eQuator.co.id – Madinah-RK. Pelaksanaan ibadah haji belum mencapai puncaknya. Namun tim kesehatan harus bekerja ekstra keras untuk merawat para jamaah yang rata-rata berusia lanjut. Hingga kemarin, mereka telah merawat 13.089 jamaah, baik di bandara, kloter, sektor, hingga Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
Sietem informasi kesehatan haji tahun ini, memang wajib mencatat semua layanan kesehatan para jamaah di mana pun. Data itu kemudian langsung dikirim ke penghubung kesehatan di daerah kerja, selanjutnya bisa diteruskan ke tanah air.
Semua jenis layanan yang diberikan kepada jamaah, wajib dicatat. Tak hanya pengobatan di kantor kesehatan, tapi juga pengobatan pada saat aktivitas preventif mengunjungi jamaah-jamaah di pemondokan. Karena itulah, hanya dalam sebelas hari sejak kedatangan kloter pertama di Arab Saudi, 9 Agustus lalu, data jumlah jamaah yang dirawat sudah mencapai 13 ribu lebih.
Mayoritas perawatan itu dilakukan di Madinah. Sebab, hingga kemarin mayoritas jamaah haji Indonesia masih berada di Kota Nabi itu. Data tim kesehatan di Makkah baru menunjukkan layanan rawat jalan terhadap 268 jamaah dan rawat inap untuk lima jamaah.
Khusus untuk jamaah yang memerlukan perawatan lebih lanjut, mereka akan dikirim ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI). Sebagian menjalani rawat jalan, sebagian lagi menjalani rawat inap. Hingga kemarin, total jamah yang pernah menjalani rawat inap mencapai 94 orang.
“Fasilitas tempat tidur di KKHI itu ada 57. Tiap hari hampir selalu penuh,” ujar dr. Ihsan, spesialis penyakit dalam di KKHI Madinah, kemarin. Sebagian tempat tidur itu ditempati jamaah yang menjalani rawat inap, sebagian lagi untuk penanganan pasien yang bisa menjalani rawat jalan.
Menurut Ihsan, rata-rata jamaah yang menjalani rawat inap di KKHI, sudah punya riwayat penyakit dari tanah air. Biasanya berupa komplikasi hipertensi dengan diabetes mellitus. “Sampai di sini (Arab Saudi), penyakitnya tambah parah dan harus rawat inap,” ujarnya.
Keluhan yang juga banyak ditangani KKHI, telapak kaki melepuh. Tiap hari selalu ada jamaah yang kehilangan sandal di Masjid Nabawi selepas salat Dhuhur dan Ashar. Mereka nekat pulang tanpa alas kaki, hingga akhirnya mengalami luka bakar di telapak kaki. “Sudah jadi pekerjaan rutin kami menangani jamaah yang kakinya melepuh,” jelas Ihsan.
Sementara itu, jamaah haji yang meninggal di tanah suci terus bertambah setiap harinya. Sejak 12 Agustus higga Sabtu (20/8), jumlahnya mencapai 12 orang. Usia termuda 47 tahun, sedangkan tertua 82 tahun.
Data di sistem informasi kesehatan haji menunjukkan, jamaah yang pertama meninggal adalah Senen Bin Donomedjo. Jamaah berusia 79 tahun itu tergabung dengan kloter tujuh embarkasi Surabaya. Senen meninggal pada 12 Agustus. Setelah itu, setiap hari selalu ada jamaah yang meninggal.
Dua hari terakhir, misalnya. Dua jamaah dilaporkan meninggal di dua tempat berbeda. Jamaah kloter satu embarkasi Surabaya Rubiyah Mukiyat Muntari, 71, meninggal pada 19 Agustus di Masjid Nabawi. Sementara pada 20 Agustus, jamaah kloter 20 embarkasi Aceh Abdullah Umar bin Umar, 68, meninggal di pemondokan. (Jawa Pos/JPG)