Tanggal, Unas, dan Olahraga

Oleh: AZRUL ANANDA

eQuator.co.id – Apa yang paling saya tunggu pada 2017? Kepastian tanggal. Saya yakin itu hal paling fundamental yang paling dibutuhkan Indonesia.

Tanggal. Ya. Tanggal di kalender. Kita semua punya kalender. Kita bahkan selalu mengantongi kalender itu ke mana pun kita pergi.

Kapan kita ulang tahun, kapan pasangan ulang tahun, kapan perusahaan ulang tahun, kapan hari libur, semua data itu selalu tersedia di kantong kita.

Tinggal ambil, pencet tombol, voila! Muncul tanggal dan hari. Kadang juga ada catatan khusus, ada janji atau kegiatan apa hari itu. Bahkan langsung muncul cuaca hari itu seperti apa.

Hebat, bukan? Menentukan tanggal itu, bagi banyak orang, juga superpenting.

Bagi yang bertunangan, kapan menikah harus benar-benar baik tanggalnya. Bagi yang hamil, kadang kapan anaknya lahir pun disesuaikan dengan tanggal (bahkan jam dan menitnya).

Bagi yang ingin menyelenggarakan event, pilihan tanggal itu menjadi yang utama. Kapan artis bisa tampil, kapan tim sepak bolanya boleh bertanding, semua ditunggu tanggal mainnya.

Hidup kita ini bergantung pada kalender. Semua bergantung pada tanggal. Kapan harus berhasil, kapan harus bisa melakukan ini, semua bisa dibuatkan target tanggalnya.

Lupa tanggal? Abaikan tanggal? Halo konsekuensi! Halo masalah!

Celakanya, walau tanggal sangatlah fundamental, ternyata begitu banyak yang mengabaikan pentingnya tanggal. Dan itu terjadi pada hal-hal yang sangat besar, yang berdampak pada ratusan, ribuan, bahkan jutaan orang.

Contoh besar: Tanggal ujian nasional (unas).

Selama beberapa tahun terakhir, unas menjadi pembahasan ramai. Entah tentang soalnya, tentang kepastiannya, bahkan tentang tanggalnya.

Beberapa tahun lalu, saya pernah berdiskusi dengan seorang menteri pendidikan. Waktu itu bulan Oktober, dan masih belum ada kepastian jadwal unas tahun berikutnya.

Padahal, saya membuat banyak kegiatan untuk anak muda, dan saya butuh tanggal yang pasti untuk menghindari ujian. Waktu itu jadwal sempat maju mundur beberapa kali.

Tahun ini, ketika masih belum ada keputusan soal unas, saya beberapa kali bicara dengan orang tua yang anaknya akan menghadapi kelulusan.

”Bagaimana sekolahnya bisa benar kalau ujiannya saja tidak pasti?” Begitu celetukannya.

Dan itu baru-baru ini terlontar, padahal unas, kalau jadi, akan terjadi tidak sampai dalam enam bulan ke depan. Edian.

Bukankah pendidikan anak ada urutannya? Harus belajar ini dulu, lalu ini, lalu itu, lalu ke sini, lalu ke sana, sebelum akhirnya menjalani ujian nasional?

Kalau sampai akhir tahun jadwal ujian belum muncul, lalu bagaimana menyusun program belajarnya? Kalau kecepatan, lalu diperlambat? Kalau tertinggal, lalu dikebut?

Dan kalau itu terjadi bertahun-tahun, berarti ada ketidakkonsistenan antara kesiapan lulusan sekarang dengan tahun lalu dan dengan tahun depan?

Saya pernah berbincang dengan seorang warga Australia, berdiskusi soal rumitnya tanggal ujian di Indonesia ini. Dia hanya bisa geleng-geleng kepala.

”Apa sulitnya menentukan tanggal ujian? Kalau mau, tanggal ujian untuk tiga tahun ke depan sudah bisa dibuat sekarang!” celetuknya.

Benar juga, bukan? Kita sudah tahu tanggal merah tahun depan, dan tahun berikutnya, jatuh pada hari apa dan bulan apa. Kita juga bisa mengira-ngira dengan nyaris presisi, kapan Imlek, puasa, dan Idul Fitri berlangsung pada tahun-tahun ke depan.

Lalu apa sulitnya menentukan tanggal tiga tahun ke depan? Apalagi, ini bukan rencana anggaran perusahaan. Ini adalah ujian nasional yang berkaitan dengan persiapan produk manusia Indonesia di masa mendatang. Emang sulit?

Setelah itu, urusan olahraga juga hampir selalu ruwet soal tanggal. Kapan liga sepak bola dimulai? Kapan liga basket dimulai? Kapan kejurnas ini dimulai? Kapan kejurda ini diselenggarakan?

Kita segera memasuki 2017, dan banyak olahraga populer belum jelas tanggal berlangsungnya tahun depan. Kalaupun ada, rawan muncul masalah konsistensi. Tanggal masih bisa berubah-ubah. Anggaran belum cair, katanya. Sponsor belum didapatkan, alasannya.

Sering juga, ketika tanggal yang ditentukan segera tiba, pengurus yang bersangkutan baru kerepotan memulai persiapan. Kalau sudah begitu, ujung-ujungnya juga berdampak ke prestasi.

Timnas tidak maksimal performanya. Pemain tidak dalam kondisi terbaik karena tanggal persiapannya morat-marit. Kompetisi jadi sepi karena penonton tidak siap dengan tanggalnya, atau yang lebih buruk, tidak tahu tanggal pelaksanaannya!

Tanggal itu tidak sekadar penting. Tanggal adalah fundamen dari segala kegiatan. Dan tanggal itu selalu berada di kantong kita… (*)