eQuator.co.id – Komersialisasi motor listrik GESITS sudah di depan mata. Tahun depan motor listrik hasil inovasi dosen ITS tersebut mulai dipasarkan. Tahun pertama diperkirakan bakal diproduksi 50 ribu unit.
Urusan manufaktur motor GESITS ditangani oleh PT Wika Industri Manufacturing (WIMA). Direktur Utama WIMA Samiarto mengatakan ada beberapa tahapan sebelum motor GESITS masuk fase produksi masal. Mulai dari off tools, off process, pra production, dan mass production atau produksi masal.
“Saat ini menuju fase dua (off process, Red),” katanya. Pada tahap off process tersebut, unit manufacturing harus memastikan bisa memproduksi unit motor yang stabil dan seragam.
Berikutnya pada pertengahan Oktober diharapkan sudah masuk fase pra production. Kemudian pada awal November masuk fase mass production atau produksi massal.
“Januari produksi secara full,” katanya.
Samiarto menjelaskan pada tahun pertama (2019) kapasitas produksi motor listrik GESITS diperkirakan 50 ribu unit atau 200 unit/hari. Sebab pabrik manufakturnya masih menggunakan satu sift dahulu. Kapasitas produksi bisa dinaikkan menjadi 100 ribu/tahun dengan cara dua sift.
Namun dia menegaskan kepastian berapa jumlah produksi motor, ditentukan analisis di lapangan. Khususnya terkait dengan kapasitas dealer atau unit penjualan. Supaya jangan sampai produksinya jauh melebihi kapasitas penjualan di lapangan.
Samiarto menegaskan bahwa WIMA hanya kebagian urusan manufaktur. Sementara terkait dengan harga unit motor, strategi marketing, dan sejenisnya, menjadi urusan Garasindo. Dia menjelaskan saat ini masih ada satu varian motor listrik GESITS yang diproduksi. Tetapi untuk varian warnanya tidak hanya hitam, sebagaimana tampilan motor listrik GESITS di beberapa kesempatan selama ini.
Sementara itu, CEO PT Gesits Technologies Indo (GTI) Harun Sjech mengkonfirmasi bahwa Gesits sesuai rencana memang akan diluncurkan pada November 2018 mendatang. Sebelum launching resmi, Gesits juga akan melakoni soft launching pada September 2018.
“Secara paralel kami akan mempersiapkan Gesits supaya bisa rilis sesuai target. Termasuk untuk uji cobanya bersama Kemenhub,” ujar Harun, saat dihubungi kemarin (7/9).
Harun menegaskan bahwa strategi pemasaran Gesits akan menyasar segmen retail dan juga corporate. Untuk itu, sebagai pelaku industri PT GTI berharap pemerintah ikut aktif mengenalkan keunggulan mesin berbasis listrik pada masyarakat. PT GTI sendiri berupaya menampilkan informasi yang lengkap dan informatif melalui website resmi Gesits. Di sana terpampang spesifikasi lengkap produk sehingga masyarakat mengenal lebih dekat motor listrik yang ditenagai baterai lithium tersebut.
“Sejauh ini cara tersebut cukup berhasil. Kami menyediakan seperti interest form, dan sampai saat ini sudah ada lebih dari 5.000 peminat. Belum termasuk corporate,” tegas Harun.
Memang selain mentarget konsumen pribadi, Gesits juga membidik segmen corporate dimana perusahaan dapat menggunakan Gesits sebagai kendaraan operasional yang efisien dan hemat energi. “Untuk sementara produksi akan difokuskan untuk memenuhi permintaan dari perusahaan-perusahaan dan publik yang telah masuk dalam daftar pesanan. Setelah itu, pabrik akan kami kembangkan agar bisa memenuhi permintaan masyarakat lainnya,” tambahnya.
Di luar 5.000 calon konsumen yang berminat melalui interest form, Harun mengatakan bahwa PT GTI mengantongi 15 ribu MoU dengan perusahaan atau korporasi yang berminat membeli motor listrik Gesits. PT GTI membeberkan dalam tahap awal pabrik perakitan akan mampu memproduksi 50.000 unit GESITS per tahun.
