Tak Terima Ditegur Main HP, NF Aniaya Gurunya

Nuzul Berhati Mulia, Memaafkan Murid yang Membuatnya Cidera

TERBARING LEMAH. Nuzul Kurniawati, terbaring lemah di RSUD dr Soedarso setelah dipukul muridnya, NF—Warga for RK
TERBARING LEMAH. Nuzul Kurniawati, terbaring lemah di RSUD dr Soedarso setelah dipukul muridnya, NF—Warga for RK

eQuator.co.idPontianak-RK. Nuzul Kurniawati, guru Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darussalam di Kecamatan Pontianak Timur dianiaya muridnya, NF, Rabu (7/3) sekira pukul 10.00 WIB. Akibatnya, hingga saat ini perempuan berusia 49 tahun itu masih terbaring lemah di RSUD dr Soedarso karena memar pada bagian telinganya setelah dipukul menggunakan kursi da dilempar handphone (HP) oleh NF.

Kepala MTs Darussalam, H Ahmad Bustomi membenarkan kejadian itu. Meski saat kejadian tak berada di tempat, lantaran ada pertemuan setiap Kepala Madrasah, namun ia tahu penganiayaan itu.

Berdasarkan keterangan dari guru lainnya, bahwa penganiayaan yang terjadi terhadap Nuzul itu bermula ketika mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di kelas VIII.

Saat pelajaran sedang berlangsung, NF salah satu siswa dalam kelas itu bermain game melalui HP-nya. Oleh guru yang mengajar mata pelajaran SKI, lantas menegur NF agar menyimpan HP tersebut. Namun tidak dihiraukan NF.

“Mungkin kesal karena tidak dihargai dan juga sedih, guru itu keluar kelas dan masuk ke ruangan guru,” jelas Bustomi kepada sejumlah wartawan, Kamis (8/3).

Dalam ruangan guru tersebut, terdapat Nuzul Kurniawati yang juga merupakan Waka Siswa di madrasah swasta yang terletak di Jalan Tani tersebut. “Saya tidak tahu persis. Yang saya tahu Bu Nuzul langsung naik ke kelas di lantai atas,” ujar Bustomi.

Suasana dalam kelas memang sepi. Karena setelah sang guru yang mengajar SKI keluar kelas, murid lainnya juga ikut keluar kelas. Sementara, NF masih di kelas dan tetap bermain HP.

“Setibanya di kelas, Bu Nuzul mencoba menasihati siswa tersebut sambil mengambil HP nya. Sempat terjadi adu mulut. Mungkin karena tidak terima, murid itu ambil kursi plastik tempat duduk siswa, lalu dipukulkan ke Bu Nuzul,” kisahnya.

Pukulan itu tepat mengenai telinga Nuzul. Pada jilbabnya, terlihat bercak darah. Mungkin juga karena kesal, Nuzul, sambung Bustomi, membanting HP milik NF.

“HP yang dibanting itu kemudian diambil (NF) dan dilempar ke Bu Nuzul,” sambungnya.

Akibat pemukulan dan mungkin syok dengan tingkah muridnya, Nuzul pingsan. Dia dilarikan ke Rumkit Kartika Husada dan kemudian dirujuk ke RSUD dr Soedarso untuk menjalani scanner bagian kepala.

“Pelaku sudah dipanggil. Kita kasih pemahaman ke dia. Mungkin siswa ini sedih dan nyesal, tidak menjawab. Anak Bu Nuzul juga sudah datang dan beri nasihat, dia sudah minta maaf,” terang Bustomi.

Meski kejadian ini sempat dilaporkan ke Polsek Pontianak Timur, pihak sekolah tetap melakukan mediasi agar masalah bisa diselesaikan secara kekeluargaan. “Saya tetap akan mencoba mediasi,” ucapnya.

Di sekolah, sejatinya memang tidak boleh membawa HP. Pihak sekolah berharap dengan kejadian ini, ada hikmah yang bisa diambil. Terutama memperketat aturan yang berlaku.

“Guru memang tidak boleh main HP di depan anak. Juga kalau menegur harus punya metode. Selain itu kita tidak tahu juga,” tutup Bustomi.

Kapolsek Pontianak Timur, Kompol Abdul Hafidz membenarkan bahwa pihaknya menerima laporkan penganiayaan ini. “Benar, memang ada laporan dan saat ini tengah kami tangani,” ucap Hafidz, kepada sejumlah wartawan.

Ia menerangkan, penanganan terhadap NF dilakukan dengan berhati-hati. Meski ini kasus kekerasan, namun pelaku masih di bawah umur.

Sedangkan korban, kata Hafidz, pihaknya belum bisa mendapat keterangan detail terkait pemukulan menggunakan kursi plastik dan pelemparan menggunakan HP itu. “Korban masih belum dimintai keterangan lantaran masih dilakukan perawatan intensif di RSUD dr Soedarso,” ujarnya.

Di sisi lain, Nuzul berhati mulia. Meski mengalami cidera dan sempat kecewa, dia mau memaafkan NF. “Ibu (saya) memaafkannya. Kalau Ibu benci, bagaimana anak didik kita (nanti). Ibu tetap sayang sama dia. Sekarang bagaimana supaya bisa memperbaiki sifat dan akhlaknya,” ucap Nuzul dengan lembut ketika ditemui terbaring di RSUD dr Soedarso, Kamis (8/3).

Bahkan, Nuzul tidak mau masa depan anak didik yang membuatnya opname di rumah sakit itu hancur jika harus dihukum. “Mudah-mudahan dengan ini, dia (NF) bisa lebih baik. Dia itu anak yatim,” harapnya.

Nuzul juga mengaku sayang dengan semua muridnya. Karena, profesi guru, sebagai seorang pendidik yang bertugas bagaimana membimbing dan mengubah anak didik menjadi lebih baik.

“Kalau awalnya dia (NF) kasar, mudah-mudahan setelah ini dia menjadi lebih lembut hatinya. Mudah-mudahan juga kejadian ini bisa untuk perbaikan anak-anak kita. Terutama akhlak, agar tidak seenaknya dengan guru,” harapnya.

Hasil pemeriksaan dokter, terjadi pembengkakan dan memar di bawah telinga sebelah kanan. Pada malam kejadian, cerita Nuzul, bagian yang memar itu berdenyut sampai membuatnya tidak bisa tidur. Darah pun sempat keluar dari telinganya. “Dikompres air hangat dulu baru Ibu bisa tidur. Ibu sudah di-scanner mungkin hari ini (kemarin, red) baru dapat hasilnya,” ujar Nuzul.

Meski penganiayaan ini sudah dilaporkan pihak keluarga Nuzul ke Polsek setempat, secara pribadi ia ingin menyelesaikan kasus dengan kekeluargaan. Apalagi, NF sudah menemuinya dan meminta maaf. Namun, kata Nuzul, pihak keluarga tetap meminta kasus ini diproses secara hukum.

“Karena banyak yang bilang agar anak ini (NF) jera dan jadi pelajaran bagi yang lain. Karena sudah banyak kejadian (serupa) selama ini,” ujarnya.

Kendati demikian, jika pun nantinya NF dihukum, Nuzul ingin hukuman itu bisa mendidik agar menjadi anak yang lebih baik. “Agar masa depannya baik. Dia masih punya masa depan anak. Jangan sampai masa depannya hancur gara-gara ini. Ibu ndak mau,” tutupnya. (oxa)