Seorang Jemaah Haji Kalbar Wafat

Batasi Jam Lempar Jumrah, Mina Jadi Lautan Manusia

ilustrasi.net

eQuator.co.idPONTIANAK-RK. Kabar duka kembali datang dari tanah suci. Seorang jemaah haji berasal dari BTH 12 Kabupaten Bengkayang wafat.

Jemaah haji tersebut bernama Siti Nurudlotul Masluhah binti M. Chudlori Romli. Almarhumah menghembuskan nafas terakhir pada Rabu (22/8) sekitar pukul 10.15 waktu Arab saudi di Rumah sakit King Faisal.

“Saat ini sudah lima Jemaah haji Kalbar yang meninggal di musim haji tahun ini,” ungkap Kepala Bidang Haji Kantor Wilayah (Kanwil) Kementrian Agama (Kemenag) Kalbar Mi’rad kepada Rakyat Kalbar, Rabu sore (22/8).

Dikatakannya, jumlah jemaah haji yang wafat di tanah suci belum bisa dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Karena musim haji belum selesai. Ia berharap tidak ada lagi jemaah yang wafat.

“Tapi masalah ajal ini urusannya Allah SWT. Kita doakan semoga jemaah yang lain tetap sehat dan kuat untuk melaksanakan ibadah haji,” harapnya.

Selain menyampaikan kabar duka, Mi’rad menuturkan saat ini semua jemaah haji sudah melaksanakan wukuf mabit di Muzdalifah dan jumroh aqobah. Dan masih melaksanakan wajib haji yaitu mabit di Mina serta melakukan Lontar Jumrah Ula, Wustho dan Aqobah. Sebagian jemaah Kalbar ada yang mengambil Nafar Awal di Mina.

Sehingga hari ini jemaah akan meninggalkan Mina setelah selesai melontar Jumrah. Mereka akan kembali ke Mekkah untuk melaksanakan tawaf dan sa’i.

“Setelah melontar jumroh Aqobah jemaah akan mencukur rambut sebagai tanda tahallul awal,” kata Mi’rad.

Sementara itu, bagi jemaah haji yang mengambil Nafar Tsani, akan berada di Mina. Untuk mabit dan melontar jumroh Ula, Wustho dan Aqobah sampai hari Jumat. Atau tanggal 13 Zulhijjah 1439/24 Agustus 2018. “Setelah itu akan kembali ke Mekkah untuk melakukan Tawaf Ifadah dan sa’i,” pungkas Mi’rad.

Sementara itu, dikutip dari Jawa Pos, jutaan jamaah haji sudah mengosongkan Padang Arafah. Bergerak sejak Senin malam waktu setempat (20/8), seluruh jamaah haji sudah berada di Mina pada Selasa dini hari (21/8) untuk menjalankan prosesi lempar jumrah.

Iring-iringan bus pengangkut jamaah haji bergerak ke Muzdalifah mulai sekitar pukul 16.00 waktu Arab Saudi atau pukul 20.00 WIB. Khusus untuk jamaah haji Indonesia, bus yang disediakan hanya tujuh unit.

Bus-bus itu hilir mudik mengangkut jamaah dari Arafah ke Muzdalifah. Di Muzdalifah yang memiliki luas sekitar 12 hektare tersebut, seluruh jamaah menjalani mabit (bermalam sejenak) hingga waktu salat Subuh. Selama mabit, jamaah juga mengumpulkan kerikil untuk lempar jumrah.

Pantauan Jawa Pos, kawasan Muzdalifah sudah dibagi sesuai negara asal jamaah haji. Di setiap area, dipasang bendera negara asal jamaah. Area untuk jamaah haji Indonesia paling luas jika dibandingkan dengan jamaah negara lain.

Maklum, jumlah jamaah haji Indonesia memang paling besar, yakni 221 ribu orang. Di Muzdalifah, tidak disediakan tenda. Hanya ada karpet untuk tempat lesehan jamaah haji.

Menjelang subuh, lautan manusia mulai bergerak menuju Mina. Sebagian diangkut dengan bus. Namun, tidak sedikit yang memilih berjalan kaki. Antrean jamaah dan bus mengular di sepanjang jalan.

Subhan Ali Jafar, petugas haji yang bergabung dalam tim mobile crisis rescue (MCR), melaporkan, ribuan orang bergerak memasuki terowongan Mina sejak Selasa pukul 01.00. Jamaah Indonesia yang semestinya berangkat ke Mina siang ternyata juga terlihat.

Akibatnya, mereka berbaur dengan jamaah haji dari negara lain. ”Agak ndrawasi (mengkhawatirkan, Red), jamaah Indonesia berdesak-desakan dengan jamaah haji negara lain yang badannya lebih gede,” terangnya.

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Daerah Kerja Madinah sebenarnya sudah berkali-kali menyosialisasikan jadwal keberangkatan ke Mina maupun jam larangan melempar jumrah. Kepala PPIH Daker Madinah Mohammad Khanif menjelaskan, pihak muassasah Arab Saudi telah menetapkan waktu-waktu terlarang bagi jamaah haji Indonesia untuk melempar jumrah.

Untuk 10 Zulhijah (21/8), jam terlarang itu mulai pukul 06.00 sampai 10.30. Lalu, pada 11 Zulhijah (22/8), jam larangan dimulai pukul 14.00 sampai 18.00. Terakhir, yakni 12 Zulhijah (23/8), jamaah Indonesia tidak boleh melempar jumrah pada pukul 10.30 sampai 14.00. Pembatasan itu bertujuan menghindari penumpukan jamaah di satu tempat.

”Pihak muassasah Arab Saudi meminta PPIH dapat mengendalikan jamaah Mina Jadid agar tidak keluar sebelum jadwal secara tidak teratur,” kata Khanif.

Dia juga meminta tim perlindungan jamaah (linjam) bergerak menertibkan jamaah yang melanggar aturan. Di Mina, banyak jamaah haji Indonesia yang tersesat saat hendak menuju Jamarat untuk melempar jumrah.

Misalnya yang terjadi kepada 30 jamaah haji dari kloter 13 embarkasi Palembang. Mereka tersesat hingga area rumah sakit Mina saat hendak melempar jumrah. Rombongan tersebut akhirnya beristirahat karena beberapa orang sudah tidak kuat berjalan.

Di daerah Mina Al Wadi, seorang jamaah haji pingsan karena kelelahan. Petugas haji dari tim gerak cepat (TGC) segera membawa jamaah tersebut ke maktab 10 untuk ditangani.

Ada juga lima orang dari kloter 8 embarkasi Batam yang hilang dari maktab. Eka Linda, petugas haji dari daker Madinah, meminta bantuan tim linjam. ”Lima orang itu tidak pulang sejak pukul 2 dini hari,” katanya.

Kasilinjam Daker Madinah Maskat Ali Jasmun mengatakan, penumpukan jamaah terjadi di depan terowongan Mina pada pukul 12.05, saat jamaah haji merangsek menuju Jamarat. Banyak yang menggunakan payung berwarna-warni. ”Masya Allah, padat sekali. Jamaah tetap merangsek, memaksakan diri menuju Jamarat,” katanya.

 

Laporan: Rizka Nanda, Jawa Pos/JPG

Editor: Arman Hairiadi