Setor Hafalan ke Ayah Setiap Berangkat dan Pulang Sekolah

Mailya Ikrima, Pendekar Cilik Peraih Terbaik Tajwid (Ajwad) Hafiz Indonesia 2019

MULTITALENTA Mailya Ikrima menunjukkan piagam penghargaan Hafiz Indonesia 2019 Terbaik Tajwid (Ajwad) dan piala juara I Kejurda Pencak Silat yang diraihnya. Imam Nasrodin/Radar Malang

Mailya Ikrima termasuk bocah multitalenta. Selain juara silat, bocah 9 tahun asal Malang ini juga meraih Terbaik Tajwid (Ajwad) pada Hafiz Indonesia 2019 yang diselenggarakan TV swasta nasional. Bahkan, sejak umur 4 tahun dia sudah mulai menghafal Alquran.

Imam Nasrodin, Malang

eQuator.co.id – Cerdas. Juga ceria. Inilah kesan pertama yang tampak pada diri Mailya Ikrima saat ditemui di rumahnya, Puncak Permata Sengkaling, Desa Sumbersekar, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Minggu (16/6). Gadis yang akrab disapa Arim ini merupakan peraih penghargaan Terbaik Kategori Tajwid (Ajwad) dalam acara Hafiz Indonesia 2019 yang diselenggarakan salah satu TV swasta nasional yang tayang selama bulan Ramadan lalu.  ”Ingin membahagiakan orang tua dan selamat dunia-akhirat,” jawab Arim saat wartawan bertanya mengenai motivasinya menghafal Alquran.

Bocah kelahiran 6 Februari 2010 ini mengaku sangat mencintai Alquran sejak kecil. Bahkan sejak umur 4 tahun sudah mulai menghafalkan juz amma atau juz 30 (surat-surat pendek). Hingga kemarin, bocah 9 tahun ini sudah hafal 6 juz. Yaitu juz 30, 1, 2, 3, 4, dan 5.  ”Enam juz sekarang (yang sudah dihafal, Red),” ungkap bocah nomor dua dari empat bersaudara ini.

Prestasi tersebut diraih Arim berkat bimbingan orang tuanya. Sang bunda, Sri Lestari, sebagai seorang guru, sangat telaten mengajarinya mengaji tiap usai magrib. Sedangkan sang ayah, M Mufid, seorang dokter, bertugas mentashihkan apa yang diajarkan sang bunda. ”Setor (menghafal, red) ke Ayah waktu berangkat dan pulang sekolah. Karena Ayah selalu mengantarkan ke sekolah,” terangnya.

Tak hanya itu, Arim juga harus belajar di salah satu pondok pesantren di Gondanglegi, Kabupaten Malang untuk mendalami hafalannya. Karena jika hanya mengandalkan hafalan di rumah, dia khawatir hasilnya kurang maksimal. Maklum, bocah seusianya memang sebagian besar masih hobi bermain. ”(Mondok) supaya bisa segera hafal semua (menjadi hafizah, Red),” beber siswi kelas III SDI Al Ghaffar Malang ini.

Hanya saja, Arim mengikuti kompetisi Hafiz Indonesia 2019 bukan atas saran kedua orang tuanya. Melainkan dari saudaranya. Tepatnya saat halalbihalal keluarga besar tahun 2018.

Nah, salah satu acara dalam halalbihalal ini adalah lomba hafalan juz amma. Dari lomba ini, Arim disarankan untuk mengikuti lomba hafiz cilik tahun 2019. Waktu itu Arim masih hafal dua juz. ”Katanya tajwid dan makhroj-nya lumayan, jadi diminta coba ikut,” terangnya.

Pada Desember 2018 lalu, Arim mengikuti audisi pertama melalui rekaman dan biodata yang dikirimkan ke panitia. Lalu diambil 50 besar untuk dites melalui sambungan telepon seluler (ponsel). ”Lolos 30 besar dan berhak ikut babak show ke Jakarta,” kenang bocah yang bercita-cita jadi dosen ini.

Singkat cerita, Arim meraih Terbaik Kategori Tajwid (Ajwad) pada Hafiz Indonesia 2019 tersebut. Bahkan, dia juga sempat membintangi dua produk di sela-sela acara itu.

Selain itu, Arim juga punya pengalaman yang sulit dilupakan dalam kompetisi tersebut. ”Dapat Pin Faiz. Ini untuk yang dapat nilai tertinggi (saat show),” ungkapnya.

Arim juga punya prestasi di bidang lainnya. Yaitu pernah meraih juara I Pencak Silat Kejuaraan Daerah (Kejurda) pada tahun 2017 lalu. Motivasinya belajar pencak silat bukan yang utama. ”Buat jaga-jaga saja (belajar silat, Red),” tandas bocah yang suka dengan pelajaran matematika ini.

Sedangkan untuk olahraga silat ini, Arim punya waktu khusus latihan. Yaitu tiap hari Kamis dan Minggu. Hari Kamis latihan mengikuti ekstrakurikuler di sekolah dan minggunya latihan di Universitas Brawijaya (UB). ”Dua kali latihannya,” terangnya.

Sementara itu, Sri Lestari, ibunda Arim, menyatakan bahwa Arim memang sejak kecil tekun menghafal Alquran. Bahkan, saat dikasih saran oleh dewan juri di acara Hafiz Indonesia 2019 juga diperhatikan dan diamalkan. ”Kalau dikasih saran sama dewan juri diperhatikan dan diamalkan,” ungkap perempuan asal Kabupaten Ponorogo ini.

Ke depan, Lestari berharap anaknya bisa menjadi hafizah dan tergapai cita-citanya menjadi dosen. Sehingga, putrinya bisa bermanfaat bagi orang banyak. ”Harapannya, ya apa yang dicita-citakan Arim tercapai,” harapnya.  (radar malang)