eQuator.co.id – Pontianak-RK. Sebanyak 18.065 siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) melaksanakan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang dimulai sejak Senin (2/4). Pada hari pertama itu, mata pelajaran yang diuji adalah Bahasa Indonesia.
“Hari pertama ini tidak ada kendala, kami masih menunggu laporan absen siswa sampai sore hari nanti. Itu merupakan sesi terakhir dalam pelaksanaan ujian nasional,” kata Ketua Panitia Ujian Nasional Kalbar, Syafrudin kepada sejumlah wartawan.
Ia menuturkan, pelaksanaan UNBK ini berbeda dengan ujian nasional yang menggunakan kertas pensil. Dalam pelaksanaan UNBK, jumlah peserta ujian disesuaikan dengan jumlah komputer yang ada di laboratorium sekolah. Sedangkan ujian nasional kertas pensil sudah ditetapkan sebanyak 20 orang dalam satu kelas.
“Setelah dicek yang paling banyak itu ada sekitar 32 komputer di SMK 1. Jadi masing-masing satu siswa satu komputer,” jelasnya.
Dijelaskan dia, untuk mengatasi kekurangan jumlah komputer, pelaksanan UNBK ini juga dilaksanakan di SMA yang memiliki komputer.
“Saat ujian jenjang SMK, maka bisa menggunakan komputer di SMA. Begitu juga sebaliknya. Sementara itu, pengadaan komputer tetap dilakukan di tahun ini,” terangnya.
Pelaksanaan UNBK ini juga dilaksanakan dengan tiga sesi. Hal itu dilakukan karena jumlah siswa yang mencapai belasan ribu belum sebanding dengan jumlah komputer yang ada.
Tiga sesi itu yakni pertama dilakukan dari pukul 07.30 hingga 09.30 Wib. Sesi kedua dari pukul 10.00 hingga pukul 12.00 Wib dan sesi ketiga dari pukul 14.00 hingga pukul 16.00 Wib.
Kekurangan yang ada itu pun, lanjut dia, menjadi alasan adanya beberapa sekolah menarik punggutan untuk menyediakan server tersebut. Bagi Syafrudin itu tidak jadi persoalan. Sepanjang sepengetahuan komite dan tidak ada paksaan.
“Tidak boleh jika diputuskan sepihak. Selama sifatnya sumbangan tidak masalah, asal tidak dipaksakan dan komite tidak menentukan,” terang Syafrudin.
Lantas bagaimana dengan kelulusan siswa? Menurut Syafrudin kelulusan sepenuhnya menjadi tanggung jawab sekolah. “Penentu kelulusan itu dari sekolah bukan UNBK,” pungkasnya.
Sementara itu, pelaksanan UNBK di SMKN 4 Pontianak, Jalan Kom Yos Soedarso, Pontianak Barat sempat mendapat kendala. Saat sesi pertama UNBK, terjadi pemadaman listrik selama 45 menit.
“Kendalanya dalam pelaksanaan UNBK adalah mati lampu. Lumayan lama lah 45 menitan gitu. Kita pihak sekolah sampai datangi PLN-nya menanyakan kenapa mati lampu,” ujar Haryono, Ketua Panitia Pelaksanaan UNBK di SMKN 4.
Setelah didatangi, pihak PLN mengaku sedang ada masalah jaringan listrik di sekitar lokasi SMKN 4. “Untungnya segera diperbaiki,” tutur Haryono.
Haryono yang juga merupakan guru di SMKN 4 ini menerangkan, kendala pemadaman lampu tersebut tidak akan mengurangi jatah waktu 120 menit yang disediakan untuk pengisian soal oleh siswa.
“Karena sistem otomatis. Misalnya kita baru pakai waktu 20 menit, jadi baterainya masih tersimpan 100 menit. Hanya tergantung lagi bagaimana kecepatan siswa dalam mengisi soalnya. Jadi nggak ada melanggar hak siswa dalam hal waktu dalam mengerjakan soal,” terangnya.
Di sekolah 14 kejuruan itu terdapat 617 siswa yang mengikuti UNBK pada tahun ajaran 2017/2018. Kendati sempat terjadi pemadaman listrik pada sesi pertama, UNBK di SMKN 4 dirasa berjalan dengan lancar.
Di sekolah yang telah melaksanakan persiapan berupa bimbingan belajar, mengundang orang tua murid untuk sosialisasi UNBK dan simulasi sebanyak tiga kali ini, membuat pihak sekolah optimis bahwa anak-anak didiknya akan mendapatkan hasil yang maksimal.
“Harapanya yang pasti anak-anak bisa lulus 100 persen, apalagi kita sudah simulasi mulai dari November. Kita juga ada mengundang orang tua agar lebih peduli terhadap anaknya. Bimbel juga,” papar dia.
Nia, salah seorang siswi peserta UNBK mengaku meski sempat padam listrik, pada ujian Bahasa Indonesia ini tidak menjadi kendala berarti baginya.
“Kalau pas ujian Matematika yang mati lampu, kan agak pusing. Hari ini sih perasaannya nggak begitu tegang. Insya Allah bisa tadi kerjakan soalnya. Semoga aja hasilnya memuaskan,” ujar dia.
Laporan: Riska Nanda dan Suci Nurdini Setiowati
Editor: Ocsya Ade CP