Sudah Berbicara dengan Lurah, Perusahaan Ogah Ganti Rugi

Aktivitas Pangkalan Pasir Diduga Merusak Rumah Warga

RUSAK PARAH. Kondisi rumah Belly yang rusak parah, Selasa (28/11) di Gang Parit Norman Jalan Selat Panjang, Siantan Hulu, Pontianak Utara. Maulidi Murni-RK

Pangkalan pasir milik PD Karya Pasir dikeluhkan warga RT 02 / RW 21 Gang Parit Norman, Jalan Selat Panjang, Kelurahan Siantan Hulu, Kecamatan Pontianak Utara. Aktivitas bongkar muat pasir perusahaan di tepian sungai Landak  Gang Zamrud tersebut diduga mengakibatkan rumah warga rusak.

Maulidi Murni, Pontianak

eQuator.co.id – Lokasi pemukiman warga bersebelahan pangkalan pasir. Warga sekitar menyebutnya dengan nama danau. Ada sekitar lima rumah mengalami keretakan. Satu rumah diantaranya bahkan mengalami rusak berat. Kerusakan diduga dampak dari perusahaan yang menggunakan alat berat berupa excavator dan jonder.
Salah seorang warga yang rumahnya rusak berat adalah Belly Saputra. Sebelum ada PD Karya Pasir, rumah di daerah ini aman-aman saja. Tidak ada masalah.

Awalnya, perusahaan pasir itu menggunakan penyedot. Kendati aman, tapi air Sungai tercemar. Begitu pakai alat berat, rumah Belly bergoyang.  “Keluarga kami tinggal di sini sudah kurang lebih 30 tahun, asli di sini, tidak pernah kejadian sampai rumah roboh,” ujarnya, Selasa (28/11).

Pangkalan pasir tersebut beroperasi sejak sekitar dua tahun lalu. Sejak itu pula  banyak muncul masalah di lokasi itu. Mulai dari masalah air yang digunakan warga setiap hari untuk mandi tercemar hingga rumah warga rusak.

“Beberapa rumah mulai rusak sejak usaha itu menggunakan alat berat, seperti excavator dan zonder yang sudah hampir satu tahun berjalan,” sebutnya.
Belly saat ini tidak bisa lagi menempati rumahnya yang berukuran 6 x 12 meter. Pasalnya rumah pria 29 tahun yang kesehariannya sebagai buruh bangunan itu sudah miring dan hampir ambruk. Belly bersama istri dan satu anaknya terpaksa membuat pondok kecil. Pondok yang bersebelahan dengan rumahnya yang rusak itu dibangun secara swadaya warga sekitarnya.
Rumah Belly mengalami rusak parah 1 Oktober 2017. Padahal rumah tersebut dibangun sekitar tiga tahunan. Walau awalnya berbahan kayu tidak pakai semen, kemudian rumah itu ia rehab. Sehingga tiang-tiang rumahnya masih baru.

