Semakin Diminati, Menjadi Gaya Hidup

Geliat Tato Anywhere Ink di Pontianak

Di Kota Pontianak sudah cukup banyak seniman tato yang membuka usahanya. Namun kebanyakan dari mereka membuka usahanya di rumah. Menurut Tian, jika persaingan usaha tato itu kembali lagi kepada pelanggan yang akan menilai mana yang bagus.

Pria yang kini tinggal bersama orangtuanya di Jalan Komodor Yos Sudarso, Gang Bayam, Perumnas 1 ini bercerita, awalnya keluarga tidak memberikan dia dukungan untuk membuka usaha studio tato. Namun ketika melihat dia dan teman-temannya mampu bertahan hidup dijalur yang dipilih, mereka pun akhirnya luluh dan mengerti.

Satu hal yang menjadi pesan dari orangtua Tian, yang penting jangan menambah banyak tato di tubuhnya. “Cukup kerja buat tato saja, tato jangan banyak-banyak hahaha,” ungkap Tian yang juga berniat membuka cabang di daerah luar Pontianak.

Tian juga bercerita, jika suatu saat ia berkeluarga dan memiliki anak, ia akan memberikan restunya jika sang anak juga ingin bertato. “Itu tak bisa kita larang, gimana ya? Bapaknya saja macam gitu, kan hahaha. Tapi ada batas umurnya lah, kalau mau bertato di atas umur 18 tahun,” tegas Tian sambil tertawa.

Setiap orang pasti memiliki panutan yang menjadi inspirasi dalam berkarya, tak terkecuali Tian. Dia memfavoritkan Domantas Parvainis seorang seniman tato asal Lithuania, Eropa Timur. Menurutnya, Doman memilik gaya menggambar yang berbeda dari lainnya. “Gambar realis yang dia hasilkan tuh dibikin beda, tapi keren,” katanya.

Untuk seniman tato nasional, ia menjagokan beberapa nama seperti Yohanes Ian dari Jogja, Beri Rock Ink, kemudian Ata Ink dari Bandung. “Mantap-mantap semua, kerenlah pokoknya,” ungkap Tian.

Menurutnya, seniman tato Indonesia bisa bersaing jika dibandingkan dengan seniman tato dari luar negeri. Bahkan ia bercerita seniman tato dari Luxury Ink Bali pernah expo di Australia dan berhasil dapat juara tiga pada tahun 2016 kemarin.

Tian sendiri juga pernah mengikuti kontes tato di tingkat nasional seperti di Jogja, Solo, Jakarta dan Malang. Bahkan ia dua kali berturut-turut meraih juara tiga untuk kategori gambar tato black and gray dengan tema budaya Indonesia di Solo pada tahun 2012 dan 2013. “Di tahun 2012 saya gambar wanita dayak lagi gendong keranjang, terus yang di tahun 2013 saya gambar penari Bali,” ceritanya.

Kemudian di Surabaya tahun 2014 ia meraih predikat gambar tato berwarna terfavorit. Pada kontes bertemakan adat budaya Indonesia tersebut, dia menggambar potret wajah seorang wanita dayak dengan ciri khas anting di telinga panjangnya. (*)