Sektor Pertanian Atur Strategi Jelang Kemarau

ilustrasi. net

eQuator.co.id – PONTIANAK-RK. Kalimantan Barat bakal memasuki musim kemarau. Hal ini tentu saja akan berdampak pada sektor pertanian.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (Distan TPH) Kalbar berupaya mengantisipasi serta meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan dari kekeringan pada lahan pertanian.
Sejumlah program dilakukan. Sehingga tahun ini produksi tanaman pangan, terutama padi, dapat tercapai.
“Pertama kami lakukan pengaturan pola tanam, yang mana sebelumnya sudah kami sosialisaikan kepada petani agar melakukan percepatan tanam,” ungkap Kepala Distan TPH Kalbar, Heronimus Hero, kemarin.
Langkah tersebut, menurut Hero, dilakukan agar ketika kemarau, kondisi pertumbuhan tanaman itu sudah cukup toleran menghadapi kemarau. Untungnya, wilayah Kalimantan Barat secara umum bisanya tidak menghadapi iklim yang terlalu ekstrem. Yang berarti, meskipun musim kemarau, tetapi hujan tetap turun walau intensitasnya cukup kecil.
Langkah selanjutnya, lanjut dia, adalah dengan mengupayakan agar lahan pertanian teraliri oleh air. Melalui berbagai pola yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi sekitar lahan pertanian.
Langkah ini juga diambil mengingat sebagian besar sistem lahan yang ada menerapkan sistem tadah hujan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mengalirkan air dari sumber air terdekat, dengan bantuan pompa air.
“Kita ada program untuk memberikan bantuan berupa pompa air, yang mana di tahun ini ada sekitar 140 bantuan pompa air yang akan kita prioritaskan kelompok yang daerahnya berpotensi mengalami kekeringan yang lebih besar,” terangnya.
Langkah lainnya untuk memastikan pengairan pada lahan pertanian, tambah dia, adalah dengan membangun irigasi. Membuat saluran yang terhubung ke sumber-sumber air.
“Cara lain yang dapat ditempuh adalah, dengan membangun irigasi permukaan, baik itu dengan pola sumur dangkal, sumber pantek, atau embung,” tandasnya.
Sementara itu, Kementerian Pertanian menyatakan, sedikit banyak ada dampak yang terjadi terhadap produktivitas pertanian akibat musim kemarau.
Direktur Jenderal Sarana dan Prasarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy mengatakan, kemungkinan terdapat penurunan produktivitas pertanian di sejumlah wilayah yang terdampak kekeringan. Hanya, dia memastikan, pemerintah terus berupaya mengoptimalisasi infrastruktur pertanian dan akses teknologi mekanisasi terhadap sawah yang terdampak.
“Namanya penurunan produksi ya ada saja, hanya tidak signifikan,” katanya, kemarin.
Menyinggung mahalnya biaya produksi pertanian akibat dampak kemarau yang dikeluhkan petani, hal itu menurutnya merupakan keluhan yang dimaknai sebagai perlunya penyaluran bantuan dari pemerintah terkait alat mesin pertanian (alsintan).
Meski pemerintah sudah berupaya mengoptimalisasi penyaluran alsintan, di beberapa wilayah masih terdapat penyaluran yang belum merata.
Optimalisasi penyaluran alsintan bakal terus diupayakan mengingat bencana kemarau diprediksi akan berlangsung panjang. Selain penyaluran alsintan, pihaknya juga mengimbau kepada petani untuk mengikuti program asuransi lahan pertanian. Sebab, premi yang dibayarkan petani dari asuransi tersebut diklaim terjangkau.
“Preminya itu hanya Rp36 ribu per hektare, sedangkan nanti petani bisa mengklaim lahan yang terdampak bencana hingga Rp6 juta per hektare,” katanya.
Dia menyebut, saat ini upaya penanganan Kementan terkait bencana kemarau adalah mengoptimalisasi program pompanisasi dan menyingkronkan langkah-langkah dengan dinas pertanian di wilayah terdampak.
Dalam jangka pendek program tersebut akan dioptimalkan mengingat saluran irigasi di sejumlah lahan sudah terpantau mengalami kekeringan.

Laporan: Nova Sari-JPG
Editor : Andriadi Perdana Putra