eQuator.co.i.d – KAYONG UTARA-RK. Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) Kabupaten Kayong Utara, Almustahar sempat menyebutkan SMA Negeri 4 Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara terancam ditutup karena minimnya jumlah siswa.
Namun setelah ia berkoordinasi dengan pemerintah provinsi, permasalahan seringnya defisit anggaran di sekolah yang diterletak. di Desa Matan Jaya tersebut bisa diatasi dengan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) afirmasi dari pemerintah pusat.
“Saya sudah berkoordinasi di dinas pemerintah Provinsi, jadi SMAN 4 Simpang Hilir positif masuk daerah tertinggal jadi kemungkinan di merger tidak ada, karna mereka nanti kemungkinan akan dapat BOS afirmasi sebesar 120 juta pertahun jadi dapat membantu kekurangan biaya operasional” katanya saat dihubungi, Kamis (17/7).
Sedangkan menurutnya nanti sekolah tersebut juga tetap mendapat tambahan dana operasional dari pemerintah provinsi. “Itu hanya dana tambahan sedangkan dana BOS reguler dan dana PBP dari pemprov yang dihitung dari jumlah siswa tetap dapat,” jelasnya.
Dan untuk saat ini ditambahkannya, ada permasalahan yang lebih yaitu kurangnya minat sekolah didaerah sekitar sekolah tersebut telah dicarikan beberapa alternatif untuk mengatasi hal tersebut. “Itu yang sedang dicarikan solusi tadi, ada beberapa opsi, misalnya diubah menjadi SMK karena cocok dengan karakteristik wilayah di sana,” jelasnya.
Sebelumnya, menurutnya sekolah tersebut tidak mampu membiayai operasionalnya yang jumlah siswanya sedikit. Bahkan untuk biaya manajemen 3 bulan telah mengalami defisit.
“Jumlah siswa hanya 44 orang. Jumlah siswa yang sedikit ini akan berpengaruh pada jumlah dana BOS yang diterima sekolah, baik dari pusat maupun dari daerah,” katanya.
Menurutnya, hitungan besaran bantuan setiap sekolah berdasarkan jumlah siswa dan berdasarkan aturan jumlah syarat minimal siswa disetiap sekolah 60 orang.
“Sekarang jumlah siswa 44 orang, pendaftar tahun ini hanya 12 orang. jadi sekarang jika kita nilai dari segi pendanaan itu hampir mustahil dapat memenuhi kebutuhan operasional sekolah, karena pendanaan dihitung berdasarkan jumlah siswa baik itu BOS pusat maupun BOS daerah,” kata dia.
“Jadi jika melihat siswa semakin sedikit maka Kemungkinan besar sekolah tidak mampu menghidupkan dirinya sendiri,” terangnya.
Dijelaskannya, penyebab siswa yang semakin sedikit ini karena banyaknya warga setempat mendaftarkan anaknya ke sekolah lain. Hal ini juga juga karena banyaknya sekolah di Kayong Utara yang tidak menerapkan PPDB online, sehingga masih mungkin beberapa sekolah bisa menerima siswa diluar zona.
“Penyebabnya banyaknya calon siswa yang lulusan SMP mendaftar ke Melano atau sekolah lainya baik di Kayong Utara maupun daerah lainnya,” katanya.
Selain itu juga, mirisnya sekolah yang berada di konsesi perusahaan-perusahan besar ini menyebabkan anak-anak usia sekolah tersebut memilih untuk bekerja di perusahaan di daerah mereka. “Banyaknya perusahaan yang beroperasi di sana menyebabkan mereka yang lulusan SMP memilih untuk bekerja,” terangnya.
Reporter: Kamiriluddin
Redaktur: Andry Soe