Susah Jadi Gamer di Kampung, Kini Main di Boom ID Jakarta

GAMERS BENGKAYANG. Dari kiri ke kanan: Muhammad Hamdani, Chandra Pranatajaya, Ekki Ridwansyah, Faldan Hermansyah, dan Fredi Cahyadi. Mereka gamers Handal dari Bengkayang. INSTAGRAM

Boleh jadi dunia e-sport maju pesat melejit. Di Indonesia, apalagi di kampung, memilih proesi gamers tetap merupakan kontroversi. Pertanyaan yang menyakitkan kerap kali terdengar. Mau jadi apa? Main mulu, belajar nggak!

Suci Nurdini Setiowati, Bengkayang

eQuator.co.id – Pandangan negatif seperti itu masih dirasakan anggota Boom Ace yang bermain di Boom ID. Beranggotakan Muhammad Hamdani dikenal dengan “Boom Lucky”, Chandra Pranatajaya (Boom pacKAUW), Ekki Ridwansyah (Boom anoBEEZ) Faldan Hermansyah (Boom DanZ) dan Fredi

Cahyadi berjuluk “Boom Pudding”. Mereka semua gamers asal Bengkayang.

“Banyak banget tantangannya di sana. Padahal nge-game juga merupakan hobi kan,” ujar Hamdani.

Mereka mengakui, berasal dari kota kecil di Kalbar membuat mereka semakin sulit berkembang. Kelima cowok inipun curhat tentang perjuangan mereka menjadi gamers profesional.

“Apalagi saya udah putus sekolah dari SMP kelas 2 karena faktor ekonomi,” katanya.

Susah jadi gamer di kampung. Sering diremehin, dan hambatan teknologi juga menjadi batu sandungan untuk mereka. “Kendala lainya kalau main di Bengkayang itu sinyal yang kadang gak ada. Terus ngelag (gangguan),” sambung Fredy Cahyadi.

Kadang mereka juga merasa didiskriminasi. Tidak tahu apa alasannya, di mata masyarakat alias non-gamer, main game terlihat sangat negatif. Pandangan tersebut sudah ada sejak lama. Yang paling terasa pastinya dari orang terdekat terutama orangtua. “Orangtua sering gak izinin main game terus, gitukan,” kata cowok yang karib disapa Fredy.

Banyak hal yang harus mereka lalui untuk sampai jadi profesional. Dari mulai cuti kuliah dan mencoba untuk fokus bermain game. Untuk di Bengkayang sendiri bermain game juga masih merupakan hal baru.

Belum ada tempat latihan ataupun sarana yang cukup. “Kalau di sana juga belum ada yang profesional jadi agak susah mau belajar dengan siapa paling bejalar sendiri main,” kata Fredy.

Apapun yang terjadi, mereka terus mengembangkan kemampuan hingga berprestasi. Lima cowok ini jadi populer didunia game terutama PUBG. “Ya bersyukur banget dan gak nyangka bisa sampai kesini,” tutur Chandra Pranatajaya.

Main game 8-10 jam sehari juga bisa dijadikan profesi. Keseriusan mereka ingin menjadikan main game perkejaan inipun dibuktikan dengan pulang turnamen yang mereka menangi diantaranya:

-Juara 1 Rolyan Season 1 Bengkayang

-Juara 2 Rolyan Season 2 Bengkayang

-Juara 3 tournament Asem Bengkayang

-Juara 3 Rolyan Season 3 (offline) Bengkayang

-Juara 2 Tournament WK Bersama Singkawang

-Juara 1 Tournament CMNWK Season 1 Bengkayang

-Juara 2 Tournament Cafe Island Bengkayang

-Juara 2 Tournament Offline Milennial Polri Bengkayang

-Juara 1 Kualifikasi PINC Region Pontianak

-peringkat 5 tournament AA grup JAKARTA

-Peringkat 9 GRAND FINAL PINC 2019 JAKARTA

“Sampai akhirnya kita menang di regional PUBG dan ditarik Boom Id,” tutur Chandra Pranatajaya. Mereka sekarang sudah dikontrak salah satu organisasi e-sport yaitu Boom id.

“Karna kita pengen berkembang di bidang esport jadi ya kita terima. Pasti rasanya senang banget, bangga juga,” kata Candra

Untuk kalian yang ingin melihat aksi-aksi ganas dan kerennya para gamers kampung ini beraksi diarena laga game PUBG saat bertanding, atau ingin tahu keseharian mereka, bisa melalui sosial media.

“YouTubenya Boom ID dan Instragramnya @boomsportid,” kata Candra.

Kini mereka sedang sibuk mengikuti turnamen di Jakarta. Candra dan teman-temanya berharap agar mereka bisa menang di banyak lomba dan terus maju di dunia e-sport.

“Dan semoga kami bisa menginspirasi teman-teman semua yang suka ngegame, biar gak diremehkan lagi,” tutupnya.

 

Editor: Mohamad iQbaL