Ia membandingkan Kalbar dan Kaltim. “Kaltim itu sudah dieksplorasi, sementara Kalbar ini belum, jadi benar kata Bung Hatta itu, Kalimantan, khususnya Kalbar ini masa depan Indonesia,” katanya.
Karenanya Turiman berpesan kepada generasi muda Pontianak untuk memiliki visi membangun Kalimantan Barat kedepannya. “Jadi anak muda kalau kuliah jangan hanya ambil jurusan ekonomi atau sosial, tapi juga cari jurusan nuklir atau pertambangan, biar yang membangun Kalbar ini kita-kita sendiri,” ujarnya.
Dr. Hermansyah, SH, M.Hum, pakar hukum Universitas Tanjungpura Pontianak menilai pentingnya pencatatan sejarah. Ia menilai minimnya pencatatan sejarahlah yang menyebabkan banyaknya mitos berkembang di masyarakat. “Mungkin suatu peristiwa atau fakta sejarah itu terjadi, namun karena budaya tulis kita rendah peristiwa ini tidak tercatat,” ujarnya.
Seringkali peristiwa yang terjadi di masa lampau hanya disebarkan dengan tradisi lisan. “Padahal kita tahu penyimpangan dalam tradisi lisan itu tinggi,” tambahnya.
Penulisan sejarah memang tidak terlepas dari subjektivitas. Ini diakui oleh Hermansyah. “Terhadap objek yang sama saja peneliti yang berbeda dengan latar belakang berbeda, hasilnya juga akan berbeda,” ujarnya.
Sementara selama ini banyak sejarah kota Pontianak ini dicatat justru oleh peneliti-peneliti yang bukan dari Kalbar bahkan bukan dari Indonesia. “Karenanya tantangan kita adalah bagaimana penulisan sejarah oleh orang kita sendiri, karena jika orang lain pasti akan terjadi bias,” tambahnya.