eQuator.co.id – Pontianak-RK. Lulusan Perguruan Tinggi dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek). Tetapi, tidak cukup hanya sampai di situ. Mereka harus terus mengasah mentalnya, agar bisa bersaing di dunia kerja.
“Jangan hanya pintar, tetapi harus memiliki mentalitas yang bagus,” kata Drs Cornelis MH, Gubernur Kalbar ketika orasi ilmiah di hadapan 705 Wisudawan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKI) Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Pontianak, Selasa (31/5).
Cornelis mengatakan, lulusan Perguruan Tinggi jangan hanya bermimpi menjadi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan mudah. Pasalnya, sekarang kewenangannya di Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara (MenPAN) RI. Proses perekrutannya pun sudah secara online. “Sehingga kita diserbu orang-orang di luar Kalbar,” jelasnya.
Untuk itu, kata Cornelis, wisudawan harus meningkatkan kemampuannya. Sehingga bisa bersaing dengan orang-orang dari luar Kalbar itu. “Kalau tidak, kita tidak dapat apa-apa. Kita di daerah semakin terjepit menghadapi persaingan sesama orang Indonesia,” ingatnya.
Orang nomor satu di Kalbar ini juga mengingatkan para lulusan IKIP PGRI untuk tidak mencari jalan pintas guna mendapatkan penghasilan tinggi, misalnya dengan masuk ISIS, menjadi teroris atau Gafatar. “Kita di Kalbar tidak ada alasan untuk miskin kalau mau berusaha, tanah masih luas,” kata Cornelis.
Ia juga memotivasi para mahasiswa IKIP PGRI untuk tidak minder bersaing dengan kampus negeri, “Kalahkan mereka dengan brain (kecerdasan) bila perlu IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) 4,00. Jangan hanya tiga koma sekian,” kata Cornelis.
Bagi mahasiswa, tambah dia, wisuda itu kebahagiaan yang luar biasa. Karena berhasil menyelesaikan satu tahap tantangan sebelum masuk ke ‘Universitas Masyarakat’. “Jangan puas dulu dengan hasil hari ini,” tegas Cornelis.
Alumnus Brawijaya Malang ini juga sempat mencurahkan isi hatinya (Curhat) mengenai bagaimana dinamika mengerjakan Tugas Akhir atau Skripsi. Cornelis mengakui, untuk mendapatkan title BA (Sarjana Muda), pernah disekap dosen selama 6 bulan, padahal bahasannya mengenai SD Inpres. Tiga atau empat teman seangkatannya sudah selesai. Hanya dia yang belum
Begitu juga ketika menyelesaikan Skripsi di Brawijaya Malang, Cornelis sampai merendam kakinya sudah tidak mengantuk. “Ternyata sudah diajukan, kemudian dibongkar sama dosen, sehingga harus direvisi,” kenangnya.
Namun, kata Cornelis, perjuangan itu membuahkan hasil, melatih mental supaya siap masuk dunia kerja. Hal seperti ini yang sangat diperlukan di era yang penuh persaingan ketat ini.
Mantan Bupati Landak itu mengingatkan, lulusan Perguruan Tinggi Keguruan hendaknya kembali ke kampung halaman, menjadi motor pembangunan di daerahnya masing-masing sesuai profesi.
Bagaimanapun hujan emas di negeri orang, kata Cornelis, masih enak di daerah sendiri. Menjadi tuan di tanah sendiri. “Lebih nyaman hidup di Kalimantan. Apalagi sekarang ini pemanasan global yang mengancam belahan dunia lain. Karena Kalimantan ini paru-paru dunia,” katanya.
Sementara itu, Rektor IKIP PGRI Pontianak, Prof Dr Samion AR mengungkapkan. Wisuda ke-V IKIP PGRI Pontianak tahun ini 705 orang dari 4 Fakultas. Terdiri atas 93 wisudawan Program Studi Bahasa Indonesia, 89 wisudawan Bahasa Inggris, 45 wisudawan Bimbingan Konseling, 17 wisudawan Fisika, dan 94 wisudawan Geografi
Selain itu, 71 wisudawan dari program studi Pendidikan Jasmani, 80 wisudawan Matematika, 56 wisudawan PPKn, 68 wisudawan Sejarah, 92 wisudawan Tehnik Informatika Komputer. “Yang meraih nilai cumluade 22 orang dari berbagai program studi,” ungkap Samion.
IPK tertinggi 3,92 atas nama Aditya Astarini, tercepat 3,7 bulan Larasanti, program studi geografi. Wisudawati termuda 20 tahun dari Pendidikan Geografi atas nama Henny. (fie)