Daun cincau hitam (Mesona Palutris) dikenal juga sebagai Daun Janggelan, merupakan salah satu menu favorit saat berbuka puasa. Yah, rasanya yang menyegarkan di tenggorokan, membuat minuman ini laris manis, dan diburu banyak orang. Selain menyegarkan, cincau juga diketahui memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh.
Andi Ridwansyah, Pontianak
eQuator.co.id – Di Kota Pontianak dan sekitarnya, cincau sudah sangat familiar dan mendapatkan tempat tersendiri bagi masyarakat, terlebih saat Ramadan. Mendapatkannya pun sangat mudah, baik di pasar, toko maupun warung.
Iwan Suryadi misalnya, salah seorang penikmat cincau mengungkapkan, cincau sebagai minuman memiliki keunggulan sendiri dibanding minuman lain. “Cincau memiliki khasiat yang banyak, salah satunya untuk buang panas. Apalagi cuaca panas dan terik matahari pada bulan puasa ini, kita cari minuman yang bisa untuk buang panas, salah satunya adalah cincau,” paparnya.
Pria 48 tahun ini mengungkapkan, untuk mendapatkan cincau hitam, dia biasanya membeli langsung ke pembuatnya, atau ke pasar maupun warung.
Dia melanjutkan, cincau hitam yang murah meriah diolah menjadi minuman segar dengan campuran susu. “Kadang ditambahi susu aja. Kalau tidak pun kadang kasik air putih saja, kasi gula, dan campur es, “jelasnya.
Di bulan suci Ramadan 1440 Hijriah, permintaan cincau hitam semakin meningkat. Tentunya memberikan berkah sendiri bagi para produsen cincau hitam di Kota Pontianak.
Asnamin misalnya, salah satu pemilik industri rumahan di Gang Buntu Nomor 26, Jalan Kutilang, Kecamatan Pontianak Kota ini kebanjiran pesanan selama Ramadahan 1440 Hijriah. “Pesanan meningkat, lebih banyak dari hari biasa. Hari biasa hanya ratusan buah. Selama Ramadan ini kita sehari mampu menghasilkan hingga 1.200 buah cincau perhari,” katanya.
Dalam memproduksi cincau, Asnamin dibantu empat keluarganya, yang tinggal serumah dengannya. Perempuan 58 tahun ini bercerita, usaha ini sudah ia lakoni puluhan tahun, dan merupakan usaha turunan dari almarhum orangtuanya. “Kita juga sudah lupa. Sudah puluhan tahun. Ini dari kakek sampai ke kita. Jadi sudah generasi kedua,” jelasnya.
Dia berujar, cincau produksinya dijual ke Pasar Mawar, dititipkan di beberapa tempat, atau dijual langsung ke konsumen yang datang langsung membeli ke rumah. “Harga eceran di pasar dan beli sendiri sama. Kalau kita jual di rumah eceran harganya Rp5 ribu per empat buah,” terangnya.
Dia melanjutkan, cincau buatanya aman dan tidak menggunakan pengawet apapun, sehingga aman untuk kesehatan tubuh. Dia mengungkapkan, bahan utama pembuatan cincau yakni daun cincau yang dibeli dari pulau Jawa. “Kita kirim dari Kota Semarang. Pengirimannya tergantung permintaan kita, kadang 500 kilogram hingga 1 ton,” jelasnya.
Sementara bahan-bahan lain bisa didapatkan di Kota Pontianak. Dia mengungkapkan, proses pembuatan cincau dimulai dari perebusan daun cincau hitam. Daun tersebut direbus terlebih dahulu di dalam drum yang berisi air diatas api tungku. “Prosesnya sekitar 5 jam sampai dengan 6 jam, dan dicampur dengan soda,” imbuhnya.
Setelah proses itu selesai, maka tibalah proses di dalam, yakni pencampuran degan tepung sagu. Kemudian, dimasukkan ke dalam cetakan yang telah disediakan. “Setelah itu menunggu proses pendinginan. Proses pendinginannya dibantu dengan kipas angin. Kalau tidak pakai kipas angin bisa lama,” jelasnya.
Usai proses pencetakan selesai, tiba saatnya dipasarkan. Dia mengungkapkan, karena tidak menggunakan campuran apapun, cincau yang dia buat hanya mampu bertahan dua sampai tiga hari. “Kalau disimpan di kulkas, bisa tahan hingga satu minggu,” pungkasnya
Editor: Yuni Kurniyanto