Tak Hanya Mengenang, Warisi Nilai Perjuangan

Wagub Kalbar Pimpin Upacara Hari Berkabung Daerah

UPACARA Wakil Gubernur Kalbar, H Ria Norsan saat memimpin upacara Hari Berkabung Daerah di Taman Makam Juang Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Jumat (28/6). Antonius/RK Humas Pemprov Kalbar for Rakyat Kalbar

eQuator.co.id – MANDOR-SAMBAS-SINTANG-KAPUAS HULU-RK. Generasi muda Kalbar jangan hanya mengenang. Tapi nilai perjuangan yang diwariskan para pahlawan lintas etnis, agama dan golongan sangat berharga.

“Kita bisa melihat, yang menjadi korban tidak hanya dilihat dari latar belakang etnis, agama dan golongan. Itu artinya persatuan para pejuang itu satu,” ujar Wakil Gubernur Kalbar, H Ria Norsan ketika memimpin upacara Hari Berkabung Daerah (HBD) di Taman Makam Juang Mandor, Kecamatan Mandor, Kabupaten Landak, Jumat (28/6).

Upacara di depan Monumen Makam Juang Mandor dihadiri jajaran pejabat Pemerintah Provinsi Kalbar, Pemerintah Kabupaten Landak dan Mempawah, TNI/Polri, ASN, para tokoh masyarakat, serta para ahli waris korban Tragedi Mandor. Usai  upacara dilanjutkan dengan peletakan karang bunga dan tabur bunga di makam.

Peringatan HBD merupakan penghormatan kepada para pejuang dan rakyat Kalbar yang gugur dalam penjajahan Jepang. “Hari Berkabung Daerah merupakan saat diperingatinya Tragedi Mandor yang mengakibatkan banyak korban jiwa oleh Jepang terhadap tokoh-tokoh Kalbar kala itu,” terang Ria Norsan.

Momen ini sangat perlu dimaknai, bahwa para pejuang terdahulu sudah berkorban nyawa demi membela kemerdekaan pada masa penjajahan sewaktu itu. Dia

Berharap, semua generasi saat sekarang tidak hanya mengenang. Tapi nilai perjuangan yang di wariskan sangatlah berharga.

Tahun 2019, HBD mengangkat tema “Dengan Semangat Hari Berkabung Daerah Tahun 2019 Perkokoh Persatua dan Kesatuan Untuk Tetap Tegaknya NKRI.”

Menurut catatan sejarah, tahun 1942-1944 ketika pendudukan Jepang di Kalbar, telah terjadi peristiwa pembunuhan besar-besaran secara keji dan kejam oleh tentara Jepang terhadap tokoh-tokoh masyarakat, pemuka masyarakat, kaum cendikiawan dan para pejuang yang tidak berdosa pada tanggal 28 Rokugatsu 2604 atau tanggal 28 Juni 1944.

Berdasarkan data surat kabar Jepang yang terbit di Pontianak, Borneo Shinbun terbitan hari Sabtu tanggal 1 Sigatsu 2604 atau tanggal 1 Juli 1944, disebutkan sebanyak 21.037 jiwa korban pembunuhan massal yang dikuburkan di 10 Makam Juang Mandor.

Berdasarkan Perda Nomor 5/2007 tentang Peristiwa Mandor, setiap 28 Juni ditetapkan sebagai Hari Berkabung Daerah Provinsi Kalbar, maka wajib dilaksanakan setiap tahunnya dengan kegiatan-kegiatan yang merenungkan dan memaknai kejuangan nasional tersebut.

Sementara itu, salah seorang warga Mandor, Slamet mengakui, upacara HBD tahun ini agak kurang peserta yang datang. Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, peserta undangan yang hadir cukup ramai. “Tahun ini agak kurang peserta yang hadir. Tahun sebelumnya, jalan menuju makam dari taman cukup ramai. Pengunjung yang jalan kaki juga ramai,” ujar Slamet.

Upacara HBD juga digelar di Kabupaten Sambas.  Bupati Sambas, H Atbah Romin Suhaili Lc menginginkan peringatan HBD tidak hanya sekedar seremonial atau hanya sekedar pemenuhan formalitas saja. “Peringatan ini harus dijadikan minimal bahan renungan bagi kita masyarakat Kalbar, menghargai perjuangan para pahlawan kita dan memotivasi diri kita serta menjadi inspirasi untuk berbuat, berubah lebih maju mewujudkan pembangunan daerah,” katanya.

Peristiwa Mandor puluhan tahun lalu, kata Bupati, merupakan peristiwa menyedihkan bagi bangsa ini, dan sudah selayaknya pengorbanan para pejuang yang gugur mendapat penghargaan dan penghormatan. Hari berkabung daerah  harus mengedepankan upaya menumbuhkembangkan nilai-nilai perjuangan. “Kita harus bisa ambil hikmah dari perjuangan dan pengorbanan ini. Kemudian kita implementasikan dalam kehidupan kita sehari hari nilai nilai perjuangan dan pengorbanan itu,” ungkapnya.

