Mahasiswa tak perlu bingung kenapa Kementerian Keuangan RI ikut ngurusin limbah plastik yang mustinya ditangani Kementerian Lingkungan Hidup. Mau cari duit dari limbah plastik?
Suci Nurdini Setiowati, Pontianak
eQuator.co.id – Jawabnya: bukan, tapi menggelar acara Ministry of Finance Festival (MOFEST) 2019, di Auditorium Universitas Tanjungpura, Sabtu, (3/8). Untuk mengajarkan anak-anak muda soal sampah yang tak mudah musnah itu. Tapi menghasilkan duit via cukai seperti rokok itu loh.
Membawa tema masa depan, Future of Today, Moffest Pontianak diharapkan dapat mengedukasi masyarakat akan permasalahan dan dampak sampah kantong plastik. Selebihnya, festival mengajak generasi muda untuk bisa berkreasi, berinovasi menjadi pengusaha.
Acaranya biasa-biasa saja, ada yang membuat snapgram ala milenial kekinian, ada yang belajar mengantri dengan membawa tumbler atau botol minum isi ulang. Yang begituan lumayan bikin kawula muda Pontianak berbondong-bondong datang. Itu lantaran ada motivator yang kondang.
Misalnya di sesi ke tiga. Ada Yasa Singgih, pengusaha muda yang pernah diliput majalah Forbes 30 under 30 Asia. Yasa berbagi cerita bagaimana dia tertarik dengan entrepreneurship walaupun bukan berasal dari kalangan pengusaha.
“Ayah saya harus menjalankan operasi ketika saya remaja, sehingga setelah itu saya harus mencari uang sendiri,” ungkapnya.
Karena itu dia bergelut all out di dunia wirausaha. Dia coba untuk menggugah pemikiran audiensnya dengan berbagi pengalaman jatuh bangun di dunia usaha. Kuncinya, yang terpenting dalam membangun usaha adalah menambah nilai dari barang yang kita jual.
“Coba aja nih baju polos harga 30 ribu kita kasi centang sedikit aja, naik harganya jadi 100 ribu,” tutur lelaki yang akrab disapa Yasa itu.
Ia sudah berjualan kecil-kecilan sejak SMA. Katanya, banyak brand terkenal yang harganya selangit bukan menjual produk atau namun menjual pengalaman serta kepercayaan diri si konsumen, saat mengenakan barang mahal tersebut.
Yasa mencontohkan Starbucks, yang bukan jualan ‘kopi’, tapi gengsi.
“Kalian tahu kenapa kaca Starbucks bening? Biar orang bisa lihat siapa yang minum di sana. Misalnya teman Anda lewat terus dia lihat Anda, pasti pikirannya, wah keren banget dia nyantai di situ,” ujarnya disambut riuh tawa hadirin.
Pemilik brand Men’s Republik itu menyimpulkan bahwa lebih baik teman-teman generasi muda yang hadir di sini untuk melihat peluang, serta menambahkan nilai dari setiap produk yang bakal dijual.
“Bukan jadi yang paling beda. Tapi jadilah yang paling jarang ditemui,” celotehnya.
Di acara tersebut hadir juga perwakilan Kementerian Keuangan RI yakni Kepala Kanwil Ditjen Pembendaharaan Kalbar, Edward Nainggolan. Ia mengawali diskusi dengan menjelaskan tugas dan fungsi kantor yang dipimpinnya.
Kata dia, potensi ekonomi Kalbar, khususnya Pontianak yang dipilih sebagai salah satu kota Mofest 2019. “Kami melihat 70 persen penduduk Pontianak adalah usia produktif. Ini sebuah keuntungan yang sangat penting,” kata Edward.
Kedua, potensi pertumbuhan ekonomi Pontianak cukup tinggi, termasuk sebagai daerah perbatasan dengan Negara lain. Apalagi jika dibungkus dengan ekonomi kreatif, itu sangat besar manfaatnya.
“Di Pontianak sendiri sudah ada tiga start–up yang sudah mendunia, yaitu My Agro, Borneo Skycam, dan Angkuts,” ucapnya.
Ia menjelaskan tentang pentingnya inovasi, kreativitas, keterampilan komunikasi dan juga networking untuk dimiliki generasi muda. Ia juga mendorong anak-anak muda Pontianak untuk memulai usaha.
Sebab, secara rasio jumlah wirausaha per penduduk masih sangat kecil. Di bawah rata-rata negara lain. Untuk sebuah negara maju perlu 7% warganya adalah pengusaha.
“Dan sekarang Indonesia hanya sekitar 3% masyarakatnya yang enterpreneur, masih sangat jauh,” ungkap Edward.
Di sesi berikutnya, tampil Direktur Teknis dan Fasilitas Cukai, Nirwala Dwi Heryanto. Nah, dialah yang menyampaikan bahwa perlu adanya edukasi dan regulasi mengenai penggunaan plastik. “Mulai dari diri kita, merubah diri kita,” ujarnya.
Pengenaan cukai diharapkannya dapat mengurangi limbah kantong plastik. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, menunjukkan bahwa komposisi sampah plastik itu 16 persen dari total timbunan sampah nasional. Dari 16 persen itu, 62 persennya berupa sampah kantong plastik.
“Pengenaan cukai plastik bukan untuk menambah pendapatan cukai dari plastik. Namun bertujuan untuk mendorong pengendalian konsumsi plastik dan sampah plastik,” kata lelaki berkacamata itu.
Rencana pemerintah dalam menerapkan cukai terhadap kantong plastik menjadi pembahasan seru pada Moffest Pontianak. Saat ini, beberapa retailer dan pemerintah daerah telah menetapkan pungutan terhadap kantong plastik. Akan tetapi, belum terlihat dampak signifikan pungutan tersebut terhadap lingkungan maupun konteks keuangan lain.
“Oleh karena itu, pengenaan cukai dinilai akan lebih tepat karena bersifat nasional. Dan memiliki pertanggungjawaban yang lebih jelas ke APBN,” jelasnya.
Acara yang berlangsung pukul 08.00-14.00 WIB itupun memajang sejumlah stand yang memperkenalkan produk-produk Kementerian Keuangan. Seperti pajak, bea cukai, yang juga membagikan door prize. Peserta juga dapat berkunjung ke stand LPDP (Lembaga Penjamin Dana Pendidikan) yang menggelar informasi beasiswa.
“Jadi untuk teman-teman yang mau kuliah dan pengen dapat beasiswa tapi gak tau gimana bisa lihat di sini,” ujar Firda,alumni LPDP.
Ia mengatakan lembaganya itu siap memberikan pelayanan terbaik kepada para mahasiswa yang akan melanjutkan sekolahnya.
“LPDP sampai saat ini masih untuk program S2. Ada macam-macam program yang juga bisa diakses melalui Instagram kami @matagaru_kalbar,” paparnya.
Setelah di Pekan Baru dan Pontianak, Mofest 2019 akan diadakan di Surabaya, Kendari, Yogyakarta, dan Jakarta. Dimana acaranya akan tetap mengusung gaya muda kekinian untuk menginspirasi generasi milenial.
Editor: Mohamad iQbaL