eQuator.co.id – Pukul tiga pagi telepon berdering. Yang ditelepon tidak mengeluh. “Ini pasti darurat,” katanya dalam hati.
Benar.
Ada orang yang terjebak di dalam gua bawah air. Seperti di ‘gua celeng’ Thailand tahun lalu.
Kali ini guanya ada di pedalaman Amerika Serikat. Di perbatasan antara negara bagian Tennessee dan Indiana. Di kiri jalan yang menghubungkan kota Nashville dan Evanville. Yang saya sering melewatinya.
Edd Sorenson tidak kaget mendapat telepon pada jam segitu. Sudah sering. Setidaknya sudah lima kali.
Hanya saja ia sedih. “Setiap kali masuk gua orang yang saya selamatkan sudah meninggal,” ujarnya seperti ditulis New York Times Kamis kemarin. “Bukan pekerjaan menyenangkan memasukkan mayat ke dalam kantong plastik,” tambahnya.
Itu berbeda dengan drama di gua celeng di perbatasan Thailand. Yang menjebak 12 remaja pemain bola. Yang semuanya selamat. Berkat penyelamatan yang dilakukan penyelam Inggris, Josh Bratchley. Dengan sambutan gegap gempita.
Selesai menerima telepon itu Edd Sorenson bergegas memesan tiket pesawat. Untuk jurusan Miami-Nashville.
Sorenson memang orang Florida. Dari kota Miami perlu terbang 1,5 jam ke Nashville.
Sorenson harus mengejar penerbangan terpagi. Tidak mau kehilangan waktu. Harus cepat. Kali ini ia tidak mau terulang: yang diselamatkan sudah meninggal.
Di bandara Nashville Sorenson minta disiapkan helikopter. Tidak mau kehilangan waktu sedikit pun.
Orang yang terjebak itu harus selamat. Harus. Orang itu terlalu banyak jasanya. Orang itu adalah yuniornya sendiri. Yang lebih hebat dari ia sendiri.
Orang yang terjebak itu adalah: Josh Bratchley!
Ia adalah si penyelamat 12 celeng remaja Thailand itu. Penyelam terkemuka dunia itu. Yang jadi pahlawan besar di gua celeng itu.
Sebelum tengah hari Sorenson sudah tiba di lokasi. Umurnya sudah 60 tahun. Ratusan penonton mengharap kepahlawanannya.
Sorenson pun siap-siap masuk air. Yang menggenang di mulut gua. Ia membawa kantong udara cadangan. Untuk Josh Bratchley yang akan diselamatkan. Siapa tahu masih hidup.
Gua ini sangat sempit. Namanya: Mill Pond Cave. Panjangnya 132 meter.
Tinggi lubang gua ini hanya 45 cm. Begitu masuk harus membuat posisi renang. Tidak bisa jongkok. Sedikit pun. Apalagi berdiri.
Jarak 132 meter itu harus dilalui dengan hati-hati. Agar air tidak kian keruh. Lumpur kapur di gua itu bisa membuat air keruh. Bisa menggagalkan upaya penyelamatan.
Pelan-pelan dan hati-hati. Juga agar tabung udara yang di punggungnya tidak cepat habis terisap.
Setengah jam kemudianĀ Sorenson sudah bisa melihat orang yang diselamatkan. Sorenson memang selalu menyempatkan melihat ke permukaan air. Kalau lagi ada permukaannya. Siapa tahu melihat Josh dalam posisi terapung.
Ternyata Josh terlihat dalam posisi bersandar ke batu. Dengan wujud seperti manusia salju. Putih semua. Terbalut lumpur kapur.
Josh terlihat tenang, kalem dan hidup. Begitulah penyelam. Tidak boleh terlihat gembira. Pun di saat mestinya sangat happy seperti itu. Kegembiraan hanya akan menguras oksigen.
Saat melihat ada orangĀ mendekat Josh hanya bertanya lirih: siapa Anda. Tidak ada lagi dialog. Mereka sudah saling mengenal.
Mereka juga tahu apa yang harus dilakukan. Banyak bicara justru membahayakan. Menghabiskan waktu dan oksigen.
Kurang satu jam kemudian Josh sudah berhasil dibawa keluar. Setelah lebih 24 jam terjebak di dalamnya. Tanpa air dan makanan.
Upaya penyelamatan sebenarnya sudah dicoba sebelumnya. Oleh penyelam lain. Tapi gagal. Akhirnya ditelponlah 911. Yang lantas menghubungi Sorenson pukul tiga dinihari itu.
Josh sendiri sebenarnya berempat masuk gua. Tapi terpisah. Yang lain bisa kembali. Mereka inilah yang melaporkan bahwa masih ada satu yang terjebak di dalam.
Gua ini menarik perhatian Josh karena menantang: baru dua orang yang pernah memasukinya. Maklum baru tahun 2012 lalu gua ini ditemukan.
Begitu banyak gua di perbatasan Tennessee-Indiana ini. Salah satunya adalah gua Gajah. Sangat terkenal di Amerika.
Di mulut gua Mill Pond itu ratusan orang menunggu hasil penyelamatan ini. Sangat menarik: sang penyelamat kali ini harus diselamatkan.
Disiapkan juga ambulan. Tim dokter. Perawat. Polisi pengawalan.
Tapi Josh Bratchley tidak mau dibawa ke rumah sakit. Juga tidak mau diperiksa dokter. Ia merasa baik-baik saja. Sudah sangat biasa. Di dalam gua pun ia tahu apa yang harus dilakukan: berada di gelembung udara dan diam. Menunggu penyelamatan. Toh ada temannya yang tahu bahwa ia masih terjebak.
Ini berbeda dengan 12 celeng remaja Thailand. Yang terjebak berhari-hari tanpa tahu apakah ada orang tahu.
Josh Bratchley tetap tenang. Ia tahu ratusan orang bertepuk tangan gembira. Tapi Josh tidak terlihat ikut gembira. Josh juga tidak mau diwawancara TV. Satu-satunya ucapan yang keluar dari mulutnya hanyalah: minta dibelikan pizza. (Dahlan Iskan)