Walau tempat usahanya dimasuki air setinggi satu meter, sejumlah pengusaha toko kelontong di Dusun Setambah, Desa Semangak, Kecamatan Sejangkung, Sambas, tetap berjualan. Barang-barang dagangan diletakkan di atas panggauan, pembeli datang dengan menaiki sampan.
Muhammad Ridho, Sambas
Pemilik toko kelontong berukuran 4 x 7 meter, Edi, tetap melayani masyarakat setempat sesama korban banjir. “Agar barang aman dari air, telah saya buat panggauan lebih tinggi,” ujar pria berusia 35 tahun itu, ketika dikunjungi Rakyat Kalbar, Kamis (25/2).
Karena toko cukup luas, lanjut dia, untuk mengambil barang yang dibeli warga mesti menggunakan sampan yang telah disiapkan. “Rumah ini bagian depannya untuk berjualan, dan di belakang menghadap sungai untuk tempat tinggal. Saya tinggal bersama istri dan dua anak saya,” ujar Edi.
Seorang ibu rumah tangga yang tengah berbelanja di sana, Wasla, datang ke toko menaiki sampan. Ia mengatakan, keperluan dapurnya sudah menipis.
“Kalau jalan kaki bisa terendam sampai seleher,” tutur perempuan berusia 46 tahun itu.
Sekitar 800 meter dari toko milik Edi, pengusaha kelontong lainnya, Fatilah melakukan hal sama. Bahkan, perempuan paruh baya itu harus membuat panggauan seorang diri. Sebab, suaminya bekerja di perkebunan sawit.
“Alhamdulillah, walau banjir ada juga yang belanja. Kalau tutup kasihan warga yang mau belanja keperluan dapur, tentu akan kesusahan. Dan harga barang-barang di semua toko di sini tetap. Walau banjir, tidak ada kenaikan harga,” tegasnya.
Banjir rutin yang melanda Kecamatan Sejangkung kali ini hampir serupa dengan yang terjadi pada tahun 1986. Kala itu, sejauh mata memandang, semua rumah hanya terlihat atapnya saja.
Hingga Jumat (26/2), debit air di Desa Sepantai maupun Desa Semangak masih masih berkisar 2-2,2 meter, sedangkan di dalam rumah 60 sampai 1,2 meter. Total rumah terendam di dua desa itu berjumlah 976 yang dihuni 996 KK (4.008 jiwa).
Kades Sepantai, Herlin, berharap arus dari hulu ke Sungai Sambas tidak disertai hujan. Dari dua dusun di desanya, banjir terparah terjadi di Sepandak. Hingga kini, listrik masih dipadamkan.
“Untuk Dusun Sepandak, sebanyak 147 rumah yang tergenang air dari 1-1,2 meter, sedangkan di Dusun Satai sebanyak 48 rumah yang terendam air dengan kedalaman 80 sampai 1,2 meter di titik terendah,” ungkapnya.
Kerugian warga belum bisa didata hingga kini karena banjir telah merendam kebun karet, lada, padi, dan tanaman lain milik warganya.
Tak sedikit pula perabotan rumah tangga masyarakat yang terbuat dari kayu menjadi rusak. Termasuk sejumlah parabola yang terseret arus. “Sudah satu bulan ini warga tidak bisa beraktivitas, kami sangat berharap bantuan pemerintah,” tutur Herlin.
Di Desa Semangak pun kondisi masih tak membaik. Bersama warga, Kades Jube Herzami menyatakan, Salat Jumat di Surau Nurul Iman. “Karena lokasi surau ini tinggi, dan ini sudah dua kali Jumat, sebab di Masjid Nurul Huda tempat biasa Jumatan masih digenangi air 40 cm,” bebernya. (*)