-ads-
Home Headline Say No to Kawen Mude

Say No to Kawen Mude

STOP PERNIKAHAN DINI. Satu diantara banyak bentuk kampanye ‘Tadak Kawen Mude’ dari Genre di Pontianak. Foto diambil di depan halte di depan Masjid Mujahidin, Jalan A. Yani Pontianak, Senin (20/2). Iman Santosa-RK

eQuator.co.id – Pontianak-RK. Buah hati yang lahir dari pasangan muda Kalbar disebut paling tinggi dibandingkan provinsi lainnya. ASFR (Age Spesific Fertility Rate) di usia 10-15 tahun dan 15-19 tahun terbilang marak. Itu sebabnya kampanye ‘tadak kawen mude’ digalakkan Generasi Rencana (Genre).

“Kalau kita lihat data, angka pernikahan dini di Kalbar itu yang tertinggi di Indonesia,” jelas Nordianto, Presiden Nasional Generasi Rencana (Genre), kepada Rakyat Kalbar, di Pontianak, Senin (20/2).

Menurut dia, ada tiga faktor yang menjadi penyebab utama tingginya pernikahan dini. Pertama, karena kehamilan yang tidak diinginkan. Hal ini terkait kenakalan remaja yang menjerumuskan pada pergaulan bebas.

-ads-

Kedua, faktor ekonomi. Lanjut Nordianto, umumnya ini menimpa perempuan, karena ada anggapan ‘ngapain sih perempuan sekolah tinggi-tinggi, nanti juga tugasnya cuma mengurus suami’. “Akibatnya, seringkali perempuan tidak mendapat pendidikan yang baik,” ungkapnya.

Ia juga menyebut faktor budaya menjadi salah satu penyebab pernikahan dini. Ada masyarakat yang menjadikan besarnya uang biaya pernikahan sebagai suatu yang diharapkan.

“Karena besarnya uang mahar ini, pihak keluarga perempuan  jadi menggebu-gebu untuk segera menikahkan anaknya,” tutur Nordianto.

Analisa dia, tingginya pernikahan dini ini erat kaitannya dengan rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan perekonomian Kalbar. “Jadi, bukan kita melarang pernikahan usia muda. Tapi kampanye kita ini mengajak agar masyarakat khususnya kaum remaja agar belajar dulu setinggi mungkin, bangun karir sebaik mungkin, baru kemudian menikah,” paparnya.

Ia menjelaskan, akar dari kemiskinan adalah pendidikan rendah yang berujung daya saing rendah. Salah satu penyebabnya, banyak anak muda yang pendidikannya tidak tinggi karena menikah tanpa perencanaan matang.

“Jadi kampanye ini bukan cuma soal pernikahan, tapi mengajak anak muda menjauhi hal-hal negatif, kemudian membangun dan meraih cita-cita setinggi mungkin,” tegas Nordianto.

Di Kota Pontianak sendiri, ia menyatakan, peran Genre lebih signifikan. Keterlibatannya dalam berbagai kegiatan sangat aktif. Seperti dalam Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) di tingkat kelurahan dan kecamatan.

Dibandingkan daerah lainnya di Kalbar, angka pernikahan dini di Kota Pontianak lebih baik. Bukan tidak ada, tapi karena akses informasi yang baik, pilihan yang lebih luas, angkanya terus menurun.

“Hal ini jauh lebih baik dibanding daerah-daerah lain di Kalbar. Karena banyak anak muda di daerah, setelah selesai sekolah, mereka tidak punya pilihan selain langsung bekerja dan menikah,” pungkasnya.

Kawen mude juga berbahaya untuk kesehatan. Seperti dituturkan pemerhati kesehatan reproduksi Kalbar, Abrori M. Kes. Kata dia, pernikahan dini berbahaya terhadap kesehatan.

“Khususnya untuk perempuan yang menikah di usia yang terlalu dini memiliki risiko lebih besar terkena kanker leher rahim,” jelasnya, dihubungi Rakyat Kalbar Selasa (21/2).

Kenapa begitu? Dosen Ilmu Kesehatan Reproduksi Universitas Muhammadiyah Pontianak ini menjawab, karena sel-sel leher rahim belum matang. Akibatnya, rawan terjadi infeksi ketika melakukan hubungan intim.

“Kanker ini termasuk salah satu yang paling banyak menimpa kaum perempuan,” tambahnya.

Selain itu, menurut dia, perempuan berusia muda sebenarnya belum siap secara biologis untuk menikah, kemudian mengandung, dan melahirkan. “Akibatnya risiko kematian ibu dan anak saat kelahiran lebih besar,” terang Abror.

Dan, pada usia muda, psikologi remaja belum siap untuk memikul tanggung jawab. “Jadi banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mereka yang memutuskan menikah dini,” ungkapnya.

Kemudian, pernikahan dini juga membuat rentang kelahiran menjadi besar. “Mereka yang menikah dini memiliki kecenderungan mempunyai anak dalam jumlah banyak,” terang Abror.

Lantas usia ideal pernikahan? “Mungkin di atas 20 tahunan karena memang bagi perempuan ini adalah usia-usia yang paling pas bagi kematangan alat reproduksinya,” pungkas dia. Begitulah, say no to (katakan tidak untuk) kawen mude.

 

Laporan: Iman Santosa

Editor: Mohamad iQbaL

Exit mobile version