Tidak hanya berhadapan dengan api, tetapi juga mengancam keselamatan jiwa. Namun bagi Ribka Elda Betsi, menjadi petugas pemadam kebakaran itu merupakan panggilan jiwa.
Darmansyah Dalimunthe, Sanggau
eQuator.co.id – Wanita 27 tahun berparas cantik ini sudah satu tahun bergabung dengan Satuan Bidang Pemadam Kebakaran Pemkab Sanggau. Bukan hanya bertugas sebagai pegawai administrasi saja, tetapi juga ikut turun ke lapangan menjinakkan si jago merah.
Padahal harus memiliki cengkraman yang kuat, berdiri di tangki air, ketika menaiki mobil pemadam yang melaju kencang menuju lokasi kebakaran. Begitu juga memegang selang besar yang berat ketika menyemprotkan air ke sumber api. Namun tangan halus Ribka mampu melakukan itu semua yang lebih dominan dilakukan kaum pria.
Wanita berambut panjang ini beserta kawan-kawanya terlihat berjibaku memadamkan api yang meluluhlantakkan Kantor BMT UGT Sidogiri kawasan Mungguk Badang Sanggau sore kemarin.
“Saya mau gabung di Bidang Pemadam Kebakaran, karena dorongan anak saya yang suka mobil dan anggota pemadam kebakaran,” ujarnya.
Warga Jalan Sutan Syahrir, Kelurahan Beringin, Sanggau ini mengaku bangga bisa menjadi petugas pemadam kebakaran. Dia tidak terlihat malu mengenakan seragam pemadam kebakaran. Bahkan masih terlihat anggun, meskipun tubuhnya kuyup tersiram air. “Saya tertarik menjadi petugas pemadam kebakaran, karena di Sanggau waktu itu belum ada women fire,” ujar Ribka.
Ibu dua anak ini bukan hanya lihai memadamkan api. Dia juga fokus menyelesaikan skripsinya di salah satu universitas di kotanya.
“Memang pekerjaan ini berat dan penuh tantangan yang identik dengan aktivitas laki-laki. Apalagi pekerjaan itu tanpa mengenal waktu. Tetapi saya senang menjalaninya,” ungkapnya.
Diakui Ribka, ada saja cerita suka maupun duka saat memadamkan api. Dia harus meninggalkan seluruh pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga, apabila ada panggilan mendadak tanda terjadi kebakaran.
“Kadang saya masih mencuci, kalau sudah dengar mobil alarm, saya tinggalkan pekerjaan saya itu dan langsung meluncur,” tutur ibu dua anak ini.
Dia merasa jiwanya sudah menyatu dengan pekerjaannya. Semuanya seakan menjadi kewajiban dan harus dijalani dengan santai. “Tidak ada rasa gengsi. Yang penting bagaimana orang tertolong,” jelas Ribka.
Sebagai ibu rumah tangga, Ribka tetap harus mengedepankan mengurus kedua anaknya yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga tetap harus terpenuhi. Untung saja kedua anaknya sudah paham dengan pekerjaan ibunya.
“Mereka sudah tahu, anak-anak juga sudah mandiri. Karena sudah sering ditinggalkan sendiri,” beber Ribka.
Ribka ingin menunjukan kepada perempuan lainnya, bahwa bukan hanya laki-laki yang mampu bertugas sebagai pemadam kebakaran. Wanita juga harus membuktikan kalau mereka bisa. (*)