Sukses Hipnotis Ribuan Wisatawan

ANTUSIAS. Wisatawan mancanegara tampak puas menikmati puncak perayaan Cap Go Meh di Kota Singkawang, Senin (22/2). OCSYA ADE CP

FESTIVAL CAP GO MEH-OCSYA ADE CP (26)Achmad Mundzirin, Singkawang

Puncak Perayaan Cap Go Meh 2016 di Kota Singkawang yang mempertunjukkan atraksi ratusan tatung berhasil menghipnotis ribuan wisatawan, domestik maupun mancanegara, Senin (22/2). Total penonton di sana diperkirakan mencapai puluhan ribu orang.

Achmad Mundzirin dan Suhendra, Singkawang

Start pawai tatung dari Jalan Kalimantan, Jalan Setia Budi (Panggung Kehormatan), Jalan Bawal, Jalan Niaga, dan finish di perapatan Tugu Naga Singkawang. Acara dibuka langsung oleh Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya, Wali Kota setempat, Awang Ishak, dan Deputi Pemasaran Wisata Nusantara Kementerian Pariwisata RI, Esthy Reko Astuti.

Duduk di di kursi yang berdekatan dengan panggung kehormatan, mulut para wisatawan sesekali ternganga. Mereka terpukau dengan kebolehan yang ditunjukkan oleh 612 tatung. Kamera pun selalu stand by di tangan para turis itu.

Walaupun berdesak-desakan, wisatawan mancanegara selalu menyempatkan diri untuk berselfie-ria dengan tatung yang melewati mereka. Ada yang duduk bersebelahan sampai pura-pura ikut memandu Sang Tatung. Hadir juga dalam acara itu Julia Perez (Jupe) dan Anton Medan yang duduk di panggung kehormatan dan terpukau dengan aksi para tatung.

Wajah senang campur takut tampak di raut wajah Jupe saat para tatung menampilkan atraksi di luar nalar manusia dengan menusukkan benda tajam yang tembus di kedua pipi serta mulut dan bibir. Undangan lain, termasuk Kapolda Kalbar Brigjen Pol Arief Sulistyanto, asik memotret aksi para tatung dengan kamera tele-nya.

Seorang wisatawan asal Kanada, Knoff, mengaku puas dengan atraksi tatung. “Luar biasa, kok bisa ya mereka ditusuk benda tajam tapi tidak kenapa-kenapa, dan baru pertama kali ini saya datang ke Singkawang untuk melihat para tatung,” ujarnya, dalam bahasa Indonesia yang terbata-bata.

Ia mengaku mendapat informasi adanya pawai tatung di Singkawang dari temannya di Jakarta. “Saat itu saya di Jakarta dan diberi tahu bahwa Singkawang ada pawai tatung, lalu saya datang ke Singkawang,” papar Knoff sambil memotret para tatung.

Tidak hanya Knoff, Anton Medan juga kagum dengan Cap Go Meh yang disebutnya sebagai bentuk persatuan antarkelompok. “Keharmonisan beragam seni dan budaya yang ada di kota Singkawang ini harus dilestarikan, dan saya senang dengan Singkawang karena harmonisnya suku dan agama di sini,” kata Anton.

Kebanggaan akan keharmonisan itu juga dirasakan wisatawan domestik. “Kita selaku warga Indonesia harus bangga dengan adanya festival Cap Go Meh seperti ini. Mari kita perlihatkan kepada dunia, bagaimana kayanya (budaya,red) negeri ini,” kata seorang pengunjung dari Jakarta, Leo, saat ditemui di tribun yang sudah disiapkan panitia. Sambung dia, Singkawang inilah ikon Festival Cap Go Meh se-Indonesia.

Menurutnya, Kota Amoi yang juga dikenal sebagai Kota Seribu Kelenteng dan kota wisatanya Kalbar terdiri dari berbagai etnis dan agama tapi hidup rukun. “Tetap dalam kebersamaan dan persatuan Indonesia,” tuturnya bangga.

Seorang perempuan berusia 72 tahun dari Jawa Timur, Lucky, juga menyempatkan diri mendatangi Singkawang. Sudah tiga kali berturut-turut ia menyaksikan Cap Go Meh di Singkawang.

“Di Provinsi lain hanya ada arak-arakan saja (Naga/Barongsai,red). Kalau yang tusuk-tusuk (atraksi tatung,red) seperti yang ada di sini tidak ada. Makanya kami rela datang ke sini,” ungkap Lucky yang ditemani sembilan orang temannya.

Dia mengaku puas dengan atraksi tatung. Sejak tiba di Singkawang Sabtu (20/2) dini hari, Lucky dan rombongannya langsung mengikuti pawai lampion.

“Kita lihat Wali Kotanya (Awang Ishak,red) juga ikut joget-joget. Seru di sini, perayaan di sini meriah,” ujarnya yang meninggalkan wawancara untuk menyempatkan diri berselfie dengan seorang tatung.

Sofi, rekan Lucky yang berdomisili di Jakarta, menuturkan bahwa ia terpukau dengan festival ini. Walaupun bagi perempuan 52 tahun itu ada beberapa atraksi yang ekstrim, ia melihatnya sebagai kesenian dari budaya Indonesia.

“Tahun kemarin lebih menarik lagi. Tapi kita puas dengan kunjungan kita kesini,”tuturnya.

Sayangnya, menurut wisatawan lain bernama Melly, untuk menyaksikan Cap Go Meh di Singkawang tidaklah mudah. Sejak tiga bulan sebelumnya mereka sudah bersiap-siap.

“Kita pesan dulu itu penginapan, begitu juga dengan tiket pesawat. Kalau tidak seperti itu tidak bisa, walaupun mahal harga tiketnya, ya tidak mengapa. Sepanjang rasa puas menyaksikan pagelaran ini kita dapatkan,” tukasnya, senang.

INGIN SINGKAWANG

PUNYA BANDARA

Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan, Pemasaran, Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuty menyatakan, aspek bisnis wisata bisa dikembangkan di Kalbar. “Ada banyak event-event besar yang bisa dikembangkan diantaranya  Ceng Beng (Sembahyang Kubur,red) dan juga Festival (makan,red) Bakcang yang menarik wisatawan mancanegara,” paparnya.

Ia ingin Singkawang memiliki Bandara sehingga mempermudah akses bagi para pengunjung yang datang ke sana.

Ditempat yang sama, Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya memuji pelaksanaan Cap Go Meh di Singkawang. “Kerja panitia tahun ini lebih baik karena panggung lebih banyak, kita ingin setiap tahun meningkat, apalagi event Cap Go Meh di Singkawang masuk dalam Wonderful of The World,” tuturnya.

Target kunjungan wisatawan selama 2016 ini, lanjut dia, sebanyak 12 juta orang dan 2020 mendatang target kunjungan wisatawan 20 juta orang.”Jadi semuanya harus terkoordinasi dengan baik, menjamin orang merasa aman dan nyaman serta membantu untuk mempromosikannya, dan terima kasih kepada Jupe berserta kru filmnya yang ikut mempromosikan Singkawang,” kata Christiandy. (*)