eQuator.co.id – KALBAR. Lahan Taman Nasional Danau Sentarum (TNDS) di Kabupaten Kapuas Hulu nyaris terbakar. Beruntung, api berhasil dijinakkan petugas gabungan.
Awalnya terjadi kebakaran lahan di Desa Lanjak Deras Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu, Jumat (13/7). Kebakaran terjadi dengan koordinat titik api: N; 1o02’77.2’’ dan E; 112o23’42.2. Kebakaran terjadi sekitar pukul 13.00 WIB.
“Bermula dari pembukaan lahan untuk kebun oleh warga. Jarak antara areal kebakaran dengan TNDS sekitar 7 kilometer garis lurus,” terang Kepala Berigdalkarhut TNBKDS Daops Semitau Ade Arief, Selasa (17/7).
Sebanyak 1 regu Berigdalkarhut TNBKDS dikerahkan. Awalnya pemadaman api sempat mengalami tantangan. Karena sumber air terdekat berjarak sekitar 450 meter. Sementara kondisi kering dan angin cukup kencang. “Akhirnya dilakukan metode pemadaman manual dan mengisolir kepala api agar tidak menyebar,” jelasnya.
Kemudian pemadaman dilanjutkan pada Sabtu pagi (14/7). Dengan bantuan masyarakat yang pernah dilatih TNBKDS dan perangkat TNI-Polri. Tim Brigadalkarhut TNBKDS mendatangkan dua unit mesin, yakni Vanguard dan Max 3. “Kemudian menggunakan water tank. Selain itu, cara manual juga dilakukan,” ujarnya.
Setelah melakukan pemadaman ekstra tersebut, akhirnya tim gabungan berhasil mengendalikan kepala api. Walau api berhasil dijinakan, luas kebakaran diperkirakan mencapai 5 hektare.
Kemudian Minggu (15/7) masih terdapat beberapa titik api. Sehingga tim Brigdalkarhut TNBKDS melakukan pemadaman dan size up terlebih dahulu. Api dipastikan padam pada pukul 16.00 WIB.
“Untuk hari Senin (16/7) kemarin, satu regu Manggala Agni meluncur menuju Semitau guna melakukan groun check atas laporan kebakaran hutan. Sedangkan satu regu lagi memastikan kembali keberadaan api sambil mengukur luas areal kebakaran lebih detil,” terangnya.
Setelah itu dilakukan koordinasi oleh tim Manggala Agni dengan Muspika Batang Lupar. Harapannya agar ada sosialisasi serta tindaklanjut proses penyebab kebakaran tersebut. “Dengan demikian efek jera dapat diterapkan, sehingga areal kecamatan yang rawan kebakaran sejak dahulu dapat diminimalisir,” pungkas Ade.
Sementara itu, agar tidak terjadi Karhutla di Kota Pontianak Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat melakukan rapat koordinasi antisipasi dengan berbagai instansi di Aula Sultan Syarif Abdurrahman Kantor Wali Kota, Selasa (17/7). Dalam rapat ini mereka merangkai menjadi satu sinergitas dan koordinasi. Jika terjadi Karhutla bisa melakukan pencegahan dan lebih terkoordinir.
Kepala BPBD Kota Pontianak, Saptiko menjelaskan, untuk menentukan status, pihaknya harus melakukan pertimbangan berbagai instansi. “Ada pertimbangan dari Badan Meteorologi, Klomatologi dan Geofisika (BMKG), ada pertimbangan dampak asap, cuaca dan ada pertimbangan event nasional Pesparawi,” katanya usai rapat.
Setelah beberapa lintas sektoral tersebut melakukan analisa, baru bisa meningkatkan status. Namun sebelumnya akan dilaporkan kepada Wali Kota Pontianak. “Dalam hal ini status tanggap darurat,” ujarnya.
Surat resmi BMKG diperlukan yang menyatakan bahwa cuaca, suhu, curah hujan dan musim kemarau. Pastinya juga diperlukan surat juga dari Dinas Lingkungan Hidup maupun Dinas Kesehatan adanya pengaruh dari asap yang terjadi. “Ada juga surat tentang kegiatan event nasional Pesparawi di Kota Pontianak, jadi harus ada dasar juga untuk kita menetapkan,” ujarnya.
Dia memprediksi penetapan status tersebut tidak lama lagi. Mungkin dalam beberapa hari kedepan. Jika ada kebijakan status, maka akses jadi lebih mudah. Kemudian kewaspadaan tinggi dan peran masyarakat semakin ditingkatkan.
Berdasarkan pengalaman, kawasan rawan titik api di Kota Pontianak berada di Kelurahan Bangka Belitung Darat, Bansir Darat, Parit Tokaya, Kota Baru, Siantan Hulu, Siantan Hilir dan Batu Layang. Pihaknya sedari awal bersama Koramil dan Lurah setempat sudah melakukan patroli untuk mengantisipasinya. “Patroli ini akan terus berlanjut sampai turun hujan,” ungkap Saptiko.
Ditambahkan Pasiop Kodim 1207/BS, Mayor Infanteri Ahmad Basyuni, pihaknya selalu melakukan patroli bersama TNI Polri maupun manggala agni, BPBD Pontianak serta masyarakat peduli api. “Setiap hari ada satu pleton melaksanakan patroli di Kota Pontianak maupun Kubu Raya,” ujarnya.
Tim patroli melaksanakan pengecekan di wilayah yang diperkirakan rawan atau masyarakat yang sengaja melakukan pembakaran lahan dan hutan. “Selain itu juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan pembakaran,” tukasnya.
Jika melihat titik api kecil saja, maka tim patroli melakukan pemadam langsung. Apabila melihat pelaku pembakaran, akan langsung ditangkap dan diserahkan ke Polsek atau Polres. “Kemarin kita di Desa Arang Limbung ada menangkap lima orang, lalu diserahkan ke Polres untuk ditangani lebih lanjut,” jelasnya.
Berdasarkan penyampaian pimpinannya, Presiden Joko Widodo direncanakan menghadiri pembukaan Pesparawi Tingkat Nasional di Kota Pontianak. Dia berharap saat itu tidak ada hotspot. “Dan selama kegiatan berlangsung berjalan dengan aman dan terkendali,” harap Basyuni.
Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Supadio Pontianak, Sutikno menjelaskan, curah hujan sampai September secara umum berkurang di Kalbar. Kriteria rendah antara 0 – 100 mili meter. Sedangkan Oktober sebagian wilayah juga masih rendah. Misalnya Kalbar bagian Selatan. Tapi sebagian besar wilayah lainnya sudah mulai banyak curah hujan. “Dari Juli, Agustus, September kurang curah hujannya,” jelasnya.
Sedangkan untuk di wilayah Kalbar yang mengalami musim kemarau berada di Ketapang bagian Selatan saja. Musim kemarau berdasarkan rilis dai BMKG mulai pada Juli ini. Sedangkan selesainya belum dirilis. “Sekarang ini lagi di bahas di BMKG pusat,” tutup Sutikno.
Laporan: Andreas, Maulidi Murni
Editor: Arman Hairiadi