“Sebagai tahap awal kami telah memiliki fasilitas industri perakitan yang siap memproduksi 50 ribu unit. Kapasitas ini akan kami tingkatkan secara bertahap hingga mencapai 100 ribu unit per tahun,” urai Harun.
Menurut Harun target Pemerintah agar Gesits bisa menjadi 100 persen produk dalam negeri pada tahun 2020 dijawab Harun sebagai tantangan yang bisa direalisasi. “Saat ini 89 persen komponen untuk Gesits sudah mampu dibuat di dalam negeri. Tapi bukan berarti 11 persen komponen yang saat ini masih diimpor tidak bisa kita buat sendiri. Saat ini sudah ada pihak-pihak nasional yang mampu menciptakan komponen-komponen itu. Namun untuk skala industri masih memerlukan waktu sedikitnya setahun,” paparnya.
Namun mengenai kepastian jaringan penjualan dan harga yang akan dipatok, ia masih enggan membeberkan secara detil. Namun sempat mencuat prediksi bahwa Gesits akan dibanderol di kisaran harga Rp 15 juta.
“Targetnya dibawah Rp 20 juta. Tapi belum fix, itu akan kami buka saat grand launching. Tunggu tanggal mainnya ya,” ungkap Harun.
Senada, saat dikonfirmasi Direktur Marketing dan Komunikasi Garasindo Automotive Group Faby Tsui. Dia mengatakan bahwa kepastian jaringan penjualan dan harga masih dalam tahap finalisasi sebelum dipaparkan ke publik. Meski besar kemungkinan distribusi Gesits akan bergabung dalam jaringan diler Garasindo, Faby masih menutup rapat informasi tersebut.
“Karena masih ada beberapa elemen yang masih didiskusikan. Tapi semua akan siap dipublish pada saat launching,” tegasnya.
Menurut Faby, untuk tahap pertama Gesits akan diluncurkan dalam satu varian saja. Namun ke depannya dia menyebut tak menutup kemungkinan varian lain akan segera menyusul. “Mudah-mudahan semua pihak termasuk pemerintah, BUMN, dan lain-lain bisa memberi support terbaik,” pungkasnya.
TAK PERLU UJI EMISI, TAPI
ALAT UJI BATERAI BELUM ADA
Dalam uji kendaraan listrik, Kementerian Perhubungan juga memiliki andil. Sudah ada beberapa kendaraan listrik yang diujikan oleh kementerian tersebut. Menurut Sigit Irfansyah, Direktur Sarana Transportasi Darat Ditjen Perhubungan Darat Kemenhub, menjelaskan ada perbedaan pengujian antara kendaraan berbahan bakar bensin dengan kendaraan listrik.
”Untuk kendaraan listrik, kami tidak menguji masalah emisi. Sebab tidak ada emisinya,” ucapnya kemarin.
Namun Kemenhub juga belum bisa melakukan uji baterai pada kendaraan listrik. Misalnya saja apakah kendaraan tersebut aman saat diguyur hujan terus menerus. Sigit mengungkapkan bahwa pihaknya belum memiliki alat untuk melakukan pengujian tersebut.
Sehingga, untuk mengetahui kualitas baterai, Kemenhub hanya melihat dokumen dari pemasok baterai yang digunakan pada kendaraan listrik tersebut. Dia menegaskan jika pengujian dari Kemenhub ini merupakan pengujian terakhir untuk selanjutnya bisa diproduksi masal.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Balai Pengujian Laik Jalan dan Sertifikasi Kendaraan Bermotor (BPLJSKB) Caroline Noorida mengungkapkan bahwa baru ada satu motor listrik yang lulus uji kompetensi. Sedangkan untuk kendaraan roda empat sudah ada 11 merk yang lulus.
”Untuk kendaraan listrik, yang diujikan ada sembilan komponen. Contohnya spidometer, lampu, dan dimensi kontruksi,” tuturnya.
Proses pengajuan uji kompetensi kendaraan listrik pun menurutnya cukup mudah. Perusahaan atau lembaga yang ingin mengujikan kendaraannya cukup mendaftar secara online. Selanjutnya, waktu pengujian diserahkan oleh pemohon.
”Pengujiannya bisa sehari. Tiga hari setelahnya sudah bisa keluar hasilnya,” ungkap Caroline. (Jawa Pos/JPG)