Sekuat Apa pun Laki-Laki, Kelemahannya pada Mata, Hidung, dan Kemaluan

Atlet Cage Fighting Latih Pertahanan Diri untuk Perempuan

BELA DIRI. Sejumlah perempuan mengikuti pelatihan pertahanan diri di Pendopo Cepit Soropadan, Condongcatur, Depok, Sleman. YUWANTORO WINDUAJIE/RADAR JOGJA

Siang kemarin (4/5), belasan pemudi berkumpul di  Pendopo Cepit Soropadan, Condongcatur, Depok, Sleman. Tak sekadar berkumpul, mereka berlatih bela diri. Apa yang mereka harapkan dari latihan ini?

YUWANTORO WINDUAJIE, Sleman

eQuator.co.id – Sembari duduk melingkar, mereka mengikuti instruksi dan mengamati gerakan-gerakan yang diperagakan Chris Goldrick, seorang atlet cage fighting asal Australia. Chris hari itu sedang memeragakan aksi bela diri.

Aksi Chris ini merupakan bagian dari sebuah lokakarya.Semua pesertanya adalah perempuan. Tak mengherankan. Karena memang tema yang diangkat adalah‘Women Self Defense’ atau pertahanan diri bagi perempuan.”Sekuat apapun musuh kita, mereka tetap memiliki kelemahan. Yakni di bagian mata, hidung, dan kemaluan,” ujar Chris.

Tidak hanya memberikan penjelasan,Chris juga mendemonstrasikan gerakan-gerakan pertahanan diri. Para peserta tampak tertegun melihat kelihaian Chris meloloskan diri dari cengkraman lawan tarungnya. Menurut Chris, yang terpenting bukanlah kekuatan tetapi teknik. “Misalnya bagaimana kita menggunakan punggung dan pinggang untuk memperoleh kekuatan untuk melawan,” jelas Chris.

Merasa penasaran,para peserta mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepadanya.Bagaimana kita melawan orang yang lebih besar? Atau bagaimana kalau diserang secara berkelompok? Bagaimana kalau kita dicekik? Bagaimana kalau kita dibius?

Nah, menanggapi pertanyaan-pertanyaan ini, ternyata ada tips-tips khusus yang Chris ajarkan.Chris menekankan untuk selalu menyerang bagian vital laki-laki. Terutama kemaluan. Menurutnya, ketika dia menjadi atlet yang jadi peraturan adalah dilarang menyerang kemaluan. Alasannya jelas, kemaluan adalah kelemahan terbesar laki-laki. Menurutnya, laki-laki memiliki reflek untuk melindungi kemaluannya apabila diserang di bagian itu. “Selanjutnya, jika sudah diserang, momen tersebut dapat kita manfaatkan untuk kabur,” tambahnya.

Menurut Eka Aris Suhartono selaku pendiri kelompok beladiri taktis, materi yang disampaikan dalam lokakarya kali ini adalah anti perkosaan. Yaitu cara-cara efektif untuk lolos dari kondisi seperti dicekik, dipeluk, dan dibekap. Aris meniai, bahwa beladiri bukanlah sebuah hobi. Melainkan kebutuhan.“Kejahatan bisa datang kapan saja. Terutama pada perempuan,”jelasnya.

Karena itu, Aris lebih berfokus untuk memberikan pelatihan kepada perempuan. Alasannya, karena laki-laki sudah banyak yang belajar beladiri. Selain itu karena kebanyakan kasus kejahatan menyasar perempuan.

Menurut Ersa Elfira selaku pendiri Komunitas Feminis Yogyakarta yang menajdi menjadi inisiator lokakarya ini, tujuan kegiatan ini karena kasus perkosaan pada perempuan banyak sekali. Nah, untuk meredamnya, salah satunya harus dilakukan dengan aksin yata.“Perempuan perlu dibekali kemampuan untuk membela diri,’’ tegasnya. (Radar Jogja/JPG)