Dijelaskan Bupati, semangat nilai nilai perjuangan dan pengorbanan tersebut, diperlukan dalam membangun negeri saat ini. Dimana bangsa ini sedang menghadapi penjajahan kemiskinan maupun masih rendahnya kualitas pendidikan hingga keterisoliran. “Banyak permasalahan negeri ini yang memerlukan nilai nilai perjuangan, kita masih menghadapi kemiskinan, pengangguran, keterlantaran, keterpencilan, sampai pada bencana alam maupun masalah sosial lainnya. Ini bersama sama memerlukan perhatian dan keseriusan kita untuk menanggulanginya,” pungkasnya.

HBD atau yang lebih di kenal dengan Peristiwa Mandor, kata Bupati Sintang, Jarot Winarno akan selalu dikenang sebagai sejarah pahit, dimana dalam peristiwa itu terjadi penculikan, penyiksaan hingga eksekusi mati secara sadis dari penjajah Jepang terhadap para feodal lokal, cerdik pandai, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, seniman, budayawan, hingga rakyat jelata, dari berbagai suku maupun agama. “Hikmah untuk kita dibalik musibah peristiwa mandor ialah, kita harus membangun kembali para cerdik pandai, politisi, tokoh masyarakat, tokoh agama, seniman, budayawan yang sangat dibutuhkan Kalbar,” terangnya.

Tentunya, kata Jarot, untuk bersaing di tingkat nasional dan bahkan internasional. sebab secara faktual, Kalbar memang masih jauh tertinggal dari provinsi lain, baik bidang ekonomi, pendidikan, kualitas SDM dan lain sebagainya.

Spirit berkabung yang dirasakan saat ini, pesan Jarot harus di transformasi menjadi energi aktual untuk mengambil langkah-langkah strategis mencapai kemajuan Kalimantan Barat, termasuk Kabupaten Sintang di dalamnya. Sejarah pahit itu harus menjadi cambuk untuk berlari kencang membangun Kalimantan Barat. “Kabupaten Sintang sebagai pusat pembangunan wilayah timur Kalbar memiliki peran strategis, yaitu sebagai lokomotif perubahan masyarakat wilayah timur Kalbar. Oleh karenanya, langkah-langkah kemajuan yang kita rancang harus mampu melihat masa depan dengan segala dinamika tantangannya,” katanya.

Tentunya juga siap mempertemukan semua potensi dan kekuatan yang dimiliki seluruh pelaku pembangunan, serta menghubungkannya dengan cara kerja yang kolaboratif.

Oleh karenanya tambah Jarot, hal itu harus disadari bahwa pilihan amat terbatas, jangan sia-siakan waktu, tenaga dan pikiran untuk banyak berdebat, apalagi yang memicu perpecahaan sesama anak bangsa. “Mari kita fokus ke langkah nyata merealisasikan rencana yang ada, kita lakukan secara bersama-sama, serta saling mengisi satu sama lain atas dasar keseteraan, persaudaraan dan profesionalitas,” harapnya.

Jarot pikir, bahwa inilah cara terbaik masyarakat Kalbar untuk bangkit dan mengejar ketertinggalannya dari provinsi lain di Indonesia.

Sedangkan Asisten I Setda Kabupaten Kapuas Hulu, Frans Leonardus mengajak seluruh lapisan masyarakat, agar memiliki semangat juang dalam mempererat persatuan dan kesatuan antar sesama warga negara Indonesia.

Selain itu, Frans Leonardus mengajak agar melalui momentum peringatan Hari Berkabung Daerah ini, masyarakat senantiasa terus diingatkan betapa luhurnya tekad para pejuang dalam mempertahankan kemerdekaan, dengan mengorbankan jiwa raga demi NKRI. “Makanya hari berkabung daerah ini harus dimaknai sebagai momentum bersejarah, khususnya di daerah kita. Maka sebagai anak bangsa kita harus berterimakasih kepada para pejuang bangsa kita,” tutur Asisten I.

Menurut Frans, kondisi yang ada sekarang merupakan buah dari perjuangan para pahlawan yang rela mempertaruhkan nyawa, agar masyarakat bisa menikmati kemerdekaan.

“Kita bisa seperti ini karena perjuangan para pahlawan terdahulu. Maka kita harus melanjutkan perjuangan, tentu dalam konteks pembangunan bangsa, baik fisik maupun non fisik. Karena itu, mari kita terus giat melaksanakan kegiatan pembangunan, demi keutuhan NKRI,” pungkas Frans.

 

Laporan: Antonius, Rizka Nanda, Sairi, Saiful Fuat, Andreas

Editor: Yuni Kurniyanto