eQuator.co.id – Pontianak-RK. Wali Kota Pontianak, H Sutarmidji SH MHum menilai Full Day School atau Seharian Penuh di Sekolah, yang diwacanakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI, Prof Muhajir Effendy, merupakan kebijakan yang mengada-ngada.
“Jangan membuat kebijakan yang mengada-ngada. Gara-gara ide yang tidak-tidak seperti itulah, Menteri diganti. Saya tidak setuju (Full Day School, red),” tegas Sutarmidji dengan logat khasnya ketika ditemui usai Paripurna Pendapat Akhir Wali Kota Pontianak Terhadap Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Pontianak TA 2015, Selasa (9/8).
Sembari tertawa kecil, Midji–sapaan Sutarmidji–menilai, menteri baru dengan program barunya, Full Day School itu belum tepat. Selain karena pendapatnya sendiri dan buru-buru, juga tidak mempertimbangkan dampak yang ditimbulkannya. “Sudahlah.., ini sudah bagus. Jalankan dulu. Jangan dadakan-dadakan seperti itu,” katanya.
Bahkan setengah mengejek, Midji mencontohkan, kebijakan baru dari menteri baru ini tidak ubahnya dengan ulah Mendikbud sebelumnya yang menggalakkan program mengantar anak di hari pertama masuk sekolah.
“Nanti seperti menteri sebelumnya, menyuruh orang menjemput anak, tetapi dia lupa menyuruh menjemput untuk pulang. Jadi anaknya ditinggal di sekolah,” seloroh Midji, lagi-lagi dengan logat khasnya yang kental.
Menurut Midji, di dunia pendidikan ini sangat banyak yang harus dibenahi. Terlebih persoalan infrastrukturnya. Program baru boleh saja diterapkan. Tetapi, dipikirkan terlebih dahulu secara realistis.
Sehingga, jelas dia, tidak terkesan mengada-ada seperti Full Day School itu. “Yang jelas mereka dibuat nyaman di lingkungan sekolah dulu. Kalau sekolah panas, bau, atap bocor lalu ingin menyuruh anak setiap hari di situ, mana bisa,” papar Midji.
Sebenarnya, kata Midji, program Full Day School bisa saja dterapkan. Tetapi harus dibarengi dengan sarana pendukung yang memadai, agar pelajar serta guru yang mengajar di sekolah, merasa betah di sekolah tersebut.
“Benahi infrastrukturnya dulu. Sekolahnya nyaman, ruang belajarnya bagus, perpustakaannya bagus, ada taman dan lapangan olahraganya, baru bisa,” imbuh Midji.
Kondisi di lapangan, ungkap Midji, tidak sedikit sekolah yang memrihatinkan. Jangankan mendapatkan suasana belajar mengajar yuang nyaman, untuk lama di sekolah saja, siswa dan guru lebih memilih belajar di luar kelas, katanya lebih enak.
“Ini sekolah bocor, mau roboh, banjir, WC bau pesing, di perpustakaan bukunya tahun 60-an, bangku goyang-goyang. Itu dulu digenahkan, baru buat yang lain-lain. (Full Day School, red) mau mengada-ngada saja itu,” tutup Midji.
Laporan: Gusnadi
Editor: Mordiadi