SKOR 1 – 0

Oleh: Joko Intarto

eQuator.co.id – Kali ini saya menang 1 – 0. Melawan Pak Dahlan Iskan. Dalam soal cepet-cepetan punya pengalaman naik taksi listrik di Jakarta. Dua minggu lalu, skornya 0 – 0. Saya maupun Pak Dahlan sama-sama gagal memesan taksi listrik. ‘’Kami belum melayani pemesanan taksi listrik, karena baru diluncurkan hari ini,’’ kata pegawai customer service Blue Bird.

 

Saya sudah menjajalnya semalam. Dalam perjalanan pulang rapat dengan calon ketua umum HIPMI. Dari Satrio Tower, Mega Kuningan, Jakarta Pusat, sampai ke kantor saya di Tebet, Jakarta Selatan.

 

Sebenarnya saya naik taksi listrik itu tidak sengaja. Saya dan Eko sedang menyeberangi jalan. Tiba-tiba armada taksi Blue Bird yang hendak melintas berhenti untuk memberi jalan.

 

Tulisan e-Taksi di bodinya langsung menarik perhatian saya. Ini dia taksi yang dua minggu lalu gagal saya pesan!

 

Kebetulan, taksi itu tidak sedang mengantar penumpang. Tanpa menunggu minggir, saya segera melompat ke dalamnya. ‘’Tebet Pak,’’ kata saya.

 

Interior taksi listrik yang saya tumpangi itu sungguh keren. Mungkin yang paling keren dibandingkan semua jenis mobil taksi Blue Bird yang sudah beroperasi. Informasi pada dashboard MPV bermerk BYD (Be Your Dream) seluruhnya sudah versi digital. Dari speedometer, suhu kabin hingga kapasitas cadangan baterainya.

 

Pria yang fasih berbahasa Jawa itu mengaku kagum dengan kinerja mobil produksi Tiongkok itu. Baterainya irit. ‘’Saya sudah mengantar 10 penumpang dari pagi hingga malam ini. Bapak orang ke-11. Baterainya masih ada 40 persen,’’ tuturnya sambil menunjukkan indikator baterai pada dashboard.

 

Dengan kemampuan baterainya, Sorong menduga, biaya operasional taksi listrik itu akan lebih hemat bila dibandingkan dengan mobil taksi berbahan bakar minyak. Dan, Sorong tak perlu mengeluarkan uang serupiah pun untuk menyetrum baterainya. Semua masih dilakukan di pool Blue Bird.

 

Terkait hal itu, bagaimana pola ‘bagi hasil’ antara Blue Bird dengan sopir untuk taksi listrik? Ternyata, Sorong mengaku belum tahu.

 

Ia hanya memanfaatkan peluang ketika manajemen menawari apakah bersedia membawa taksi listrik. ‘’Berapa biaya listrik untuk charging baterainya, saya belum tahu. Pokoknya bawa dulu. Sambil belajar,’’ kata Sorong sembari tertawa.

 

Sorong, baru dua hari mengemudi mobil listrik tersebut. Tapi ia senang. Jumlah penumpang yang diantarnya lebih banyak dibanding saat mengemudi taksi BBM. Sebagian besar, tambahnya, memang naik karena rasa penasaran.

 

Apakah penumpang bisa memesan taksi listrik melalui customer services? Kata Sorong, taksi listrik tidak dibedakan dengan taksi BBM. Taripnya sama. Jadi, belum ada layanan khusus untuk pemesanan taksi listrik.

 

Akhirnya, kami sepakat bertemu lagi Rabu malam di Pacific Place. Setelah berbuka puasa bersama, Pak Dahlan setuju jalan-jalan dengan saya naik taksi listrik. Untuk bahan tulisan Disway. Skor saya melawan Pak Dahlan pun bakal berubah menjadi 1 – 1.(jto)