-ads-
Home Rakyat Kalbar Tak Dikemas Baik, Sanggau Bisa Jadi Kota Mati

Tak Dikemas Baik, Sanggau Bisa Jadi Kota Mati

Foto—Sekda Sanggau, A.L.Leysandri memberikan sambutan pada acara Rakor Border Tourism melalui Penguatan Desa Wisata Kabupaten Sanggau, Jumat (22/2) di aula lantai I Kantor Bupati Sanggau, Jumat (22/2)—Kiram Akbar

eQuator.co.id – Sanggau-RK. Sekda Sanggau, A.L. Leysandri meminta seluruh stakholder yang berkaitan dengan wisata untuk mengemas secara baik, potensi-potensi wisata di Kota Sanggau. Sebagai jalur lintas, Sanggau tak akan disinggahi jika tak ada hal yang menarik.

“Hanya akan jadi kota perlintasan saja. Karena itu perlu diubah, apa daya tariknya. Itu harus bisa dipikirkan. Pokdarwisnya yang bisa mengolah hutan. Jadi bagaimana Sanggau ini menjadi kota yang enak untuk orang datang. Karena kalau tidak akan menjadi kota lintasan, mati. Seperti Mempawah itu,” katanya ketika membuka acara Rakor Border Tourism melalui Penguatan Desa Wisata Kabupaten Sanggau, Jumat (22/2) di aula lantai I Kantor Bupati Sanggau.

Rakor tersebut juga dihadiri Lektor Kepala, Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Kementerian Pariwisata Sumaryadi, Tim Percepatan Wisata Perdesaan dan Perkotaan kementerian Pariwisata, Dani Rahardian Mukharam, Ka Subbid Pengembangan Destinasi Area IVB (Kalbar & Kalteng), Widarko, Kadis Porapar Sanggau, F. Meron, Camat, Kades dan Pokdarwis.

-ads-

Dikatakan Sekda, prinsip supaya orang datang ke Sanggau sangat sederhana, yaitu bagaimana mengemas potensi-potensi wisata yang ada. Sementara, kata dia, potensi wisata di Kabupaten Sanggau masih cukup banyak.

“Kalau di Jawa itu orang sudah berpikir maju. Bambu kita ini kan panjang dirangkai jadi perahu, pohon kayu ditampilkan, orang bisa selfie. Sebenarnya tinggal bagaimana kita mengemasnya saja. Memang perlu biaya awal, tapi setelah itu kan ada pemasukan. Baru kalau sudah positif, berkembang, dikemas baik, baru ditambah. Sebenarnya sederhana sekali,” kata Sekda.

Selain potensi wisata, sejumlah pagelaran budaya pun digelar setiap tahunnya, antara lain, Gawai Dayak untuk Suku Dayak, Paradje’ dan Mandi Bedil bagi Suku Melayu, Cap Go Me, untuk masyarakat Tionghoa, Satu Suro untuk Paguyuban Jawa, dan acara Paguyuban Pasundan.

“Belum yang lain lagi. Ini menunjukkan bahwa kita terbuka. Mudah-mudahan bapak-bapak bisa mendorong para Kades, Pokdarwis, pegiat-pegiat wisata. Kita bangun Sentana, Kabana. Mudah-mudahan orang Sanggau ini memiliki improvisasi dan menjadikan kota Sanggau yang indah,” harapnya.

Ia juga mengingatkan jika ingin mengemas potensi wisata, harus melibatkan orang yang benar-benar mengerti. Tak bisa berjalan sendiri-sendiri. “Memang kalau tidak disatukan pandangan dalam satu ruangan, sulit. Bapak bupati kemarin ketika membuka acara di pulau Tayan, cukup keras, untuk menjadikan satu desa wisata,” pungkasnya.

Sementara itu, Kadisporapar Kabupaten Sanggau, Fransiskus Meron, mengaku tengah giat-giatnya membangun pariwisata Sanggau. Inovasi dilakukan. Satu di antaranya penggunakan aplikasi untuk pembayaran masuk kawasan wisata.

“Jadi kalau masuk Pancur Aji itu ndak perlu lagi bayar di loket. Bisa bayar melalui internet,” kata Meron. (KiA)

Exit mobile version