatakan, menjelang Hari Ulang Tahun ke-52 Kabupaten Batang, Pemkab Batang berusaha mengajak kaum difabel untuk bisa merasakan kemeriahannya dengan berbagi. Pemkab juga memberikan santunan kepada sedikitnya 200 penyandang difabelitas. “Walaupun santunan yang diberikan tidak seberapa, tetapi inilah bentuk kepedulian dan kasih sayang pemerintah kepada sesama,” katanya
Kepala Dinas Sosial Djoko Tetuko melalui Kasi Perlindungan Jaminan Sosial Retno Pancaritiyah mengatakan, Penyandang disabilitas di Kabupaten Batang setiap bulan mendapatkan santunan. Santunan yang diberikan sebesar Rp 200 Ribu per bulan yang diberikan lima bulan sekali.
Dijelaskan juga bahwa bagi masyarakat Disabilitas yang kurang mampu bisa mengajukan bantuan alat–alat bantu berupa kursi roda, alat bantu dengar, alat bantu jalan atau kruk dan lainya. Bantuan ini dapat diperoleh dengan mengajukan usulan bantuan yang di sertai data dan KTP yang bersangkutan.
“Sementara ini penyandang disabilitas di Kabupaten Batang yang mendapatkan santunan sebanyak 200 orang. Dan bagi kaum difabel yang miskin, bisa mengajukan alat bantu ke dinas sosial karena kita menyediakan stok,” Jelas Retno Pancaritiah.
Dalam kegiatan sosial tersebut Uni Kuslantasih Wihaji bersama Kepala Dinas Sosial Djoko Tetuko, menyambangi delapan penyandang disabilitas di Kecamatan Blado. Yakni, Lutfi Amiludin jenis kecacatan lumpuh, Restu Agung Nugroho jenis kecacatan lumpuh, M. Arifin jenis kecacatan lumpuh, Evo Ari Saputro jenis kecacatan Lumpuh, Mohammad Wahyono jenis Kecacatan tidak punya tangan dan kaki, M. Baedowi, Fatmawati, Sri Utami jenis kecacatan Lumpuh. (RADAR SEMARANG, RADAR PEKALONGAN/JPG)