eQuator.co.id – Sekadau-RK. Sebanyak 61 Calon Jemaah Haji (CJH) asal Kabupaten Sekadau dilepas secara resmi keberangkatannya, Sabtu pagi (28/7). Pelepasan dilakukan Wakil Bupati Sekadau Aloysius di terminal bus Lawang Kuari.
Tak kurang seribuan keluarga dan kerabat para CJH ikut memadati terminal Lawang Kuari. Tangis haru pun pecah sesaat sebelum rombongan CJH itu bertolak ke Kota Pontianak.
“Gimana lah ndak nangis, kebetulan kondisi ibu sedang kurang sehat,” kata Santi, salah seorang keluarga CJH sambil terisak menahan tangis.
Sang ibu, Halimah, kebetulan sedang dalam kondisi kurang sehat. Otot motoriknya terganggu, sehingga harus menggunakan kursi roda.
Selain Santi, beberapa warga lainnya juga tampak tak kuasa menahan air mata. Mereka mengaku terharu akan keberangkatan keluarga dan seluruh rombongan ke tanah suci.
Sementara Wakil Bupati Sekadau berharap para CJH asal Sekadau bisa melasanakan ibadah haji dengan lancar. “Mudah-mudahan pulangnya nanti bisa menjadi haji mabrur,” doanya.
Wabup yang karib disapa Aloy ini juga berharap para CJH bisa terus menjaga kesehatan. “Siapkan perbekalan obat-obatan sesuai dengan yang dibutuhkan bapak-ibu,” imbuhnya.
Para CJH juga diminta untuk senantiasa mentaati aturan dan bimbingan dari para petugas haji. Kemudian diminta menjaga nama baik daerah dan khususnya Kabupaten Sekadau.
Para CJH diberangkatkan dari Sekadau ke Asrama Haji Pontianak menggunakan tiga unit bus. Rombongan dikawal mobil kepolisian dari Polres dan mobil patroli Satpol PP Pemkab Sekadau.Usai menginap semalam di Asrama Haji Pontianak, rombongan akan diberangkatkan ke Embarkasi Batam. Dari Bandara Internasional Supadio, rombongan berangkat menggunakan fligh ke 3, Minggu hari ini (29/7) sekitar pukul 14.00 WIB. Diperkirakan akan mendarat di Bandara Internasional Hang Nadim Batam sekitar sejam kemudian.
Di Batam, rombongan akan diinapkan satu malam di Asrama Haji Batam. Esok paginya, rombongan langsung diberangkatkan ke Jeddah.
“CJH kita tergabung dalam Kloter (Kelompok Terbang) 11. Selain dari Sekadau, Kloter 11 juga beranggotakan jemaah dari Kayong Utara dan Kubu Raya,” papar Kepala Seksi Haji Kantor Kemenag Sekadau, Abdillah.
Pemberangkatan CJH Sekadau ditandai dengan penyerahan bendera rombongan kepada Ketua Rombongan, M Taufik. Pelepasan juga ditandai dengan pemasangan jaket kepada CJH oleh Wakil Bupati dan Kapolres Sekadau AKBP Anggon Salazar Tarmizi. Turut hadir pada pelepasan tersebut Sekda Sekadau H Zakria Umar dan sejumlah pejabat teras Pemkab Sekadau.
Sementara itu, dikutip dari Jawa Pos, gelombang CJH dari Madinah ke Mekkah terus mengalir. Hingga kemarin (28/7), sudah lebih dari 20 ribu jamaah yang memadati Mekkah. Namun, tidak semuanya mampu beradaptasi dengan suhu Mekkah yang kini mencapai 46 derajat selcius itu. Buktinya, sudah ada 16 CJH yang dirawat di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Mekkah.
Para CJH tersebut memang memiliki penyakit bawaan sebelum berangkat ke Tanah Suci. Namun, suhu Mekkah dan aktifitas haji yang melelahkan membuat kondisi mereka ngedrop. “Dari 19 pasien itu, empat orang merupakan limpahan dari Madinah,” terang Kepala KKHI Makkah dr Nirwan Satriya kemarin. Sisanya, yakni enam pasien kini menjalani rawat inap di KKHI Mekkah. “Lima orang kami rujuk ke RS Arab Saudi (RSAS) dan sisanya sudah diperbolehkan pulang ke hotel,” lanjutnya.
Lima pasien yang dirujuk ke RSAS menderita sesak nafas, hernia, dislokasi tulang, diabetes, dan kaki melepuh. Dia mengakui, faktor utama penyakit para pasien itu adalah kelelahan dan cuaca yang sangat berbeda dengan Indonesia. Karena itu, dia meminta seluruh petugas haji terus mengimbau kepada CJH agar sering minum air putih. Dia mencontohkan, ada jamaah dari kloter SUB-05 yang pingsan karena dehidrasi. “Jangan sampai dehidrasi, nanti bisa merambat ke organ tubuh lain,” jelas dokter asal Jambi itu.
Saat wukuf di Arafah, suhu diperkirakan mencapai 53 derajat celsius. Suhu yang tinggi itu bisa memengaruhi kondisi psikis CJH. Terutama mereka yang tergolong lanjut usia (lansia). Sebab, para lansia sangat rentan terhadap perubahan situasi, baik lingkungan maupun tubuh. Kerentanan semakin tinggi jika CJH lansia tersebut mengidap penyakit tertentu. “Ini akan meningkatkan stress,” terang dr Miftakhul Huda Sp.KJ yang menangani pasien psikiatri di KKHI Madinah.
Sejak dibuka pada 17 Juli 2018, KKHI telah merawat 17 pasien psikiatri. Sebanyak 7 pasien telah kembali ke penginapan dan 4 pasien dievakuasi ke Makkah. Pasien yang masih dirawat hingga kemarin sebanyak 6 orang.
Dia menjelaskan, kasus gangguan kejiwaan bisa dipicu oleh kondisi sosial dan lingkungan yang sangat berbeda antara Saudi dan Indonesia. Selain itu, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menyebabkan CJH mengalami perubahan tingkah laku. Jika mengalami gangguan psikis berat, kementerian agama akan membadalhajikan CJH tersebut.
Huda menyatakan, pasien psikiatri sebagian besar berumur di atas 60 tahun. Para lansia tersebut tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan dan kondisi cuaca yang baru. “Kita tidak dapat mengatakan pasien itu dimensia sebelum diperiksa. Bisa saja dia mengalami gangguan adaptasi atau culture shock syndrom karena menemui kebiasaan dan budaya yang berbeda,” kata Huda.
Laporan: Abdu Syukri, Jawa Pos/JPG
Editor: Arman Hairiadi