eQuator.co.id – Kapolresta Pontianak, Kombes Pol Iwan Imam Susilo menjelaskan, protes dilanjutkan serangan massa ke Mapolsek Pontianak Timur, Selasa (31/8) malam, tidak berdiri sendiri. Diawali penangkapan residivis kambuhan Curanmor belasan kali dilaporkan ke polisi. Tersangka pun sudah masuk Daftar Pencarian Orang (DPO).
“Pada saat itu, yang bersangkutan (Dayat) memberontak dan mencoba melarikan diri. Sehingga dilakukan penembakan di bagian kaki. Kemudian ia dibawa ke rumah sakit,” jelas Iwan di Mapolsek Pontianak Timur, Rabu (31/8) siang.
Setelah dilakukan penanganan medis di RS Anton Soedjarwo Polda Kalbar, Dayat tak tertolong akibat luka fatal di paha. Belum lagi jenazah tiba, berkembang di masyarakat kalau Dayat ditembak dadanya.
“Nampaknya ada pihak-pihak yang berusaha mengkondisikan bahwa yang bersangkutan ditembak di dada. Itu tidak betul,” tegas Kapolresta.
Masih kata Iwan, oleh kelompok atau pihak-pihak yang mengkondisikan itu, jenazah Dayat digiring ke Mapolsek Pontianak Timur. “Dan kelompok-kelompok massa bergerak untuk melakukan protes dan mulai melakukan perusakan Mapolsek,” terangnya.
Akibat serangan massa, tidak terjadi kerusakan yang begitu parah. “Personil yang berjaga pun kita kurangi. Tapi tetap laksanakan patroli gabungan, untuk pembinaan kepada masyarakat,” pungkas Iwan.
Senada, Wakil Kapolresta Pontianak, AKBP Veris Septiansyah. Kata dia, petugas yang melakukan penangkapan sudah memberikan tembakan peringatan sebelum dilumpuhkan berusaha melarikan diri. Begitu juga terkait penyiagaan personil Polri di Mapolsek pascapenyerangan di malam sebelumnya, sudah sesuai prosedur pengamanan.
“Ini sebagai wujud antisipasi saja, jangan sampai tidak siap. Penyiagaan anggota Polisi bukan untuk menakuti warga, tapi ini memang sudah prosedur standar operasional apabila ada potensi yang akan menimbulkan terjadinya riak-riak di tengah masyarakat,” paparnya.
Veris juga mengklarifikasi isu-isu yang beredar serta berkembang di berbagai Medsos, yang menyatakan bahwa Dayat terkena tembakan di bagian dada.
“Kami ingin meluruskan isu tersebut, katanya terkena tembakan di dada. Tapi kenyataannya kan tidak. Tembakan hanya terkena di paha kaki sebelah kanan,” tegas dia.
Selain itu, lanjutnya, pihak keluarga Dayat juga tidak menyetujui pelaksanaan otopsi yang sudah ditawarkan. Sehingga, pihaknya tidak dapat memastikan terkait kematian tersangka tersebut.
“Apakah dari tembakan itu sendiri atau ada benda lain yang mengenai alat vital pelaku seperti benturan di kepala yang menyebabkan kematian,” terang Veris. Sebenarnya, melalui prosedur autopsi inilah maka bisa diketahui penyebab pasti kematian Dayat.
Pengakuan Rekan Dayat dalam Beraksi
Terpisah, Dede Syailendra alias Hendra (20 tahun), salah seorang rekan Dayat dalam melakukan pencurian, mengaku ada sebelas sepeda motor yang mereka curi, termasuk TV. Namun, untuk penjualannya, Hendra tidak mengetahui secara persis.
“Selama ini dia (Dayat, red) yang menjual barang hasil curian,” akunya di RS Anton Soedjarwo Polda Kalbar (Dokkes).
Hendra sendiri ditangkap anggota Reskrim Polsek Pontianak Timur bersama anggota Reskrim Polsek Pontianak Selatan di indekosnya di Komplek Akcaya, Kecamatan Pontianak Selatan, sejam sebelum pengembangan dan penangkapan terhadap Dayat. Hendra juga dilumpuhkan kerena berusaha kabur saat ditangkap.
Warga asal Desa Punggur, Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, ini mengaku mengenal Dayat saat masih berada dalam tahanan. Setelah keluar dari tahanan, residivis ini tidak pernah pulang ke rumah dan menetap di rumah Dayat.
“Pada 2010 dulu, pernah masuk penjara karena mencuri uang untuk membayar tunggakan cicilan sepeda motor. Kemudian mencuri di sebelas TKP ini, pertama kali diajak oleh Dayat. Saya hanya disuruh menjaga sepeda motor (sarana, red) dan ia yang mengambilnya,” aku Hendra.
Laporan: Ocsya Ade CP
Editor: Mohamad iQbaL