“Rumah ini sebenarnya belum jadi lagi, maklumlah kita kerja bangunan pendapatan tak tentu, sedikit demi sedikit belum rampung tadi sudah amblas, belum di plaster. Itu baru zonder belum excavator jalan,” sebutnya.
Sebenarnya pada 7 Oktober, Belly sudah membuat surat yang ditujukan kepada pihak Kelurahan Siantan Hulu. Dia berharap, mendapatkan timbang rasa dari pemerintah dan pemilik usaha. “Ini bagaimana, kami minta toleransinya bagaimana, maklum lah kita ini cari sehari habis sehari,” lirih Belly.
Hamisah juga mengalami nasib yang sama. Rumahnya tak jauh dari kediaman Belly mengalami kerusakan pada bagian lantai dapurnya. Padahal lantai tersebut berbahan semen yang ia bangun tahun lalu mengalami retak-retak.
“Dah lama dah tu, padahal baru dibangun tahun kemarin, tahun 2016, mulai retaknya juga udah lama, awal kena goyang-goyang mesin, lemari-lemari pun goyang, rumah sebelah baru pun sudah belah-belah,” kata ibu berusia 42 tahun ini.
Hamisah sudah sekitar 20 menempati rumahnya tersebut. Sebelum ada PD Karya Pasir, kediamannya tidak pernah ada masalah. Namun ketika perusahaan beroperasi, dapur rumahnya retak. Padahal bangunannya baru habis direhab, karena awalnya berbahan kayu papan.
“Bagian kayu tidak terlihat kerusakan, bagian semen ini yang retak-retak. padahal ini tebal cornya, masih bergoyang. Kemarin pakai sedot masih bergoyang, pakai exca makin bergoyang. Kami sudah lapor tidak ada tanggapan,” ucap Hamisah.
Ketua RT 02/RW 21 Gang Parit Norman, Raja’i mengakui memang banyak warganya yang mengeluh dengan aktivitas pangkalan pasar PD Karya Pasir itu. Bahkan ada sekitar empat atau lima unit rumah yang mengalami keretakan. “Apalagi kalau angin kuat, debu pasirnya lari ke sini,” sebutnya.
Diakuinya memang sebelum ada PD Karya Pasir, mereka aman-aman saja. warganya pun tidak ada yang mengeluh. Tapi sejak usaha pangkalan pasir menggunakan alat berat sekitar satu tahunan dampaknya mulai ada.
Selaku Ketua RT, Raja’i sudah memfasilitasi bertemu dengan pihak kelurahan. Pihak kelurahan sebelumnya mengatakan akan ada ganti rugi. Sayangnya, sampai sekarang belum juga terealisasi.
Dirinya juga sudah melakukan pertemuan dengan pemilik usaha pasir itu. Hanya saja, pihak perusahaan bersikukuh tidak mau mengganti rugi. Alasan PD Karya Pasir, kerusakan rumah-rumah tersebut tidak ada hubungan dengan aktivitasnya.

“Tapi kami bilang, kalau tidak percaya, datang ke sini, rasakan getarannya. Sebelumnya kan tidak ada retak-retak maupun keluhan. Pertemuan itu dilakukan ketik rumah warga mengalami roboh kita coba hubungi dia, mediasi bagaimana jalan keluarnya,” paparnya.
Selain itu disebutkan Raja’i, lokasi saluran air atau danau ada dilakukan pengerukan. Jadi bagian tanah yang di tempati warga akhirnya terjadi abrasi.
Pemilik pangkalan pasir PD Karya Pasir, Danu mengklaim permasalahannya sudah selesai. Tidak lagi ada masalah. “Kita sudah bicara sama Lurah. Pihak perusahaan tidak ada disuruh apa-apa,” terang dia.
Menurut Danu, pangkalan pasir miliknya sudah beroperasi sekitar tiga tahun. Pada waktu sebelumnya, bongkar muat pasir dengan alat mesin sedot. Kemudian diganti dengan alat dan sudah berjalan sekitar hampir satu tahunan. Lokasi usahanya sudah ada izin. “Kalau tidak izin, mana mungkin berani operasi,” ucapnya.
Kendati pihaknya menggunakan excavator dan jonder, tidak berpengaruh terhadap pemukiman warga. Karena jaraknya jauh. “Silahkan dicek, kalau memang ada benarnya kita ganti,” tantang Danu.
Sementara pengerukan saluran danau yang diduga mengakibatkan abrasi, Danu menjelaskan itu bukanlah pengerukan. Melainkan pengangkutan atau pengambilan rumput-rumput agar air bisa masuk. Sehingga bisa dipakai atau digunakan oleh yang lainnya. Jika itu tidak dilakukan, maka saluran sumbat dan airnya menjadi bau.
“Jadi mereka mau minta ganti rugi kan, itu bukan kesalahan kita. Musyawarah sudah dilakukan, kemarin Lurah sudah ke sini, coba saja tanya pak Lurahnya,” pungkas Danu.
Lurah Siantan Hulu, Tirta Arifin ketika akan dikomfirmasi ternyata sedang tidak ada ditempat. Informasi dari salah seorang stafnya, Lurah sedang ada kegiatan. Saat dihubungi via WhatsApp, Tirta berjanji akan memberikan keterangan. “Besok (hari ini, red) boleh kita jadwalkan, siang atau sore,” tulis Tirta. (*)

 

Editor: Arman Hairiadi